nusabali

Hembuskan Napas Terakhir saat Kembarannya Datang Menjenguk

Panglingsir Puri Agung Negara Jembrana Sekaligus Putra Gubernur Pertama Bali Tutup Usia

  • www.nusabali.com-hembuskan-napas-terakhir-saat-kembarannya-datang-menjenguk

Panglingsir Puri Agung Negara Jembrana, Anak Agung Gede Agung Benny Sutedja, 77, tutup usia saat menjalani perawatan di RS Kasih Ibu, Denpasar, Jumat (4/10) malam.

NEGARA, NusaBali

Panglingsir puri yang juga putra sulung Gubernur pertama Bali, Anak Agung Bagus Sutedja, ini meninggal akibat penyakit kanker prostat yang dideritanya. Almarhum yang merupakan anak kembar ini menghembuskan nafas terakhirnya, tepat saat saudara kembarnya, Anak Agung Made Agung Billy Sutedja, yang selama ini tinggal di Jakarta, datang menjenguk.

Billy Sutedja saat ditemui di Puri Agung Negara Jembrana, di Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Sabtu (5/10), menuturkan kakaknya yang beda usia kelahiran berselang 3 jam dengan dirinya, itu sudah lama menderita penyakit kanker prostat. Sejak tiga bulan terakhir, kakaknya yang tingggal di Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, terus keluar masuk RS Kasih Ibu, Denpasar. Sebulan lalu, dia menerima kabar jika kondisi kakaknya semakin memburuk, dan harus kembali dilarikan ke RS Kasih Ibu, pada 26 September 2019 lalu. “Waktu kakak bolak-balik rumah sakit sebelumnya, saya belum sempat jenguk, karena masih ada kesibukan,” ujarnya.

Saat mendapat kabar jika kondisi kakak kembarnya semakin memburuk, dirinya bersama istri dan keluarganya, kebetulan tengah berada di Bulgaria, untuk menengok keluarga anak perempuannya yang suaminya bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bulgaria. Dia bersama keluarga sengaja datang ke Bulgaria, lantaran menantunya yang bertugas di KBRI Bulgaria, akan purna tugas per Januari 2020 mendatang. “Kebetulan dapat free visa, dan maunya di sana tiga bulan. Tetapi karena dengar kabar kondisi kakak makin parah, bahkan dibilang kemungkinan sudah tidak bisa tertolong, ya saya berpikir agar dapat jenguk kakak, makanya saya pilih pulang duluan dari Bulgaria,” ucap Billy Sutedja, yang mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.

Sebenarnya, dirinya sudah pulang dari Bulgaria menuju rumahnya di Jakarta, pada 30 September lalu. Namun, dirinya tidak memutuskan langsung ke Denpasar untuk menjenguk kakaknya, karena membuat janji dengan adiknya, Anak Agung Gede Agung Utpaditha, 67, yang selama ini tinggal di Surabaya, untuk sama-sama menjenguk sang kakak. Setelah berkoordinasi dengan adiknya, akhirnya disepakati untuk menjenguk kakaknya, Jumat (4/10). Dia sendiri memutuskan berangkat naik pesawat, dan adiknya berangkat membawa mobil.

“Maunya satu mobil, tetapi karena istri khawatir saya sakit karena perjalanan terlalu jauh, akhirnya saya naik pesawat. Karena sudah janjian, adik saya jemput di Bandara Ngurah Rai, baru kemudian datang menjenguk kakak,” ujarnya.

Saat tiba di Bali pada Jumat (4/10), dia bersama adiknya menjenguk kakaknya pada sekitar pukul 11.00 Wita. Saat itu, dia melihat kondisi kakaknya yang sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Setelah dari RS, dia bersama adiknya yang pada Jumat itu sebenarnya memiliki rencana untuk pulang ke Jembrana, dan berencana akan balik kembali ke Jawa, Minggu (6/10), saat memasuki sore hari sekitar pukul 18.00 Wita tiba-tiba menerima kabar dari anak pertama kakaknya, AA Gede Agung Reza, 49, jika kakaknya sudah berpulang.

“Pas dengar kabar kakak sudah meninggal, saya sama adik langsung balik ke rumah sakit. Keluarga pada bilang, kalau kakak nunggu saya sebagai kembarannya. Entah kebetulan atau bagaimana. Tetapi saya sendiri tidak menyangka kalau kakak meninggal hari itu juga. Makanya saya juga tidak ada persiapan apa-apa. Udeng sama saput ini terpaksa pinjam,” ungkapnya.

Menurutnya, kakaknya yang ada rencana untuk meneruskan tahta sebagai Raja Puri Agung Negara Jembrana, dan selama ini telah diakui sebagai perwakilan Puri Agung Negara Jembrana untuk menghadiri undangan-undangan kerajaan se-Nusantara, merupakan kakak tertua dari 11 bersaudara. Namun saudara-saudaranya sebagian besar tinggal di Jawa, hanya ada adik, AA Made Agung Dharma Yukthi, yang tinggal di Jembrana. Almarhum memiliki tiga orang anak, dua orang putra, AA Gede Agung Reza dan AA Made Agung Rhavie yang sama-sama tinggal di Jakarta, dan seorang putri, Anak Agung Ayu Rhea, yang telah berkeluarga tinggal di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Ketiga anaknya itu merupakan anak dari perwakinan pertama almarhum dengan mantan istrinya, Meiniar Munir Hamid, yang juga tinggal di Jakarta. Setelah cerai dengan istri pertamanya, almarhum menikah dengan Anak Agung Ayu Dariyati, 70, yang mendampingi almarhum selama tinggal di Denpasar, dan tidak memiliki anak. “Sebenarnya, kakak pernah bilang ingin meneruskan sebagai Raja, setelah tidak ada Raja setelah terakhir kedudukan Raja dipegang mendiang kakek, Ida Anak Agung Bagus Negara yang menduduki Raja Puri Agung Negara Jembrana VII. Maunya kakak neruskan jadi Raja VIII, setelah ayah kami (Anak Agung Bagus Sutedja), yang sebelumnya anak laki-laki tunggal, juga tidak meneruskan sebagai Raja karena diangkat sebagai Gubernur, sampai akhirnya hilang diculik,” ujar Billy Sutedja.

Disinggung apakah ada saudara almarhum yang dinilai pantas meneruskan tahta Raja, dia mengaku belum tahu. Yang jelas, dirinya dan beberapa saudara laki-laki yang kebanyakan tinggal di Jawa, tidak ada rencana meneruskan tahta. Namun tidak menutup kemungkinan generasi selanjutnya yang mungkin bisa meneruskan sebagai Raja, dan dia sebagai anak laki-laki terbesar kedua setelah almarhum, menyerahkan pada keputusan keluarga. “Kalau sementara ini, rasanya belum ada. Tetapi belum tahu ke depan nanti,” ucapnya.

Untuk diketahui, jenazah almarhum yang juga telah langsung dibawa ke rumah duka di Puri Agung Negara Jembrana, Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Jembrana, rencananya akan dipalebon di Setra Lelateng, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, pada Redite Pon Prangkabat, Minggu (20/10). Sebelum palebon, untuk nyiraman layon rencana akan digelar pada Wraspati Pon Uye, Kamis (10/10). *ode

Komentar