nusabali

Sameton Karang Buncing Gelar Karya di Pura Bata Wangi

  • www.nusabali.com-sameton-karang-buncing-gelar-karya-di-pura-bata-wangi

Sameton keturunan Sri Karang Buncing di Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, kini mempersiapkan Karya Ngenteg Linggih Mamungkah Mapadudusan Wraspati Kalpa Agung,  di Pura Bata Wangi, Banjar Tengah, desa setempat.

GIANYAR, NusaBali

Puncak karya pada Redite Umanis Menail, Minggu (13/10), bertepatan Purnama Kapat.  Serangkaian karya, para pangempon pada Sukra Pahing Matal, Jumat (4/10), menggelar ritual Melaspas Uparengga dan Nunas Tirta Pamuket lan Pakuluh. Pura ini menjadi perhatian umat, khususnya para peneliti sejarah. Berdasarkan cerita turun-temurun di Blahbatuh, khususnya kalangan sameton Karang Bucing, kebertadaan Pura Bata Wangi identik sebagai taksu atau spirit Ida Bhatara kepada para undagi (arsitek Bali, Red) dan taksu untuk para pedagang. Dua spirit dalam pura ini disimbolkan dengan dua palinggih utama yakni palinggih Ida Bhatara Rambut Sedana di bagian utara, yang menurut kepercayaan Hindu  sebagai dewanya para pedagang. Satunya lagi, palinggih Ida Bhatara  Bhagawan Wiswakarma, dewanya para tukang atau undagi. Dua palinggih ini berbentuk babogeman yang dasar hingga bagian atapnya terbuat dari bata. Di sebelah kiri Candi terdapat Bale Kulkul dan kanannya Piyasan.

Ditemui di pura setempat, Jumat (4/10),  Pamangku Pura Karang Buncing, Ketut Karmana Karang mengatakan Pura Bata Wangi masih terkait dengan Pura Karang Buncing yang juga berlokasi di Bnjar Tengah, Desa Blahbatuh. Berdasarkan fakta yang ada, pura dengan luas 14 meter x 20 meter ini diempon oleh salah satu KK sameton Karang Buncing di Banjar Tengah, Desa Blahbatuh, I Made Wirawan alias Made Loleng. Baik Jero Mangku Karmana dan Made Loleng, tak tahu persis kisahnya kenapa pura ini kini hanya diempon satu keluarga. Namun Made Loleng meyakini keluarganya jatuh sakit karena tak sanggup merawat pura ini karena terbentur biaya.

Mengetahui kondisi itu, salah seorang tokoh asal Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem yang juga keturuan Sri Karang Buncing, I Nengah Pringgo, memprakarsai pembangunan ulang pura itu. Sejak awal tahun 2019, dibangun dua palinggih utama tersebut, Piyasan, Bale Kulkul, dan Panyengker. Upacara Melaspas seluruh bangunan ini, Anggara Kliwon Tambir, Selasa (19/2), bertepatan Purnama Kasanga. ‘’Sebelumnya di pura ini hanya ada bekas berupa gundukan tanah,’’ jelas Nengah Pringgo yang juga Manggala Karya, di pura setempat, kemarin.

Nengah Pringgo mengaku sempat menyusuri tentang sejarah keberadaan Pura Bata Wangi. Salah satu cerita yang didapatkan, Kebo Iwa yang sejak zamannya terkenal sebagai undagi, mendapatkan taksu perundagian dari Bhagawan Wiswakarma, di pura ini. Pura ini juga menjadi pusat taksu bahi para pedagang untuk memohon berkah dan rejeki. ‘’Maka, pura ini sesungguhnya menjadi taksuning jagat khususnya oleh para undagi dan pedagang,’’ jelas Wakil Ketua I Pasametonan Sri Karang Buncing Provinsi Bali ini.

Nengah Pringgo mengaku sangat bersyukur karena dua paliggih utama, piyasan, Bale Kulkul, dan Panyengker pura bisa dibangun dalam tempo relatif cepat sejak awal 2019. Pembangaun ini melibatkan dua arsitek yakni I Wayan Ergika dan AA Gde Sudiarta.

Karya di Pura Bata Wangi dengan Pangrajeg Ida Pandita Dukuh Samiaga dari Padukuham Samiaga, Jalan Kaswari, Gang Padukuham Penatih, Denpasar Utara. Karya dirangkai dengan prosesi pada Redite Wage Uye, Minggu (6/10), Ngenbtehg lan Nyangling. Wraspatai Pon Uye, Kamis (10/10) Mapepada lan Memben. Sukra Wage Uye, Jumat  (11/10) Caru Panca Rupa dan  Panca Kelud. Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (12/10) Ida Bhatara katuran Melasti ke Pantai Saba, Blahbatuh. Redite Umanis Menail, Minggu (13/10) Punca Karya. Soma Pahing Menail, Senin (14/10) - Anggara Pon Menail, Selasa (15/10) Nganyarin. Buda Wage Menail, Rabu (16/10), Ngeremek, Nyenuk, Kebat Daun, langsung Nyineb. *lsa

Komentar