nusabali

Jantra dan Dangsil Bakal Dikembalikan dalam Ritual

Tradisi Desa Adat Beratan Samayaji

  • www.nusabali.com-jantra-dan-dangsil-bakal-dikembalikan-dalam-ritual

Di tengah pencarian jati diri krama Desa Adat Beratan Samayaji, Kelurahan Beratan, Kecamatan Buleleng, muncul angan-angan mengembalikan tradisi upacara yang termuat dalam sima desa.

SINGARAJA, NusaBali

Salah satunya menghadirkan kembali sarana upakara Jantra, Dangsil, Perahu-Perahuan dalam upacara piodalan yang sudah tak dilakoni hampir seratusan tahun. Krama desa pun akhirnya mendatangkan pakar untuk membantu mereka merumuskan jalan keluar tersebut.

Pengembalian tradisi itu mulai dipkirkan krama dan generasi muda Beratan Samayaji menyusul terbacanya Sima Desa salinan yang terpahat dalam sebuah lempeng tembaga berangka tahun 1808. Dalam Sima Desa itu disebutkan segala tata cara, upacara, banten hingga rangkaian upacara secara detail yang dijalani oleh krama Beratan Samayaji pada masa itu. Dalam tradisi juga disebutkan sarana upakara berupa Jantra (ayunan berputar) ayunan biasa, dangsil padarangkaian upacara smaba, piodalan hingga ngusaba.

Kelian Desa Adat Beratan Samayaji, Ketut Beny Dirgantara, Senin (30/9) kemarin mengatakan, keberadaan Sima Desa yang merupakan sejarah tertulis yang dimiliki kramanya saat ini belum sesuai dengan apa yang berlangsung selama ini. Tata cara upacara yang sangat kompleks itu disebut Beny sudah lama tidak dilaksanakan. Bahkan dari ingatannya, krama hanya pernah menemukan artefak dari Jantra dan perahu-perahuan terakhir pada tahun 1925. Dan saat ini hingga artefaknya juga kini telah lenyap.

“Selama ini warga Beratan masih menerka-nerka siapa leluhur dan siapa kami. menurut keyakinan jika ditarik benang merah ke parahyangan memang belum pernah nyambung dan itu masalahnya sehingga kami terus berupaya mencari jati diri dan wit kami darimana,” jelas Kelian Ketut Beny.

Sejak Sima Desa itu dibaca dan dipahami krama melalui bantuan Penyuluh Bahasa Bali, muncul keinginan menghidupkan kembali tradisi yang pernah ada ratusan tahun lalu. “Ini akan kami bicarakan dulu karena menyangkut ritual harus ada kesepakatan krama. Kalau dari generasi muda memang menginginakn kembali, istilah mereka pang sing digeh-digeh dogen (biar tidak dengar cerita saja,red), apakah nanti dikembalikan dalam bentuk ritual, atau sekadar euforia mengenang sejarah tradisi,” ungkapnya.

Sementara itu Budayawan Bali, Sugi Lanus yang diundang datang untuk memperjelas keberadaan Beratan Samayaji berdasarkan fakta sejarah mengaku kaget dengan Sima Desa yang dimiliki oleh Beratan Samayaji yang sangat detail dari tata cara, banten dan sarana yang dipakai menyebut lengkap palinggih yang ada. Yang membuatnya tertarik mendalami sejarah Desa Beratan ini karena menyebutkan jantra, dangsil sebagai sarana upacara yang merupakan benda awam di Buleleng.

“Kaget  juga mengecek ada dangsil dan jantra disebutkan perangkat upakara ngusaba, piodalan, sambah, yang berimpitan secara geneologi ritual dengan Tenganan, Karangasem yang sampai kini masih melaksanakan tradisi menaiki jantra dalam upacara,” jelas dia.

Hanya saja geneologi yang sama itu belum dapat memastikan dari mana asal mula krama Desa Beratan Samayaji. Namun Sugi Lanus berkesimpulan dengan lakon tradisi dan tatanan ritual yang sama ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan yang pertama warga Beratan Samayaji dan Krama Tenganan berasal dari daerah yang sama dan sama-sama bermigrasi. Atau kemungkinan mereka memang bersaudara.

“Dinamika politik ratusan tahun pergerakannya kemana? Bisa saja karena tidak cocok tidak subu, mereka pindah. Tradisi ritual, pikir dan tata negara, simanya berhimpitan dekat sekali. Ini yang harus dicari sumbernya,” ungkap Sugi Lanus.

Terkait dengan gagasan dikembalikannya jantra dan dangsil dalam ritual yang pernah ada, Sugi Lanus pun tak memberikan saran yang pasti. Hanya saja hal itu menjadi penting jika berhasil dikembalikan sebagai pengetahuan generasi muda. “Kalau untuk ritual itu harus disepakati semua, jangan sampai beritual tidak bahagia. Saya tidak merekomendasi kembali atau melupakan, sebagai kenangan sejarah penting dijelaskan anak muda, sebagai pengetahuan,” ucapnya. *k23

Komentar