nusabali

Hindari Tender Gong dari Dana Bansos

Kerajinan Gong Sidha Karya di Banjar Babakan, Blahbatuh

  • www.nusabali.com-hindari-tender-gong-dari-dana-bansos

Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, makin terkenal karena di desa ini ada industri kerajinan gong/gamelan Bali.

GIANYAR, NusaBali

Usaha Kerajinan Gamelan ‘Sidha Karya’, industri alat gambela terletak di Banjar Babakan Desa/Kecamatan Blahbatuh. Industri kerajinan ini dikelola krama secara turun- temurun, dan tak pernah redup. Permintaan pesanan seperangkat gong, seperti Baleganjur, Gong Kebyar, Semar Pagulingan hingga Angklung, selalu ada setiap saat. Terlebih  lagi, dalam suasana perpolitikan terutama Pileg dan Pilkada, seperangkat gong kerap menjadi satu hal yang dijanjikan para caleg maupun anggota legislatif yang berhasil lolos saat Pemilu. Yang kemudian difasilitasi melalui proposal bansos (bantuan social) atau hibah.

Pemilik kerajinan gong Sidha Karya, Jro Mangku Ibu PSSA (Perti Sentana Sira Arya) Kubon Tubuh, Ir Wayan Pager, tak memungkiri hal ini. Dia mengakui jika pesanan seperangkat gamelan dominan dari sekaa gong baik tingkat desa, banjar dan dadia yang mendapatkan hibah/bansos. Hanya saja, Jro Mangku Wayan Pager tidak bersentuhan langsung dengan proposal bansos itu. “Dominan saat ini menerima pesanan bansos. Dalam arti, krama banjar atau kelompok dadia yang bansosnya sudah cair baru melakukan pemesanan. Kalau secara langsung menerima pembelian melalui proses tender, tiang tidak ikut,” jelas suami dari Jro mangku Ibu Ni Ketut Rai Artini ini.

Dia mengaku tidak mau dipusingkan dengan urusan administrasi proposal yang cukup rumit. Selain itu, karya seni tidak bisa dikejar dead line atau tenggat waktu penyelesaian. “Karena bansos itu kan terikat waktu. Sebaliknya tukang ukir tiang tidak bisa kejar-kejaran,” ujar bapak 3 anak, 2 cucu ini.

Dengan sistem seperti itu, bukan caleg yang melakukan pemesanan ke Sidha Karya, melainkan kelompok dadia, banjar atau pun desa adat. Di samping itu, pihaknya juga menerima pemesanan secara pribadi swadaya. “Banjar yang swadaya juga masih ada,” jelasnya. Pemesanan bansos ini diakui datang dari seluruh Bali baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Jenisnya macam-macam disesuaikan dengan dana yang cair. “Kadang ada yang dapat Rp 100 juta, ngentug atau nambah lagi Rp 25 juta secara swadaya. Kadang ada pula yang seberapa dapat bansos, hanya segitu yang dipergunakan untuk membeli seperangkat gamelan,” jelas pria kelahiran 10 Desember 1961 ini.

Selain membuat seperangkat gamelan baru, Sidha Karya juga menerima jasa perbaikan bagian-bagian dari gamelan, semisal kendang, ceng-ceng, terompong, dan lain sebagainya. Untuk diketahui, kerajinan gamelan Sidha Karya ini diwarisi secara turun temurun sejak 170 tahun yang lalu. Kini “Sidha Karya” dijalankan oleh keturunan Pande Gambleran yang ke-7. Berawal dari hanya sebuah industri rumah tangga yang berkembang terus menerus hingga menjadi besar seperti saat ini. Jro Mangku Wayan Pager sendiri termasuk generasi ke tujuh. “Kami awalnya berasal dari Banjar/Desa Tihingan, Klungkung kemudian hijrah ke Blahbatuh. Memang tujuan awalnya untuk merawat gamelan,” jelasnya.

Ratusan barung gamelan telah dihasilkan setiap bulannya dan telah didistribusikan hingga seluruh pelosok nusantara seperti Kalimantan, Sulawesi,  Sumatera, dan kota-kota besar di Indonesia lainnya.

Selain didistribusikan dalam kancah domestik, gamelan “Sidha Karya” berhasil memasuki pasar internasional hingga negara Perancis, Amerika Serikat, Jepang, dan Swiss. Kini, industri kerajinan ini telah mempunyai sekitar 30 orang karyawan. Jenis gamelan yang dihasilkan oleh gamelan “Sidha Karya” beragam seperti Gong Kebyar, Semara Dahana, Angklung, dan Gong Gede. Dengan kisaran harga Rp 200 juta  – Rp 300 juta, satu set gamelan Bali ditawarkan.

Banyak wisatawan asing yang menjadikan industri kerajinan gong Sidha Karya menjadi salah satu destinasi wisata mereka. Kegiatan yang dilakukan di Sidha Karya adalah perkenalan jenis-jenis alat musik tradisional Bali yang dihasilkan seperti Gong Besi, Gong Luwang, Gamelan, Saron, Selonding Kayu, dan lain-lain. Wisatawan juga diperlihatkan bagaimana pembuatan gong dan gamelan, mereka dapat pula bebas mengambil foto asal tidak menganggu proses pembuatan gong dan gamelan. Kegiatan ini tidak dipungut biaya sehingga wisatawan dapat bebas berkunjung kapanpun untuk mempelajari alat musik tradisional Bali.*nvi

Komentar