nusabali

Luas Pura 2 Ha, Berisi 33 Palinggih, Pangempon Cuma 7 KK

Pura Penataran Luhur Medang Kamulan di Desa Mondoluku, Kecamatan Waringinanom, Gresik

  • www.nusabali.com-luas-pura-2-ha-berisi-33-palinggih-pangempon-cuma-7-kk

Dalam setahun, ada dua kegiatan besar di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan, yakni Karya Pujawali pada Purnamaning Kaulu dan Natajagat setiap 30 Juni sebagai wujud sembah bhakti kepada leluhur atas kokohnya NKRI

GRESIK, NusaBali

Keberadaan Pura Penataran Luhur Medang Kamulan di kawasan terpencil Dusun Buku, Desa Mondoluku, Kecamatan Waringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur terbilang unik. Pura yang dibangun di atas lahan seluas 2 hektare ini kini hanya diempon 7 kepala keluarga (KK). Padahal, awalnya pura ini sempat diempon oleg 75 KK krama Hindu.

Menurut Kelian Pangempon Pura Penataran Luhur Medang Kamulan, Letkol Marinir I Kadek Sumanila yang kini bergelar Romo Sepuh Satya Bhuana Medang Kemulan, pura ini sudah ada sejak tahun 1960. Pada era 1980-an, ada 75 KK Hindu yang ngempon Pura Penataran Luhur Medang Kamulan. Namun, seiring perjalanan waktu, jumlah pangempon pura terus menyusut, karena berbagai faktor. Di antaranya, karena alasan ekonomi, administrasi, dan lingkungan.

Bahkan, sejak tahun 2010, jumlah pangempon Pura Penataran Luhur Medang Kamulan yang tersisa hanya 7 KK. Umat Hindu yang bertahan ngempon pura ini sebagian besar mengandalkan mata pencaharian sebagai petani tebu dan padi.

Romo Sepuh Satya Bhuana menyebutkan, kerukunan antar umat beragama di Dusun Buku, Desa Mondoluku sangat terjaga. Bahkan, dulunya pengurus pertama Pura Penataran Luhur Medang Kamulan justru semuanya umat Muslim. “Jadi, kita tidak bicara masalah agama di sini, tapi leluhur. Pura Penataran Luhur Medang Kamulan adalah genah leluhur se-Nusantara," ungkap Romo Sepuh Satya Bhuana saat ditemui NusaBali di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan, Selasa (24/9) lalu.

Disebutkan, toleransi antar umat beragama di kawasan ini sangat terjaga dari masa ke masa. Buktinya, setiapkali digelar prosesi melasti jelang Nyepi Tahun Baru Saka, ratusan umat Muslim berjilbab turut serta beriringan menuju Jolotundo. Jarak yang ditempuh saat melasti mencapai 60 kilometer, dengan naik kendaraan.

"Sampai di Jolotundo, kita turun dari kendaraan lalu jalan kaki. Umat Muslim juga antusias ikut ritual jalan kaki," jelas Romo Sepuh Satya Bhuana, yang juga marinir aktif TNI AL berpangkat Letkol.

Selain itu, kata Romo Sepuh, setiap karya pujawali di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan yang jatuh setahun sekali pada rahina Purnamaning Kaulu, umat berbagai keyakinan se-Nusantara juga tangkil silih berganti. "Dalam setahun, ada dua kegiatan besar di pura ini, yakn karya pujawali pada Purnamaning Kaulu dan Natajagat setiap tanggal 30 Juni," terang lulusan Akabri tahun 1995 ini.

Kegiatan Natajagat itu sendiri digelar setiap tanggal 30 Juni, sebagai wujud sembah bhakti kepada leluhur atas kokohnya NKRI. "Peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni selalu kita tutup dengan upacara Natajagat ini,” kata Romo Sepuh sembari menyebut rangkaian upacara Natajagat cukup sederhana, yakni doa lintas agama di  Palinggih Ida Batara Dalem Gajah Mada.

Menurut Romo Sepuh, luas areal Pura Penataran Luhur Medang Ka-mulan secara keseluruhan mencapai 2 hektare. Termasuk di dalamnya Pesanggrahan Romo Sepuh sendiri. Pesanggrahan (kawasan rumah) Romo Sepuh tersebut dihuni 3 KK, yakni keluarga Jro Mangku, keluarga Seksi Konsumsi, dan keluarga Romo Sepuh sendrii.

Pura Penataran Luhur Medang Kamulan ini konsepnya berbeda dengan pura umumnya di Indonesia. "Ini murni konsepnya leluhur. Kalaupun ada Padmasana dan Candi, itu dominan kultur leluhur sesuai nama Medang Kemulan," jelas Romo Sepuh Satya Bhuana.

Dalam areal Pura Penataran Luhur Medang Kamulan terdapat 33 palinggih (bangunan suci) yang dominan menggunakan arsitektur Jawa. Palinggih tersebut, antara lain, Padma Candi, Gedong Lingga Kamulan, Penglurah Sakti, Arca Ken Dedes, Petirtan Tri Utama Suci, Dewa Ganesha, Hyang Panji Medang Kamulan Nusantara Sejati, Tri Suci Maha Rsi (Rsi Agastya, Rsi Markendya, dan Mpu Kuturan), Lingga Yoni, Surya Majapahit, Hyang Semar, dan Beji Sumber Kahuripan Sendang Kamulan.

Gedong Lingga Kamulan merupakan tempat pemujaan kepada leluhur dan roh suci yang disebut Batara. Di dalamnya terdapat Rong Tiga, yaitu Bapanta ring Tengen, Ibunta ring Kiwa, Matemahan Sang Hyang Iswara ring Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa roh-roh orang suci zaman dulu yang menyatu dengan Sang Hyang Tunggal, yaitu Kamulan Sakti Kamimitan.

Sekitar 75 meter setelah masuk areal Pura Penataran Luhur Medang Kamulan, terdapat Pura Beji sebagai tempat patirtan. Sumber airnya berupa klebutan yang dibuatkan sumur berdinding setinggi 2 meter. "Dari sumur inilah keluar air klebutan. Bahkan, saat kemarau panjang, airnya tidak pernah kering. Debit airnya besar, dipakai membangun pura juga nggak habis-habis. Padahal, areal di sebelahnya kering kerontang," kataperwira menengah TNI AL asal Kubutambahan, Buleleng ini. *nvi

Komentar