nusabali

Karier dari Bawah, Sempat 5 Tahun Kerja di Kapal Ferry Singapura

Ni Putu Cahyani Negara, Nakhoda Kapal Patroli di PLP Tanjung Priok

  • www.nusabali.com-karier-dari-bawah-sempat-5-tahun-kerja-di-kapal-ferry-singapura

Ni Putu Cahyani Negara yang kala itu bertugas sebagai Koordinator Analisa dan Program di Seksi Operasional Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, sempat mencari korban dan puing jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Desember 2018 lalu

JAKARTA, NusaBali

Keberhasilan Ni Putu Cahyani Negara SE MMar, 43, menduduki jabatan Nakhoda (Komandan) Kapal Patroli KN Alugara-P.114 di Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidaklah diraih dengan mudah. Sebelum menjadi perempuan satu-satunya sebagai komandan patroli di Pangalan PLP Tanjung Priok, Putu Cahyani mengawali kariernya dari bawah, termsuk jadi pekerja Kapal Ferry Singapura.

Putu Cahyani awalnya kuliah D3 Noutika Fakultas Teknik Kelautan, Universitas Hang Tuah Surabaya, Jawa Timur hingga tamat pada 1998. Setelah lulus D3 Noutika, perempuan Bali kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 4 Januari 1976, asal Banjar Kelod, Desa Manggis, Kecamatan Manggis, Karangasem ini sempat menganggur selama 6 bulan.

Kemudian, Putu Cahyani mendapat pekerjaan di Singapura sebagai pekerja Kapal Ferry. “Saya bekerja di Kapal Ferry Singapura selama 5 tahun. Itulah awal kiprah saya," ungkap Putu Cahyani saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, Jumat (13/9) sore.

Putu Cahyani mengungapkan, ketika melamar pekerjaan di Kapal Ferry Singaura, dirinya sempat kebingungan. Pasalnya, dia baru pertama kali ke Singapura. Lagipula, Putu Cahyani yang kala itu baru berusia 22 tahun hanya mendapat alamat saja untuk melakukan check up. Dia pun harus ektra keras untuk menemukan alamat dimaksud.

Namun, semua itu tidak membuat anak sulung dari dua bersaudara pasangan I Wayan Suantha Negara dan dan Sumiyati ini patah semangat. Dengan motivasi tinggi agar memperoleh pekerjaan di bidang pelayaran, Putu Cahyani akhirnya berhasil menemukan alamat tersebut.

Singkat cerita, Putu Cahyani akhirnya diterima bekerja sebagai pegawai di Kapal Ferry dengan trayek Singapura-Batam (Kepulauan Riau, Indonesia) tersebut. "Saya di sana awalnya menjadi Mualim II. Selang 6 bulan kemudian, saya naik ke Mualim I di Kapal Ferry Singapura yang berkapasitas 250 penumpang itu," kenang perempuan yang belajar mengemudikan kapal sejak SD, dengan belajar langsung dari ayahnya, Wayan Suantha, yang Nakhoda Kapal Ferry Jalur Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi)-Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana) ini.

Menurut Putu Cahyani, selama 5 tahun bekerja di Kapal Ferry Singapura, dirinya tidal mengalami kendala berarti. Pasalnya, di sana juga banyak pekerja kapal dari Indonesia. Setelah 5 tahun berkarier di Singapura, Putu Cahyani memutuskan balik ke rumahnya di Ketapang, Banyuwangi. Dia awalnya berencana menjadi pekerja Kapal Ferry di Indonesia. Untuk bisa bekerja, dia harus melamar ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Putu Cahyani justru mendapat informasi ada lowongan CPNS di Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Saya pun melamar kerja di Kemenhub pada September 2005. Selang 7 bulan kemudian, tepatnya April 2006, saya diterima menjadi CPNS Kemenhub dan langsung ditugaskan di Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, sampai sekarang," jelas istri dari Dasaat Putra ini.

Saat awal bertugas di Pangkalan PLP Tanjung Priok, Putu Cahyani menjadi staf seksi operasional. Posisi itu dilakoninya selama 5 tahun hingga Februari 2011. Kemudian, Putu Cahyani dipercaya menjadi Nahkoda (Komandan) Kapal Patroli KN P.348 yang dipegangnya selama 5 tahun pula, sejak Februari 2011 hingga Februari 2016.

Selanjutnya, Putu Cahyani kembali menjadi staf seksi operasional Pangkalan PLP Tanjung Priok sejak Februari 2016 hingga Februari 2019. Selama 3 tahun bekerja sebagai staf seksi operasional itulah, Putu Cahyani menyempatkan diri mengikuti pendidikan non formal di ANT I BP3IP (Jakarta) pada 2017.

Pada Februari 2019, Ni Putu Cahyani kembali dipercaya menjadi Nahkoda Kapal Patroli Kapak-P.209. Posisi ini dipegangnya selama 3 bulan, Februari-Mei 2019. Kemudian, Juni 2019, Putu Cahyani dipromosikan menjadi Komandan Kapal Patroli KN Alugara-P.114.

Perlu dicatat, KN Alugara P.114 merupakan kapal patroli kelas satu di PLP Kelas I Tanjung Priok. Ruang lingkup patroli KN Alugara P.114 ini lebih luas lagi. Bukan hanya patroli di perairan Jakarta, tapi juga hingga perairan Jepara (Jawa Tengah), Pontianak (Kalimantan Barat), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Jambi, dan Bengkulu.

"Ruang lingkup tersebut merupakan daerah operasional Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok untuk kapal kelas dua juga. Sementara kapal kelas tiga, hanya beroperasi di perairan Jakarta dan Kepulauan Seribu," papar kakak kandung dari I Made Cahyana Negara, politisi PDIP yang Ketua DPRD Banyuwangi ini.

Putu Cahyani sendiri mengaku banyak momen yang dialami selama 13 tahun bertugas di Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok. Momen tak terlupakan, antara lain, ketika ikut serta memadamkan kapal terbakar dan mencari jenazah nelayan tenggelam di perairan Teluk Jakarta ketika masih menjadi Nahkoda Kapal Patroli KN P.348.

Selain itu, Putu Cahyani juga pernah menyelamatkan ikan paus terdampar sekitar tahun 2012. "Awalnya tidak berani, karena kedalaman air dangkal. Saya khawatir kapal kandas. Akhirnya, kami menyelamatkan paus dengan menariknya pelan-pelan ke laut yang dalam menggunakan tali," beber Putu Cahyani.

Sayangnya, setelah berhasil diselamatkan, paus justru tersebut kembali terdampar di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Paus tersebut akhirnya mati dan ditarik kembali ke laut untuk ditenggelamkan di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, agar tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Pengalaman menarik lainnya adalah ketika Putu Cahyani ikut mencari korban dan puing jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Desember 2018 lalu. Kala itu, Putu Cahyani bertugas sebagai Koordinator Analisa dan Program di Seksi Operasional Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok.

Meski posisinya tidak berada di laut, tetapi Putu Cahyani tetap turun lantaran Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok menurunkan sejumlah krunya. Di perairan Karawang, Putu Cahyani menyaksikan langsung bagian-bagian tubuh manusia yang tidak utuh lagi.

Sementara itu, Kepala Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, Elwin Refindo, menilai Putu Cahyani bekerja dengan baik selama 13 tahun berdinas di sana. Selain itu, Putu Cahyani juga dianggap sebagai seorang nahkoda yang memiliki kemampuan lengkap, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya.

"Dulu dia (Putu Cahyani) pegang kapal kelas 3. Karena punya kemampuan dan kinerjanya bagus dia dipercaya pegang kapal kelas 2. Bahkan, saat ini dipercaya pegang kapal kelas 1 (Kapal Patroli KN Alugara-P.114),” puji Elwin Refindo.

“Jadi, semua kapal di Pangkalan PLP Kelas I Tangjung Priok sudah dipegang oleh Putu Cahyani. Itu tidaklah mudah, karena ada persyaratannya. Di samping itu, dia punya boarding officer instruktur, sehingga bisa dikatakan nahkoda lengkap," lanjut Elwin Refindo. *k22

Komentar