nusabali

Sindikat Penipu Beraksi, Rekening Milik Nenek Pensiunan PNS Dikuras Rp 100 Juta

  • www.nusabali.com-sindikat-penipu-beraksi-rekening-milik-nenek-pensiunan-pns-dikuras-rp-100-juta

Nasib apes menimpa Ni Ketut Sukerti, 68, nenek penisunan PNS yang tinggal di Jalan Pulau Aru Nomor 11 A Sanglah, Denpasar Barat.

DENPASAR, NusaBali

Uangnya dalam rekening BCA sebesar Rp 100 juta habis dikuras sindikat penipuan berkedok pegawai bank yang berjumlah 4 orang. Uniknya, 4 bulan pasca uangnya dikuras, korban tanpa sengaja bertemu tersangka di Pasar Sanglah hingga langsung diteriaki maling. Dari situ, 3 dari 4 tersangka akhirnya ditangkap petugas.

Empat anggota sindikat penipuan yang menguras rekening Ketut Sukerti sebesar Rp 100 juta, masing-masing Waholik, 54, Armadi alias Jawir, 42, Irwan Sukma, 41, dan Laila Safitri, semuanya dari luar Bali. Kecuali laila Safitri yang masih buron, mereka satu per satu tertangkap sejak 16 September 2019, setelah tersangka Irwan Sukma diringkus warga beramai-ramai di Jalan Tukad Banyusari Gang I Panjer, Denpasar Selatan usai diteriaki maling oleh korban Ketut Sukerti.

Peristiwa pengurasan uang milik korban Ketut Sukerti sendiri terjadi 14 Mei 2019 lalu. Kapolsek Denpasar Selatan, Kompol Nyoman Wirajaya, dalam rilis perkara di Mapolsek Denpasar Selatan, Jumat (20/9), mengatakan keempat tersangka memperdaya korban dengan berbagi peran. Tersangka Irawan berperan sebagai wisatawan asal Singapura, sementara tersangka Waholik sebagai pegawai Bank BCA, tersangka Laila Safitri berperan sebagai nasabah BCA, dan tersangka Armadi ber-tindak sebagai sopir.

Kisahnya, saat kejadian 14 Mei 2019, korban Ketut Sukerti bertemu tersangka Irwan saat hendak membeli buah di Pasar Sanglah. Kala itu, korban dicegat oleh Irwan yang mengaku wisatawan Singapura dan pura-pura menanyakan Jalan Anggrek Denpasar. Saat mereka sedang asyik ngobrol, datang terangka Laila Safitri, perempuan yang mengaku sebagai nasabah BCA. Tersangka Safitri bertanya apa yang terjadi?

Korban Ketut Sukerti pun menjelaskan bahwa orang asing bernama Irwan itu mencari Jalan Anggrek. Saat itulah para tersangka lanjut memainkan perannya masing-masing. “Saat Laila Safitri datang, tersangka Irawan menanyakan tempat penukaran uang dolar terdekat, sambil memperlihatkan uang dolar AS. Lalu, Safitri mengajak korban untuk membantu Irawan. Ketiganya menuju arah RSUP Sanglah dengan berjalan kaki untuk mencari ojek,” ungkap Kompol Wirajaya.

Mereka belum sempat pesan ojek ketika datang tersangka Waholik dan Armadi menggunakan mobil. Waholik berperan sebagai pegawai Bank BCA yang mengenakan baju kemeja, sepatu, dan berdasi layaknya pegawai bank. Sedangkan Armadi berperan sebagai sopir.

Selanjutnya, Laila Safitri yang ngaku sebagai nasabah BCA di tempat Waholik bekerja, meminta bantuan untuk menukarkan uang dolar milik Irwan. Sampai di situ, konsentrasi korban Ketut Sukerti makin buyar. Bahkan, korban tidak curiga ketika Waholik yang mengaku pegawai bank asal Pekalongan, Jawa Tengah mengajak mereka semua naik ke mobil untuk menuju ke bank.

Nah, dalam perjalan naik mobil, Waholik yang memiliki 4 nama KTA bank berbeda, yakni BCA, BNI, Mandiri, dan BRI, memainkan peran sebagai pegawai BCA bernama Jarot Subowo sesuai di kartunya. Waholik mengeluarkan istilah-istilah bank kepada korban. Kemudian, dia mengajak korban untuk menukarkan uang rupiahnya dengan dolar AS karena nilai tukar rupiah sedang tinggi. Selain itu, korban juga diiming-imingi imbalan jika mau menukarkan uang melalui Waholik.

Sementara, Irwan yang saat itu memegang beberapa mata uang asing, menanyakan kepada korban apakah memiliki uang rupiah untuk ditukar? Tanpa berpikir panjang, korban mengaku punya uang Rp 100 juta, tapi masih di bank. Singkat cerita, korban bersama para pelaku pun pulang ke rumahnya di Jalan Pulau Aru Sanglah untuk mengambil buku tabungan.

“Setelah mengambil buku tabungan, mereka menuju ke Bank BCA di Pertokoan Grand Sudirman Denpasar. Korban langsung menarik semua uangnya Rp 100 juta dan diserahkan kepada Waholik untuk ditukarkan dengan dolar AS. Waholik mengatakan dolarnya akan dikirim melalui rekening 1 jam kemudian. Lalu, korban diantar pulang ke rumahnya. Habis itu, keempat tersangka kabur. Beberapa saat kemudian, barulah korban sadar telah ditipu,” papar Kompol Wirajaya.

Berselang 4 bulan kemudian, tepatnya 16 September 2019 pukul 09.00 Wita, korban Ketut Sukerti tanpa sengaja bertemu komplotan penipu ini di Pasar Sanglah yang sedang mencari mangsa. Kebetulan, salah satu wajah mereka, yakni Irwan, masih diingat oleh korban. Sontak korban teriak maling sambil menunjuk ke arah tersangka asal Palembang tersebut.

Mendengar teriakan korban, sekitar 50 warga di Pasar Sanglah rama-ramai mengejar tersangka Irwan yang lari menuju Jalan Tukad Banyusari Panjer, melalui ke Gang Pelita. Setibanya di Jalan Tukad Banyusari, teraangka Irwan yang hendak masuk ke Gang II langsung dihadan warga. Lalu, Irwan berlari ke utara dan masuk ke Gang 1. Di sana dia meminta pertolongan warga untuk sembunyi, namun ditolak.

Saat kembali ke arah timur Gang 1, pria berkulit bersih ini akhirnya ditangkap warga. Tangannya diikat ke belakang menggunakan tali, lalu digebuk ramai-ramai. Habis itu, terangka diserahkan ke polisi. Saat diamankan polisi, dari tangan tersangka Irwan disita barang bukti 126 lembar pecahan 1.000 uang Brasil, 17 lembar pecahan 1.000 uang Korea Utara, 10 lembar pecahan 1.000 uang Afganistan, plus uang tunai Rp 11,5 juta.

Sementara itu, tiga tersangka lainnya berhasil kabur saat Irwan diteriaki maling di Pasar Sanglah. Tersangka Waholik dan Armadi kabur menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana dengan naik bus. Namun, keduanya berhasil ditangkap polisi di Pelabuhan Gilimanuk, siang harinya. Sebaliknya, tersangka Laila Safitri hingga kini masih buron. *pol

Komentar