nusabali

Kemarau, Masa Tanam Padi Ketiga Terancam Ditiadakan

  • www.nusabali.com-kemarau-masa-tanam-padi-ketiga-terancam-ditiadakan

Beberapa subak di Kabupaten Jembrana yang biasa menerapkan tiga kali masa tanam padi dalam setahun, terancam meniadakan masa tanam ketiga di 2019 ini.

NEGARA, NusaBali

Ancaman ini karena tidak ada pasokan air sehubungan musim kemarau yang masih berlangsung. Seperti terjadi di Subak Tamblang wewidangan Desa Dangin Tukadaya dan Desa Batuagung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana. Subak yang menerapkan tiga kali masa tanam padi, dan baru saja melewati masa panen tanam kedua, belum ada tanda-tanda melanjutkan masa tanam padi ketiga. “Kemungkinan tidak bisa lanjut untuk masa tanam ketiga tahun ini karena belum ada air,” ujar Kelian Subak Tamblang Gusti Suantra, 60, Minggu (15/9).

Menurut Kelian Subak asal Banjar Munduk, Desa Batuagung, ini biasanya setelah masa panen tanam kedua, akan langsung dilanjutkan masa tanam ketiga antara September dan Oktober, sehingga bisa kembali panen pada Desember. Tetapi masa tanam ketiga itu kemungkinan tidak bisa dilaksanakan tahun ini. Selain belum ada tanda-tanda hujan, dari pengamatan terhadap air di Bendung Jero Pengentuh yang menjadi sumber pengairan ke wilayah subaknya, tampak mengering.

Karena tidak ada air, Suantra tidak berani memberikan pengarahan kepada 110 petani yang memiliki lahan seluas 47 hektare di subaknya, untuk melakukan penanaman yang ketiga kali. Dari perkiraannya, masa tanam selanjutnya baru akan bisa dilakukan memasuki awal 2020 nanti. “Informasi yang kami terima, kemungkinan akhir tahu baru ada hujan. Jadi, kalau baru akhir tahun, kemungkinan baru bisa turun kembali menanam padi antara Januari atau Februari nanti,” ujarnya.

Dalam kurun waktu sebelum awal tahun baru nanti, pihaknya juga tidak berani mengarahkan anggota subaknya untuk menanam palawija, lantaran pasokan air yang benar-benar kering kerontang. Karena itu, sembari menunggu hujan yang diperkirakan baru akan terjadi pada akhir tahun ini, maka lahan persawahan terpaksa dikosongkan. “Tetapi kami lihat dulu juga perkembangan cuaca. Kalau semisal nanti dekat-dekat ini sudah ada air, bisa saja kembali turun tanam ketiga jelang akhir tahun,” ungkapnya.

Mengenai hasil panen masa tanam kedua di Subak Tamblang tahun ini tergolong berhasil. Hasil dua varietas padi yang ditanam, yakni Ciherang dan Inpari 42, rata-rata menghasilkan 6,5 ton hingga 7 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Untuk harga jual ke saudagar, juga sangat bagus, dengan kisaran Rp 260.000 hingga Rp 300.000 per are. “Kendala sekarang tidak ada air. Kalau dipaksakan turun, nanti malah gagal panen, jadinya malah rugi,” tutur Suantra.

Sementara Kabid Pertanian pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Nengah Ribawa, mengatakan dinas tidak memaksakan petani atau subak menerapkan tiga kali masa tanam padi. Semua tergantung kebijakan masing-masing subak, dan tergantung ketersediaan air. Namun dari pihak dinas menganjurkan kepada subak yang biasa menerapkan tiga kali pola tanam padi dalam setahun, tidak full selama tiga kali menanam padi. Tetapi mengisi satu kali masa tanam palawija, untuk menghindari risiko pertumbuhan hama tanaman padi.

“Sebenarnya kalau memang ada air, juga tidak masalah diterapkan full selama tiga kali tanam padi. Tetapi harus dilakukan perawatan lebih intensif, dan yang paling berpengaruh adalah ketersediaan air. Kami dari pihak dinas tidak mengharuskan tiga kali masa tanam kalau memang tidak ada air. Percuma juga turun tanam kalau tidak ada air,” ujarnya. *ode

Komentar