nusabali

Siswa Belajar di Emperan

Atap Ruang Kelas di SDN 1 Yehsumbul Nyaris Ambruk

  • www.nusabali.com-siswa-belajar-di-emperan

Sebanyak 19 orang siswa kelas III SDN 1 Yehsumbul belajar di emperan, karena sudah tidak ada ruang lain yang bisa dimanfaatkan.

NEGARA, NusaBali

Kondisi atap salah satu gedung yang ada deretan ruang kelas dan ruang kepala sekolah (kasek) di SDN 1 Yehsumbul, Banjar/Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, nyaris ambruk. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak sekolah memindahkan aktivitas belajar mengajar. Selain menggunakan ruang perpustakaan, salah satu kelas terpaksa belajar di emperan sekolah.

Kondisi ini terungkap saat Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, bersama dua anggota dewan, Ni Ketut Muliasih dan I Gede Putu Suegar Dana Cita, melakukan sidak ke sekolah tersebut, Rabu (11/9) siang. Dalam sidak tersebut, terpantau kondisi atap salah satu gedung yang berada di sisi utara, sangat mengkhawatirkan. Dari sela-sela plafon yang jebol, kap baja ringan yang menjadi kerangka atap gedung yang sebelumnya menjadi tempat tiga ruang kelas, yakni ruang kelas IV, V, VI, beserta ruang kepala sekolah itu sudah keropos. “Tidak berani kami gunakan. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kasek SDN 1 Yehsumbul, Agung Trisnawati.

Sebenarnya, kata Agung Trisnawati, atap gedung yang diganti menggunakan kap baja ringan pada 2007 itu diketahui sudah mulai keropos sekitar tahun 2017 lalu. Sebelumnya, pihak sekolah bersama komite sudah berusaha memperbaiki sejumlah titik kap baja ringan yang keropos, dengan cara menyambung kayu. Namun setelah kejadian gempa di Situbondo, Jawa Timur, pada Oktober 2018 lalu, kerusakan atap semakin parah. Di mana hampir seluruh kap baja ringan diketahui keropos. Bahkan, ada beberapa titik kap baja yang hanya tersisa bagian tulangannya, sehingga pihaknya terpaksa mengosongkan gedung tersebut. “Semua kami pindah setelah gempa Situbondo beberapa bulan lalu,” ucapnya.

Menurutnya, untuk ruang kepala sekolah, dipindah bergabung dengan ruang guru. Sedangkan 27 siswa kelas IV, 21 siswa kelas V, dan 26 murid kelas VI, dipindahkan belajar menggunakan ruang kelas I, II, dan III. Sementara untuk 17 orang siswa kelas I bersama 20 siswa kelas II, dipindah belajar menggunakan ruang perpustakaan. Sedangkan khusus 19 orang siswa kelas III, terpaksa harus belajar di emperan, karena sudah tidak ada ruang lain yang bisa dimanfaatkan. “Untuk kondisi ini sudah kami laporkan ke dinas. Katanya akan dianggarkan tahun depan. Nanti Bu Ketua Dewan, juga akan mendorong, agar menjadi prioritas tahun depan,” ujar Trisnawati.

Setelah dari SDN 1 Yehsumbul, Ni Made Sri Sutharmi bersama Ni Ketut Muliasih, juga sempat melakukan peninjauan ke SDN 6 Yehembang, Banjar Kaleran Kaja, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo. Peninjauan itu dilakukan setelah adanya laporan kerusakan pagar alas sekolah. Ternyata saat ke SDN 6 Yehembang, selain kerusakan pagar alas, dari pihak sekolah juga mengadukan kap baja salah satu gedung sisi timur tempat ruang kelas I, kelas II, kelas III, serta ruang guru, juga sudah mulai keropos. “Kap baja sudah mulai rusak, sampai beberapa genteng melorot. Sementara masih bisa digunakan. Tetapi kalau lama dibiarkan, takutnya makin parah,” ujar Kasek SDN 6 Yehembang I Ketut Wartana.

Ni Made Sri Sutharmi mengaku baru menerima laporan tentang kerusakan atap gedung di dua sekolah tersebut. Terutama kerusakan atap yang sangat parah di SDN 1 Yehsumbul, sehingga memaksa pihak sekolah memindahkan anak-anak belajar di emperan. “Saya sidak hari ini (kemarin), setelah kemarin menerima laporan dari pak kelian. Untuk kerusakan atap, itu segera kami koordinasikan ke Dinas Pendidikan. Nanti kami minta buat inventaris, mana yang menjadi skala prioritas. Kalau untuk yang di SDN 1 Yehsumbul, itu pasti kami minta diprioritaskan di APBD induk 2020,” ucap Srikandi dewan dari Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, ini.

Menurut Sri Sutharmi, dari pengamatan selama ini, penggunaan kap baja ringan untuk kerangka atap gedung sekolah paling maksimal berumur 10 tahun. Karena itu, penggunaan kap baja ringan perlu dievaluasi. Dalam perbaikan nanti, pihaknya meminta agar kembali digunakan kayu yang berkualitas. “Atau kalau tetap kap baja, gentengnya juga harus disesuaikan, apa yang harus menjadi pasangannya. Tetapi kalau lebih baik kayu, kami minta gunakan kayu saja. Sebenanrya waktu rapat kerja tahun 2017, saya juga sudah tekankan begitu,” tandas mantan Ketua Komisi A DPRD Jembrana periode 2014–2019 ini. *ode

Komentar