nusabali

Sendirian Rawat Cucu Kolok dan Lumpuh

Derita Hidup Dadong Kolok di Desa Puhu, Payangan, Gianyar

  • www.nusabali.com-sendirian-rawat-cucu-kolok-dan-lumpuh

Cobaan berat menimpa seorang gadis penderita disabilitas bisu dan cacat fisik, Ni Wayan Kolok,24.

GIANYAR, NusaBali

Dia tinggal di sebuah pondok di Banjar Ponggang, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar. Sejak lahir, hanya diasuh dadong (nenek)nya, Ni Wayan Tagel, 80.

Dalam segala keterbatasan, Dadong Tagel berhasil merawat cucunya ini selama bertahun-tahun. Berbagai cara pengobatan telah diupayakan. Namun cacat fisik yang diderita Ni Kolok amat sulit sembuh. Dadong ini hanya bisa bertahan dengan memberinya kasih sayang, cukup makan sehari-hari, memandikan, bahkan membersihkan kencing maupun kotoran Ni Kolok. Bahkan setiap bulan, hampir selama seminggu sang nenek harus membersihkan darah haid Ni Kolok. "Dia (Ni Kolok,Red) lahir di luar nikah. Dari kecil memang saya yang ngasuh. Ibunya pilih menikah lagi," jelas Dadong Tagel mengawali percakapan, Minggu (8/9) kemarin.

Saat Ni Kolok masih kanak-kanak, Dadong Tagel masih biasa mengajaknya kesana- kemari, termasuk sembahyang ke Pura. Namun setelah tubuhnya sepadan, nenek yang kian renta tak kuasa sehingga pilih diam saja di rumah. Bahkan beberapa tahun terakhir, Dadong Tagel tidak pernah meninggalkan Wayan Kolok sedetikpun. "Kalau ditinggal kasihan. Dia tidak bisa bicara, juga tidak bisa berjalan," ujarnya. Selain mengasuh layaknya bayi, neneknya juga sering bergadang jika malam hari. "Apalagi kalau pas ada suara gamelan terdengar sampai rumah. Dia pasti bangun dan terus bilang aa, aa, aa, kayak mau bilang sesuatu. Karena waktu kecil, dia suka dengar dan lihat orang magambel (menabuh)," kenangnya.

Mirisnya lagi, selama bertahun-tahun pondok yang ditinggali ini tidak tersentuh aliran listrik. Beruntung ada donatur yang menyumbang lampu panel tenaga surya, sehingga tiap malam minimal ada secercah cahaya dalam pondok gelap yang dikelilingi tegalan. "Siangnya lampu ini harus dijemur, kalau tidak ada matahari atau pas hujan. Malamnya lampu tidak bisa hidup, pasti gelap," ujarnya.

Sedangkan untuk kebutuhan air, mereka dapatkan dari sumbangsih warga setempat lengkap dengan meteran dan satu keran. Hanya saja, pondok ini tidak memiliki kamar mandi. Sehingga nenek ini harus ke kali sebelah barat rumahnya untuk buang air besar. Ni Kolok cukup dimandikan di bawah kucuran air keran. "Mandinya jarang, karena tiyang (saya) gak kuat ngangkat. Kalau pas kebetulan datang adiknya (adik tiri, anak dari ibunya yang telah menikah lagi, Red) baru tiyang mandikan," jelasnya. Sedangkan makan dan minum, masih disuapi. Mengenai keberadaan ibu gadis ini, Ni Wayan Nus alias Wayan Ukum, diakui telah menikah di banjar setempat. Setiap tiga hari sekali, rutin datang menjenguk. "Kadang kalau rambutnya panjang, dipotong sama ibunya," jelasnya. Ni Kolok pun diakui cukup sering mendapat bantuan. Termasuk menerima bantuan dua kursi roda dan akses turun dari bale menuju natah. "Sudah, sudah banyak yang bantu, banyak yang prihatin. Dia dikasi kursi roda dan dibuatkan jalan turun. Tapi tyang sendiri tidak kuat ngajak cucu tiyang niki naik turun," ungkapnya.

Jelas Dadong Tagel, laki-laki yang diduga ayah Ni Kolok, bernama I Made Suka, asal Bangli. Laki-laki ini saat muda sering nginap dan makan di rumah Dadong Tagel. Namun saat Ni Wayan Nus hamil, laki-laki ini pergi dan tak mau mengakui perbuatan menghamili Ni Wayan Nus. *nvi

Komentar