nusabali

4 SD di Tabanan Akan Diregrouping

  • www.nusabali.com-4-sd-di-tabanan-akan-diregrouping

Hingga akhir Agustus 2019, ada enam SD yang diregrouping menjadi tiga sekolah. Cara itu ditempuh karena jumlah murid minim dan untuk menekan  kebutuhan guru PNS.

TABANAN, NusaBali

Di 2020 bakal ada empat sekolah dasar (SD) di Kabupaten Tabanan yang diregrouping karena jumlah siswanya sedikit. Sedangkan di 2019 ini sudah ada enam SD yang diregrouping oleh Dinas Pendidikan Tabanan atas persetujuan masyarakat. Solusi regrouping ditempuh selain karena jumlah murid di satu sekolah minim, juga untuk menekan kebutuhan guru akibat kekurangan ribuan guru PNS.

Dua SD yang bakal diregrouping adalah SDN 1 dan SDN 2 Jegu di Desa Jegu, Kecamatan Penebel, serta SDN 1 Kukuh dan SDN 2 Kukuh di Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan.

Sementara enama SD yang telah diregrouping adalah SDN 1 dan SDN 2 Buahan di Kecamatan Tabanan, SDN 1 dan SDN 2 Sesandan, Kecamatan Tabanan, serta SDN 1 dan SDN 2 Tibu Biu, Kecamatan Kerambitan.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Tabanan Wayan Miarsana mengatakan regrouping dilakukan untuk mengoptimalkan sistem belajar mengajar. Di mana ada SD yang pertumbuhan sekolah tidak signifikan, sementara kondisi rombel yang ada jauh dari standard. Dengan kondisi itu lebih baik dilakukan regrouping. “Ada guru mengajar siswa dua orang, kami kira akan lebih pintar, ternyata tidak. Ini kan mempengaruhui mental, ya lebih baik diregrouping saja,” kata Miarsana, Minggu (1/9).

Hingga akhir Agustus 2019 sudah ada tiga sekolah hasil diregrouping dari enam SD. Untuk di 2020 bakal ada empat SD yang diregrouping menjadi dua sekolah. Laporannya telah masuk ke kecamatan. Namun Dinas Pendidikan akan mengecek ke lapangan. “Selain itu juga berkoordinasi dan rapat dengan masyarakat setempat. Karena regrouping juga harus meminta persetujuan masyarakat,” tegas Miarsana.

Menurut Miarsana tujuan lain dari regrouping adalah salah satu solusi untuk mengurangi kekurangan guru. Dengan adanya regrouping otomatis siswa yang jumlahnya per rombongan belajar (rombel) tidak sampai 32 orang, bisa digabung. Sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Kebutuhan guru pun akan tercapai, karena SD yang diregrouping sudah menjadi satu. “Jadi kami juga akan memberikan motivasi kepada masyarakat, agar desa yang memiliki 1 SD tetapi pertumbuhan pendidikan tidak signifikan serta jarak sekolah berdekatan, lebih baik diregrouping saja,” tandas Miarsana. *des

Komentar