nusabali

Persawahan Dipenuhi Sampah Plastik

Petani Mengeluh, Dewan Kota Turun Tangan

  • www.nusabali.com-persawahan-dipenuhi-sampah-plastik

Keluhan lainnya yakni terkait limbah sablon yang dibuang sembarangan ke sungai oleh pengusaha sablon di Kelurahan Pedungan yang tentunya dapat mengganggu kesuburan padi.

DENPASAR, NusaBali

Petani Subak Kredung, di Banjar Pitik, Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan mengeluh karena banyaknya sampah plastik yang masuk ke sawah mengganggu tanaman padi mereka. Sampah-sampah tersebut berasal dari pemukiman warga yang hanyut melalui saluran irigasi. Selain sampah, petani juga mengeluh dengan adanya limbah sablon yang dibuang sembarangan oleh pemilik usaha.

Keluhan tersebut langsung direspon oleh Anggota DPRD Kota Denpasar dari Fraksi NasDem dan PSI yang langsung terjun ke lokasi, Kamis (29/8) untuk memastikan keluhan tersebut. Dewan yang dipimpin langsung Ketua Fraksi AA Ngurah Widiada, I Wayan Gatra, I Made Yogi Arya Dwi Putra, Emiliana Sri Wahjuni, dan Agus Wirajaya. Mereka mendapati sampah plastik yang memang memenuhi saluran irigasi tanpa dibersihkan.

Pekaseh Subak Kredung, I Wayan Tama, 56, mengatakan, petani di Subak Kredung ini sudah lama mengeluh. Keluhan tersebut bahkan sudah pernah disampaikan ke pemerintah. Petani mengeluhkan adanya sampah kiriman dari pemukiman warga melalui saluran irigasi masuk ke lahan persawahan yang menyebabkan petani harus bersusah payah membersihkan sampah-sampah sampah yang semakin banyak.

Keluhan lainnya yakni terkait limbah sablon yang dibuang sembarangan ke sungai oleh pengusaha sablon di Kelurahan Pedungan yang tentunya dapat mengganggu kesuburan padi. Keluhan lainnya yakni maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi pembangunan. Sehingga, sawah-sawah yang ada di Subak Kredung semakin menyempit ditambah dengan aturan yang sudah tidak memperkuat pelestarian lahan pertanian.

Hal itu membuat para petani yang sebelumnya masih bergairah menghasilkan lumbung beras menjadi semakin tidak bersemangat. "Tiga keluhan itu yang selama ini kami alami sebagai petani. Kami ingin ada tindak lanjut dari pemerintah Kota Denpasar. Jika terus seperti ini kami sebagai petani yang susah harus membersihkan sampah plastik yang begitu banyak," ungkapnya.

Dikatakan Tama, alih fungsi lahan juga harus ditindaklanjuti pemerintah karena persawahan terus berkurang. Jika pemerintah bisa menindaklanjuti hal tersebut, Tama meyakini petani masih bersemangat untuk menggarap lahan persawahan di Subak Kredung tersebut. "Kami serahkan ke Pemerintah, kebetulan Dewan turun sekarang semoga bisa segera ditindaklanjuti keluhan kami," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Fraksi NasDem, AA Ngurah Widiada, akan segera menyampaikan hal tersebut ke Pemerintah Kota Denpasar. Sebab, sampah-sampah tersebut sudah lama dikeluhkan bahkan dari tiga tahun sebelumnya. "Karena ini yang paling tinggi sampah ke sawah, barulah petani merasa bingung. Ini karena kurangnya masyarakat tentang menjaga kebersihan lingkungan apalagi penduduk di sini padat,"  jelasnya.

Kata Widiada, dengam keluhan tersebut, pemerintah harus sering-sering melakukan kontrol khususnya ke kawasan Kelurahan Pedungan. Apalagi, saat ini Kota Denpasar masih gencar-gencarnya mensosialisasikan tentang pengurangan penggunaan kantong plastik. Dengan kondisi tersebut, Widiada mengatakan, belum sepenuhnya sosialisasi berjalan dan memberikan Pembinaan kepada masyarakat setempat.

Anggota Dewan lainnya, I Wayan Gatra menambahkan, pengusaha-pengusaha sablon juga harus diberikan peringatan sehingga mereka juga harus ikut menjaga lingkungan bukan sekedar mencari keuntungan. Pemerintah dalam hal ini harus berupaya melakukan pendataan terhadap pengusaha-pengusaha sablon dan memberikan pembinaan.

Sebab selama ini limbah sablon yang paling tinggi mencemari lingkungan khususnya sungai di Kota Denpasar. "Ini inisiatif juga harus dari aparat desa terbawah untuk memberikan pembinaan. Mereka yang paling berperan mengawasi dan berkoordinasi dengan pekaseh dan para pengusaha ini. Harus menjaga lingkungan bersama. Dan ini bisa dibilang aparat terbawah lengah dalam pengawasannya," ujarnya.

Ditambahkan, jika terus lahan terkontaminasi dan hasil tidak produktif karena limbah sablon tersebut, dikhawatirkan petani akan lesu dalam penggarapannya. “Lahanpun juga bisa dijual dan beralih fungsi. Padahal, subak tersebut masih digarap untuk dijadikan subak lestari,” imbuhnya. *mis

Komentar