nusabali

DLH Jajaki Pembuatan TPST Desa Berbasis Smart Phone

  • www.nusabali.com-dlh-jajaki-pembuatan-tpst-desa-berbasis-smart-phone

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gianyar kini mencoba merancang model Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) berbasis teknologi smart phone.

GIANYAR, NusaBali

Hal itu terungkap saat jajaran DLH Gianyar menggelar sosialisasi rencana pembangunan TPST desa dihadiri  sekitar 30  perbekel dan perwakilan perbekel/kelurahan, dari 64 desa dan enam kelurahan di Kabupaten Gianyar, di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Selasa (27/8).

Sosialisasi melibatkan perwakilan Yayasan Bumi Sasmaya yang bersekretariat di Desa Temesi, Gianyar, dan Suarti Foundations yang beralamat di Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud.

Sosialisasi dipandu Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra. Para perbekel dan perwakilan perbekel/lurah tampak sangat antusias menyimak paparan terkait rencana kerja sama pengelolaan sampah oleh pihak ketiga. Suarti Foundations melalui stafnya, Arya Primanda Wibisana memaparkan pola penanganan sampah secara terpadu berbasis teknologi smart phone. Teknologi ini ditopang dengan data managemen tentang wilayah sebaran sampah di suatau wilayah atau desa. Dengan teknologi ini akan mudah memantau secara akurat dimana sebaran sampah, kapan sampah yang telah dan belum terangkut, dan lainnya. Selama ini seirng terjadi masalah karena sampah tak terangkut sesuai jadwal dan keadaaan di lapangan. ‘’Kami mengembangkan teknologi ini karena sampah merupakan sumberdaya yang tak pernah berkurang. Namun pemanfaatan teknologi ini ada tahapannya, sepanjang semua pihak berkomitmen serius untuk menangani sampah secara baik dan benar,’’ ujarnya.

Dia mengakui model ini dapat diterapkan berpola kerja sama dengan  pihak lain, termasuk dengan Yayasan Bumi Sasmaya yang sangat konsen dalam penanganan sampah. Project Manager Yayasan Bumi Sasmaya (YBS) I Gede Nyoman Agastya Yatra memaparkan pengelolaan sampah oleh yayasannya melalui program MPH (merah putih hijau). Dia menawarkan program ini hanya bisa dijalankan jika ada eco-campions atau pelopor yang peduli tentang sampah di desa, manager komunitas untuk jembatani masyarakat dalam penanganan sampah terutama dalam hal pemisahan sampah organik dan anorganik, terutama dari  rumah tangga. ‘’Terpenting lagi adalah perbekel dan lurah yang harus berkomitmen kuat dalam penanganan sampah ini,’’ tegasnya

Agastya Yatra menambahkan, YBS secara sukarela akan membangun tempat olah sampah di desa. Bangunan ini dilengkapi mesin operasional olah sampah dan tenaga untuk TPST milik BUMDes. YBS juga akan mengedukasi masyarakat dan pengelola TPST ini selama setahun. Selanjutnya, TPST ini diharapkan bisa mandiri. ‘’Untuk biaya satu unit TPST, operasional, dan edukasi, di luar tanah bangunan, kami anggarkan Rp 500 juta - Rp 700 juta. Nilai ini sesuai volume sampah di masing-masing desa yang sepakat kami bangunin TPST,’’ jelasnya.

Kata dia, program ini sudah berjalan di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Badung, dan  Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan. YBS kini sedang membangun TPST yang sama di desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Khusus TPST di Pererenan sudah bisa menghasilkan uang sekitar Rp 100 juta lebih dari upah pungut sampah. TPST juga menghasilkan kompos dan bahan daur ulang.

Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan mengintensifkan penanganan sampah di desa- desa, khususnya desa yang mulai serius menangani  sampah secara mandiri. Pertemuan ini sebagai bukti nyata bahwa penanganan sampah tak cukup dilakukan pemerintah. Jelas dia, penanganan sampah membutuhkan langkah komprehensif atau totalitas baik dari pemerintah, lembaga atau komunitas, warga desa bahkan rumah tangga. ‘’Kami sangat bangga karena para perbekel dan lurah serta komunitas peduli lingkungan punya komitmen kuat dalam menangani sampah,’’ jelas pejabat asal Banjar Kesian, Desa Lebih, Gianyar ini. *lsa

Komentar