nusabali

Gedung DPRD Papua Barat Dibakar, Bandara Dirusak

  • www.nusabali.com-gedung-dprd-papua-barat-dibakar-bandara-dirusak

Demo Protes Isu Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya

MANOKWARI, NusaBali

Isu pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur berujung demo anarkis di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8). Gedung DPRD Provinsi Papua Barat di Manokwari dibakar massa. Bukan hanya itu, massa pendemo juga merusak bandara, sejumlah kendaraan, dan fasilitas umum lainnya. Dalam insiden ini, 3 anggota Polri dilaporkan terluka.

Selain membakar Gedung DPRD Papua Barat, massa pendemo yang terdiri atas mahasiswa dan masyarakat juga membakar ban di jalan. Mereka juga memblokade jalan. “Tadi pagi (kemarin) sebenarnya situasi telah kondusif, sudah berhasil komunikasi. Tapi agak siang, ada bakar-bakaran, perusakan fasilitas umum dan kendaraan," ungkap Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo kemarin.

Brigjen Dedi belum mendapat data lengkap terkait objek apa saja yang dirusak dalam demo anarkis di Manokwari. Selain itu, aksi di Manokwari membuat arus lalulintas lumpuh, karena sejumlah jalan diblokade pendemo. "Hampir semua titik-jalan dan perempatan di Manokwari diblokir sama komunitas masyarakat dan mahasiswa," katanya.

Bahkan, massa penddemo juga merusak Bandara Domine Eduard Osok dan membakar sebagian barang di bandara. Massa dilaporkan masuk kawasan bandara dan melempar sejumlah fasilitas yang ada. Mereka sempat dihadang aparat kepolisian setempat dengan tembakan peringatan.

Saat demo anarkis kemarin, polisi bernegosiasi dengan mahasiswa dan tokoh masyarakat di Manokwari. Saat itulah tiga anggota Polri terluka. "Dari kepolisian, tiga korban luka. Satu di antaranya Karo Ops, dua lagi anggota. Saat negosiasi dengan Wagub dan Pangdam, ada provokasi lemparan batu," papar Brigjen Dedi.

Brigjen Dedi menyebutkan, kerusuhan di Manokwari bermula dari mahasiswa dan masyarakat yang menyampaikan aspirasinya terkait isu insiden kekerasan dan pengusiran mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, beberapa hari lalu. Mereka kemudian memblokade jalan hingga melakukan pembakaran dan perusakan.

Pasca rusuh, kondisi di Manokwari sudah kondusif, Senin sore. Menurut Kapolda Papua Barat, Brigjen Herry Rudolf Nahak, massa membubarkan diri setelah bernegosiasi dengan Wagub, Kapolda, dan Pangdam. Ada dua tuntutan yang diajukan massa pendemo. Pertama, menuntut jaminan keamanan mahasiswa asal Papua di wilayah Jawa. Kedua, menuntut adanya permintaan maaf terkait pernyataan pejabat soal mahasiswa Papua.

"Mereka marah merespons kejadian di Surabaya dan Malang. Jadi, mereka merasa sakit hati dengan ungkapan kata-kata yang kurang baik. Kata-kata itu membuat masyarakat Manokwari marah secara spontan," ujar Brigjen Herry Rudolf dilansir detikcom terpisah di Manokwari, Senin kemarin.

"(Tuntutan) sudah ditindaklanjuti, telah kita komunikasikan. Dari Wakil Gubernur Papua Barat sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jatim. Dan, Gubernur Jatim juga memberikan statemen, mudah-mudahan semuanya akan terus kondusif," lanjutnya.

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa kemarin sudan menelepon Gubernur Papua, Lukas Enembe, untuk minta maad. Gubernur Lukas Enembe pun berjanji akan datang ke Jatim. "Tadi saya telepon Gubernur Papua, kami mohon maaf karena sama sekali itu (ujaran rasis ke mahasiswa Papua) bukan mewakili suara masyarakat Jatim," ungkap Gubernur Khofifah saat mendampingi Kapolri Jenderal Tito Karnavian di RS Bhayangkara Polda Jatim di Surabaya, Senin kemarin.

Menurut Khofifah, Gubernur Lukas berjanji akan ke Jatim untuk berkomunikasi dengan mahasiswa Papua di Jatim. Kepada Khofifah, Gubernur Lukas juga berpesan agar para mahasiswa tetap dijamin haknya untuk mengenyam pendidikan di Jatim. "Insyaallah nanti Gubernur Papua akan ke Jatim. Beliau juga akan mengkomunikasikan dengan mahasiswa Papua yang sedang studi di Jatim, tak hanya Surabaya dan Malang, tapi daerah lainnya," jelas Khofifah.

Khofifah menyebutkan, selama ini komunikasi yang dilakukannya dengan masyarakat Papua yang tinggal di Surabaya terjalin baik. "Komunikasi Forkopimda dengan mahasiswa Papua selama ini terjalin sangat baik dan intensif. Saat kita kampanye untuk membangun Pemilu damai, mereka juga hadir. Upacara saat hari Bhayangkara juga mereka juga hadir,” papat Khofifah.

Khofifah mengajak seluruh masyarakat untuk saling menghormati satu sama lain. Hal ini untuk menjaga keutuhan NKRI. "Dalam dinamika kehidupan berbangsa, bernegara ini, masing-masing harus membangun komitmen kita menjaga NKRI, Pancasila, merah putih. Atas nama komitmen itulah mari bersama-sama kita menempatkan satu dengan yang lain setara. Harus saling menghormati, saling menghargai.”

Khofifah meminta maaf kepada masyarakat Papua jika salah satu warganya di Jatim mengucapkan kata-kata kurang pantas kepada masyarakat Papua. Khofifah mengatakan hal tersebut dilakukan secara personal, bukan menyangkut seluruh masyarakat Jatim. Dia juga menyebut kalimat itu memang tidak sepantasnya terucap. *

Komentar