nusabali

HUT RI Mantapkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali

  • www.nusabali.com-hut-ri-mantapkan-nangun-sat-kerthi-loka-bali

Gubernur Wayan Koster akan mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar setiap 17 Agustus, seluruh Indonesia mengenakan busana masing-masing daerah.

DENPASAR, NusaBali

Peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini, untuk pertama kalinya peserta apel bendera mengenakan pakaian adat Bali dan dari berbagai daerah di nusantara. Ini terjadi pasca diberlakukannya Pergub No 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali.

Pemakaian busana adat ini sekaligus mewujudkan prinsip Trisakti Bung Karno, sakti yang ketiga yaitu ‘Berkepribadian Dalam Kebudayaan’. “Astungkara, inilah upaya untuk memperkokoh identitas, karakter, dan jati diri krama Bali yang harus terus digelorakan kepada generasi muda secara terus menerus ke depan, memelihara peradaban yang adiluhung. Matur suksma atas kebersamaannya,” kata Koster usai menjadi Inspektur Upacara Peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia, di Lapangan Puputan Margarana kawasan Niti Mandala, Denpasar, Sabtu (17/8).

“Sebelumnya kami telah mengedarkan surat undangan agar peserta menggunakan busana adat masing-masing daerah. Kalau dari Sumatera kenakan busana Sumatera, kalau dari Jawa kenakan busana adat Jawa. Dari Kalimantan ya gunakan busana Kalimantan,” imbuh Koster.

Ide pemakaian busana adat daerah dalam HUT Kemerdekaan RI tersebut, menurut Koster, berawal penyampaian informasi dari Presiden Joko Widodo yang sebelumnya mengatakan akan mengenakan busana adat Bali pada Upacara Detik-detik Proklamasi 17 Agustus di Istana Negara.

“Beliau sampai meminta Dinas Kebudayaan untuk menyiapkan beberapa alternatif busana, dan busana sudah dikirim. Beliau menggunakan busana adat Bali, masa kita nggak?,” ucapnya seraya mengatakan mayoritas peserta apel menggunakan busana adat Bali karena memang pesertanya sebagian besar orang Bali.

Koster pun berencana dalam setiap peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tahun-tahun mendatang juga akan tetap mengenakan pakaian adat daerah.

“Bahkan saya akan memberikan masukan kepada Bapak Presiden —beliau akan datang tanggal 20— supaya setiap 17 Agustus seluruh Indonesia menggunakan busana masing-masing daerah,” tutur Koster yang mengenakan busana adat Bali bernuansa putih.

Menurut Koster, penggunaan pakaian adat daerah akan membangkitkan spirit nilai-nilai budaya, kebhinekaan nusantara, dan untuk membangun persatuan dan kesatuan Indonesia.

Selain itu, Gubernur Koster juga menekankan, peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momentum untuk memantapkan visi pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

“Hari ini kita memperingati HUT ke-74 Kemerdekaan RI. Mari kita jadikan momentum untuk memantapkan program yang telah kita susun sesuai visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. Mari kita ciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memiliki daya saing, untuk senantiasa mampu bergerak bersama guna mewujudkan Bali Era Baru,” kata Koster.

Menurut Koster, program-program yang telah disusun sesuai visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perencanaan serta anggaran yang telah dimatangkan.

Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu menyampaikan, rencana kerja dan program yang dicanangkan sejauh ini telah berpedoman pada program prioritas visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang salah satunya adalah peningkatan sumber daya manusia Bali. Hal ini sangat relevan dengan tema HUT ke–74 RI, yakni ‘SDM Unggul, Indonesia Maju’.

Sementara itu, pemakaian busana adat saat apel bendera peringatan HUT ke–74 RI juga diikuti seluruh kabupaten/kota di Bali. Bahkan bupati dan pejabat di Buleleng mengenakan payas agung saat apel detik-detik proklamasi. Sedangkan Bupati Bangli I Made Gianyar mengaku baru pertama kalinya mengenakan busana agung.

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana saat menjadi inspektur upacara detik-detik HUT ke–74 Republik Indonesia di Taman Kota Singaraja, Sabtu kemarin, menuturkan, ide memakai Payas Agung dalam apel peringatan detik-detik Kemerdekaan RI, muncul setelah melihat Presiden RI, Joko Widodo saat Kongres PDIP di Sanur, Denpasar, pada awal Agustus lalu, mengenakan kain songket khas Buleleng. Dikatakannya, pakaian Payas Agung seperti Buleleng memiliki ciri khas yakni menggunakan kain songket. “Di Buleleng ini kan banyak perajin songket, jadi dengan ini juga kami berusaha membangkitkan kembali kerajinan songket itu,” katanya.

Masih kata Bupati Agus Suradnyana, kain songket itu merupakan pakaian adat khas Buleleng ketika ada upacara tertentu. Sehingga instruksi Presiden RI Joko Widodo yang mewajibkan mengenakan pakaian adat, diimplementasikan dengan Payas Agung. “Ini sangat luar biasa, kami bisa memperlihatkan kearifan lokal. Songket itu menjadi ciri khas Buleleng. Bisa dibayangkan bagaimana usaha songket itu berkembang,” imbuhnya.

Sementara menurut Bupati Bangli Made Gianyar, setelah diterbitkannya Peraturan Gubernur Bali No 79 Tahun 2018, lebih banyak ruang dalam penggunaan pakaian adat terutama pada acara-acara besar seperti HUT Provinsi, dan kini HUT RI.

Namun demikian, pihaknya juga mengkreasikan dalam HUT RI yakni penggunaan pakaian adat nusantara. “Bupati harus menampung pikiran-pikiran positif. Setelah dibicarakan dengan Pak Wakil Bupati, akhirnya menggunakan pakaian adat nusantara dan masing-masing OPD berbagi adat daerah lain. Nah, bupati, wakil, dan sekda pakai pakaian adat agung Bali,” ujar Bupati Made Gianyar.

Saat apel bendera, Sabtu kemarin, Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, Sekda Bangli IB Gede Giri Putra, Ketua DPRD Bangli sementara, I Wayan Diar, kompak mengenakan pakaian adat Bali.

“Saya baru pertama kali berpakaian seperti ini, mungkin kalau tidak ada Pak Koster dan Bapak Jokowi, saya tidak menggunakan pakaian ini. Kalau pakaian adat Bali madya sudah sering digunakan,” imbuh Bupati Made Gianyar.

Bupati Made Gianyar menyebutkan, untuk tahun depan masih akan menggunakan pakaian adat nusantara. Namun pihaknya akan mencoba mengenakan pakaian adat daerah lain. “Mungkin nanti saya pakai yang lain, nanti berbagi. Selagi ada kesempatan,” ujarnya.

Dia menambahkan, dengan penggunaan pakaian adat tentunya dapat menguntungkan pelaku usaha salon, ekonomi kreatif bisa jalan.

Rangkaian upacara bendera di Lapangan Puputan Margarana kawasan Niti Mandala Denpasar selain diisi dengan pengibaran Bendera Merah Putih oleh petugas Paskibraka, juga pembacaan teks Proklamasi oleh Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama.

Tampak hadir pada upacara tersebut Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), Tjok Putri Hariyani Sukawati, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto SIP, Kapolda Bali Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Bali, serta ASN di lingkungan Pemprov Bali. *ant, esa, k19

Komentar