nusabali

Wisatawan Ubah Perilaku Belanja

  • www.nusabali.com-wisatawan-ubah-perilaku-belanja

Perubahan perilaku wisatawan yang didominasi kelompok milenial  tidak terlalu suka handicraft karena lebih suka kuliner dan pengalaman baru.

Bisnis Handicraft Ikut Terdampak


DENPASAR, NusaBali
Perubahan perilaku dan tipe wisatawan, yang datang ke Bali berdampak pada bisnis handicraft. Pemasaran handicraft, baik eceran maupun ekspor cenderung terus menurun. Karena itulah, meski ada lonjakan kunjungan wisatawan ke Bali, tidak serta-merta membawa dampak positif terhadap bisnis  handicraft.

“Memang kadang ada peningkatan kunjungan wisatawan, khususnya wisman. Namun tak berarti  bisnis kerajinan juga melonjak,” ujar I Dewa Gede Wirayudha, pelaku bisnis handicraft, Kamis (15/8).

Fenomena itu disebutnya sudah lebih dari lima  tahun.Kata Dewa Wirayudha, kemungkinan tersebut diperkirakan akibat beberapa faktor. Di antaranya trend negatif perekonomian global yang masih berlanjut. Kedua adanya trend perubahan perilaku wisatawan.

Jika dulu, dominan wisatawan suka membeli oleh-oleh berupa souvenir handicraft, belakangan perilaku itu kian berkurang. “Sekarang wisatawan ke Bali lebih cendrung ingin rasakan experience,” katanya.

Di antaranya menikmati produk aneka kuliner dan pengalaman lainnya. Umumnya, menurut Dewa Wirayuda, wisatawan ini adalah kelompok wisatawan masa kini yakni wisatawan milenial.“Karena itulah memang mesti ada pendekatan baru, pendekatan milenial untuk mendorong pertumbuhan bisnis handicraft,” tambahnya.
Tujuannya untuk merangsang kaum mileneal, menyukai handicraft.

Sebelumnya hal senada disampaikan Ketua DPD Asephi  I Ketut Gede Darma Siadja. Namun dia tidak menjelaskan secara detil, kondisi melesunya bisnis handicraft. “Itu contohnya banyak. Tengoklah kondisi sentra-sentra handicraft kita,” jelas pengusaha asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.

Dia menunjuk beberapa sentra handicraft  salah satunya di kawasan Tegalalang, Gianyar yang mengalami kelesuan. Yang jelas, menurut Darma Siadja, sampai saat ini bisnis handicraft belum mengembirakan kondisi. “ Karena itu kami di Asephi tetap berupaya mencari cara untuk menggairahkan pemasaran,” ujarnya. Pemasaran dengan media digital, yang memang tidak terelakkan. Makanya, Asephi berkerjasama dengan sejumlah pihak terkait untuk memberi pelatihan. Salah satunya tentang pemasaran ala milineal yang  lewat pasar digital.

Kalangan praktisi pariwisata mengiyakan adanya perubahan perilaku belanja wisatawan. “ Sekarang, tamu (wisatawan) cenderung  catalog shoping atau belanja online,”ujar Komang Puji, seorang pramuwisata. Mereka (wisatawan) tidak seperti dulu, ramai-ramai berkunjung ke art shop untuk beli souvenir berupa handicraft. Tetapi cukup dengan lewat aplikasi online. Meski demikian masih ada juga beberapa yang belanja secara manual. Hanya saja  berkurang.

Komang Puji, yang juga Sekretaris DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, mengiyakan  pengalaman, seperti menikmati kuliner lokal dan adventure, lebih disukai wisatawan. *k17 

Komentar