nusabali

Nelayan Bondalem Hilang Saat Melaut

  • www.nusabali.com-nelayan-bondalem-hilang-saat-melaut

Korban Made Pica Antara hilang tenggelam ketika menyelam untuk memasang tali canting di rumpon yang berjarak 14 mil dari tepi pantai

Keluarga Korban Datangkan Orang Pintar ke Tepi Pantai


SINGARAJA, NusaBali
Seorang nelayan asal Banjar Celagi Bantes, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Made Pica Antara, 45, hilang tenggelam saat melaut bersama kelompoknya, Minggu (11/8) dinihari pukul 04.30 Wita. Keluarga korban pun datangkan orang pintar ke tepi pantai untuk melakukan upaya pencarian secara niskala.

Informasi yang dihimpun NusaBali, korban Made Pica Antara hilang tenggelam ketika menyelam ke dalam laut untuk memasang tali canting di rumpon tempatnya mencari ikan. Awalnya, korban berangkat melaut bersama 11 temannya dari Kelompok Nelayan Arta Bakti Baruna, Desa Bondalem untuk mencari ikan, Minggu (11/8) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. Sesampainya di rumpon yang berjarak sekitar 14 mil ke tengah laut arah utara dari tepi Pantai Desa Bondalem yang ditempuh selama 1,5 jam, korban Made Pica langsung memulai aktivitas menang-kap ikan.

Korban Gede Pica kebagian tugas di atas rumpon bersama 5 rekannya, yakni Gede Minggu, Gede Sedana, Komang Sugiartana, Agus, dan Nyoman Suarjana. Sedangkan 6 nelayan lainnya yang masih berada di atas perahu, bertugas menyebar jaring di sekitar rumpon.

Menurut kesaksian Gede Minggu, 64, salah seorang nelayan yang ikut melaut saat itu, kelompoknya termasuk korban Made Pica bersemangat melaut, karena sedang mujur dengan tangkapan ikan yang melimpah dalam sepekan terakhir. Bahkan, saat melaut sehari sebelum musibah, Sabtu (10/8), mereka pulang membawa 8 kwintal (800 kilogram) ikan tongkol.

Nah, di tengah semangatnya menangkap ikan, terjadilah musibah, Minggu dinihari pukul 04.30 Wita. Peristiwa maut yang menimpa Made Pica terjadi saat korban dan rekan-rekannya akan menarik tali cantung di rumpon, yang berfungsi membuka pintu ikan dari rumpon hingga menuju jaring yang sudah ditebar di sekitarnya. Saat akan melakukan penarikan tali, korban Made Pica pilih menyelam untuk meraih tali yang ada di dalam air.

“Setelah 1 menit nyemplung, kok dia (korban Made Pica) tidak muncul ke permukaan laut. Kami curiga terjadi sesuatu, karena tali yang dibawanya sudah naik dan mengambang ke atas,” tutur Gede Minggu saat ditemui NusaBali di Pantai Desa Bondalem, Minggu kemarin.

Menurut Gede Minggu, menghilangnya korban Made Pica membuat dia dan rekan-rekannya yang berjulah 11 orang jadi panik. Mereka pun sempat melakukan upaya pencarian di tengah laut, berbekal lampu senter. Namun, korban Made Pica tidak ditemukan.

Akhirnya, peristiwa hilangnya korban Made Pica dilaporkan ke aparat Desa Bondalem. Upaya pencarian korban pun dilakukan beramai-ramai, termasuk menerjunkan dua penyelam asal Desa Bondalem untuk menyelam di bawah rumpon di mana korban hilang. Namun, setelah dilakukan penyelaman hingga sedalam 32 meter, dua penyelam tak berhasil menemukan korban.

Upaya pencarian korban kemarin melibatkan tim gabungan dari Pos SAR Buleleng, Badan Penanggulangan Bendana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, dan Sat Polair Polres Buleleng, serta nelayan setempat. Namun, hingga kemarin sore, upaya pencarian belum membuahkan hasil.

Kepala Pos SAR Buleleng, Dewa Putu Hendri Gunawan, mengatakan derasnya arus dan gelombang laut ikut menghambat upaya pencarian. Disebutkan, dalam kurun 8 bulan sejak Januari hingga Agustus 2019, sudah terjadi 4 kasus nelayan hilang di perairan Buleleng. Tragisnya, seluruh korban hilang belum ditemukan sampai saat ini.

“Selain faktor cuaca, arus, dan gelombang, musibah hilang di laut ini mungkin lebih pada safety nelayan yang selama ini kurang disadari. Saat melaut, nelayan terkadang menyepelekan alat keselamatan yang seharusnya dipakai,” ujar Dewa Putu Hendri di Pantai Desa Bondalem kemarin.

Kepala Desa (Perbekel) Bondalem, Gede Ngurah Sadu Adnyana, juga se-pendapat dengan fakta nelayan yang pergi melaut sering menyepelekan maslaah keamanan. Padahal, seluruh kelompok nelayan yang ada di Desa Bondalem sudah memiliki pengaman, seperti baju pelampung. Menurut Sadu Adnyana, pemerintah desa juga memiliki peralatan menyelam lengkap. Hanya saja, nelayan setempat tidak ada yang memanfaatkan peralatan tersebut untuk melaut.

“Padahal, mereka (nelayan) ada yang ikut Pokmaswas dan pecalang segara, hingga sebenarnya sudah mengerti soal keselamatan. Tetapi, kebiasaan mereka selama ini yang kurang bagus. Kami akan panggil seluruh nelayan agar mereka lebih mengutamakan safety saat melaut,” papar Sadu Adnyana.

Sementara itu, saat tim gabungan melakukan pencarian dan penyisiran di tengah laut, pihak keluarga korban Made Pica Antara juga tak tinggal diam. Pihak keluarga melakukan upaya pencarian secara niskala. Kemarin sore, keluarga korban bahkan mendatangkan orang pintar (Jero Tapakan) seraya menghaturkan banten piuning di tepi Pantai Desa Bondalem.

Orang pintar yang didatangkan dari luar desa itu sempat kerauhan (kesurupan) saat ritual mendatangkan roh korban. Saat kerauhan, roh korban diduga merasuki tubuh orang pintar hingga tersengal-sengal seperti orang tenggelam. Roh korban Made Pica yang berbicara melalui raga orang pintar itu, mengaku sudah berpulang ke rumah Tuhan dan masih terikat di dalam laut.

“Ne sube pejalan idup, sing dadi nyalahang timpal. Jani anak nu metegul, de kalaine dini nah apang enggal lebange. Ngoyong deen dini, nyaan lakar enahang bane yen sube lepase (Ini sudah jalan hidup, tidak boleh menyalahkan teman. Sekarang saya masih terikat, jangan ditinggal ya, biar cepat dilepas. Diam saja di sini, nanti akan muncul sendiri kalau sudah dilepas, Red),” ujar roh korban Made Pica melalui raga orang pintar.

Kehadiran roh korban Made Pica yang bicara melalui pun orang pintar sore itu, kontan membuat keluarganya histeris. Bahkan, dua dari tiga anak korban sempat menangis menjerit-jerit. Anak sulung korban, Gede Arya Pratama, 20, bahkan sempat meronta saat dinasihati roh ayahnya. Pemuda berusia 20 tahun ini kemudian ditenangkan oleh keluarganya.

Menurut Gede Arya Pratama, tak ada firasat apa pun sebelum menghilangnya sang ayah di tengah laut. “Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada mimpi buruk, tidak ada firasat, bapak tampak biasa saja sebelum pergi melaut,” kenang Arya Pratama seusai ritual mengundang roh ayahnya melalui raga orang pintar. *k23

Komentar