nusabali

Dilaporkan Hilang, Ditemukan Tewas membusuk di Pangkung

  • www.nusabali.com-dilaporkan-hilang-ditemukan-tewas-membusuk-di-pangkung

Korban I Ketut Sudarsana sebelumnya dilaporkan hilang oleh majikannya, Anak Agung Nyoman Tirta, asal Desa Pesagi, Kecamatan Penebel, Tabanan, 12 Juli 2019. Korban kemudian ditemukan tewas membusuk berselang sebulan pasca dilaporkan hilang.

Kematian Tragis I Ketut Sudarsana, Buruh Asal Desa Bukti, Kubutambahan


TABANAN, NusaBali
Sebulan pasca dilaporkan hilang, seorang buruh bangunan asal Banjar Air Sanih, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, I Ketut Sudarsana, 50, ditemukan tewas membusuk, Minggu siang. Mayat pria berusia 50 tahun ini ditemukan telungkup di Pangkung Lambih, Banjar Temuku Aya, Desa Pesagi, Kecamatan Penebel, Tabanan.

Informasi di lapangan, mayat korban Ketut Sudarsana pertama kali diketahui I Wayan Wariasa, 30, dan Wayan Alit Nugramayasa, 30, keduanya warga Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Minggu siang seki-tar pukul 11.00 Wita. Saat itu, mereka bersama dua rekanya hendak mancing di Pangkung Lambih yang masuk kawasan Subak Pesagi di Banjar Tembuku Aya, Desa Pesagi.

Awalnya, saksi Wayan Wariasa melihat ada sebuah tas gandong yang tergeletak di tepi pangkung. Begitu Wayan Wariasa menengok ke arah utara dari posisi tas tersebut, dia melihat ada sandal. Yang lebih mengejutkan, di situ terlihat punggung manusia telungkup yang kondisinya sudah membiru.

Temuan heboh ini kemudian dilaporkan saksi Wayan Wariasa ke warga sekitar, hingga laporannya diteruskan ke Kelian Dinas Banjar Temuku Aya, Desa Pesagi, I Made Suardana. Selanjutnya, sang kelian banjar meneruskan laporan ke Bhabinkamtibmas Desa Pesagi, lalu ke Polsek Penebel.

Begitu mendapat laporkan, jajaran Unit Reskrim Polsek Penebel langsung terjun ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi mayat korban dan melalukan identifikasi. Mayat korban Ketut Sudarsana di tepi pangkung dalam kondisi telungkup dengan kepala mengarah ke selatan dan kaki ke utara. Mayat korban dalam kondisi mengenaskan, di mana kedua tungkai kaki sudah hilang, sementara sebagain kulit dari kepala sudah mengelupas.

"Mayat korban masih menggunakan pakian kemeja warna putih dan celana jean yang dipotong," ungkap Kapolsek Penebel, AKP Bambang Gede Artha, Minggu kemarin.

Menurut AKP Bambang Gede Artha, identitas korban diketahui dari kartu undangan dan suvenir dalam tas yang ditemukan tak jauh dari posisi mayat. Selain itu, juga berkat penjelasan Anak Agung Nyoman Tirta alias Gung Tirta, warga Banjar Pesagi, Desa Pesagi, Kecamatan Penebel.

Gung Tirta merupakan majikan dari korban Ketut Sudarsana. Konon, korban Ketut Sudarsana sudah diajak bekerja sebagai buruh bangunan oleh Gung Tirta sejak tahun 2008. Sang majikan, Gung Tirta, pula yang sebelumnya melaporkan hilangnya korban Ketut Sudarsana ke Polsek Penebel, 12 Juli 2019 lalu.

AKP Bambang Gede Artha menyebutkan, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis di lokasi kejadian, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Dugaan sementara, korban jatuh terpeleset ke Pangkung Lambih saat berjalan di tebing jurang.

Disebutkan, berdasarkan keterangan bosnya yakni Gung Torta, sebelum menghilang, korban Ketut Suarsana dalam kondisi linglung dan sering ngomong sendiri. "Jadi, dugaan sementara, korban diduga terpeleset jatuh ke pangkung hingga tewas saat berjalan. Dari pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Kami belum ada mengarah ke indikasi pembunuhan,” tandas AKP Bambang Gede Artha.

Mayat korban Ketut Sudarsana sendiri kemarin siang dievakuasi tim gabungan TRC BPBD Tabanan, PMI Tabanan, bersama warga dari Pangkung Lambih, Desa Pesagi. Mayat korban selanjutnya dibawa ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut AKP Bambang Gede Artha, keluarga korban di Buleleng sudah diberitahu masalah ini.

Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Temuku Aya, Desa Pesagi, I Made Suardana, mengatakan proses evakuasi korban dar lokasi TKP di Pangkung Lambih sempat menemui kendala. Masalahnya, sakah satu pemilik tegalan tidak mengizinkan lahannya dijadikan perlintasan untuk membawa mayat.

Karena itu, tim gabungan bersama warga terpaksa mengevakuasi mayat korban dengan membuka jalan setapak dari Pangkung Lambih menuju jalan utama. "Kami buka jalan sepanjang 500 meter, lumayan jauh," ungkap Suardana.

Terkait rencana menggelar upacara ritual khusus sebagai simbolik pembersihan secara niskala pasca ditemukan mayat di Pangkung Lambih, menurut Sudarsana, masih harus dirembukkan dengan krama adat. "Belum, kami harus rembuk dulu dengan adat," tandas Suardana. *des

Komentar