nusabali

Fish Go dan Batik Badung Menuju Top 45 Sinovik

  • www.nusabali.com-fish-go-dan-batik-badung-menuju-top-45-sinovik

Dua inovasi Badung, aplikasi Fish Go dan Badung Anti Kantong Plastik (Batik) berbasis kearifan lokal, saat ini dinilai menuju Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) nasional tahun 2019 yang diselenggarakan KemenPAN-RB.

MANGUPURA, NusaBali

Sebelum ditetapkan menjadi Top 45 Sinovik, Fish Go dan Batik ditinjau oleh tim juri dari pusat, Selasa (6/8). Juri terdiri dari dua orang, Prof JB Kristiadi dan Prof Jusuf Irianto. Tim pertama kali mengunjungi penerapan aplikasi Fish Go di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta. Di sana tim juri diterima Kepala Badan Litbang Badung I Wayan Suambara bersama ketua kelompok nelayan setempat. Tim juri tampak antusias menanyakan manfaat Fish Go, yang oleh para nelayan aplikasi ini dinilai sangat membantu untuk mempermudah menemukan lokasi berkumpulnya ikan serta waktu terbaik menangkap ikan.

Dari Kedonganan, tim juri menuju Rumah Hijau Dinas LHK Badung di Puspem Badung di Sempidi, Kecamatan Mengwi. Di sini juri disambut Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan didampingi Kepala Bagian Organisasi I Wayan Wijana. Tim langsung mendapat penjelasan dari Merthawan terkait inovasi Batik dan Rumah Hijau sebagai tempat penanganan sampah plastik dan sampah organik.

Prof JB Kristiadi sangat mengapresiasi potensi lokal dikemas menjadi inovasi dan bermanfaat bagi masyarakat. Melalui inovasi Batik ini diharapkan akan mampu memberikan dampak yang lebih besar terhadap daya tarik Badung sebagai daerah pariwisata. “Yang penting dapat mengedukasi masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Saya harap menjadi nilai tambah bagi Badung dan inovasi ini dapat dicontoh bagi daerah lain,” ujarnya.

Sementara Prof Jusuf Irianto juga menilai inovasi Badung ini merupakan sesuatu yang positif. Untuk itu apa yang telah dilakukan ini dapat dijamin keberlanjutannya. “Seperti halnya satu masakan, masakan itu bisa basi. Tapi kalau inovasi justru selamanya akan segar, kesegaran itu justru merujuk pada kebutuhan masyarakat. Jadi meskipun inovasi itu mahal, kalau tidak memberi dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat itu tidak ada artinya. Inovasi Batik ini kan sederhana, tidak butuh biaya mahal, bisa diorganisasikan oleh masyarakat, dan masyarakat tidak merasa keberatan justru senang. Inilah menjadi satu nilai positif,” katanya.

“Sekali lagi inovasi tidak harus sesuatu yang sulit, yang penting nilai, manfaat, dan dampak sosialnya. Nanti akan menjadi satu nilai bersama dan menjadi budaya bersama,” tandasnya. *asa

Komentar