nusabali

Desa Adat Gianyar - Beng Gelar Karya Agung di Pura Dalem

  • www.nusabali.com-desa-adat-gianyar-beng-gelar-karya-agung-di-pura-dalem

Krama Desa Adat Beng, Kelurahan Beng dan Desa Adat Gianyar, Kelurahan Gianyar, Gianyar, menggelar Karya Dirgayusa Bumi di Pura Dalem dan Prajapati, yang diempon dua desa adat setempat.

GIANYAR, NusaBali

Puncak karya pada Buda Umanis Medangsia, Rabu (14/8). Karya ini dirangkai dengan Karya Tawur Agung, Pedanaan Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Ngusaba Dalem lan Ngusaba Pitra.

Sesuai dudonan (tahapan) pelaksanaan karya, Anggara Umanis Kuningan, Selasa (30/7) dilaksanakan Macaru Malik Sumpah di Catus Pata dan Wraspati Kalpa di Ulun Setra. Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (3/8) kemarin, dilaksanakan Mapekelem di Gunung Agung, Karangasem, dan di Ulun Danu, Kintamani, Bangli. Redite Umanis Langkir, Minggu (4/8),  dilaksanakan prosesi Mendak Ida Batara di Pura Desa Adat Gianyar dan Desa Adat Beng. Tahapan ini disertai dengan Ngamedalang pratima Ida Batara Dalem, lanjut dilaksanakan ngias (merias) pratima. Soma Pahing Langkir, Senin (5/8) besok, akan dilaksanakan Melasti di Segara/Pantai Masceti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Goanyar, lanjut Titi Mamah, Mlaspas Bagia, dan  Mapapada Alit.

Kegiatan Nyepiang Karya (menghentikan  aktivitas) berlangsung pada Sukra Umanis Langkir, Jumat (9/8). Puncak Karya pada Buda Umanis Medangsia, Rabu (3/8). Selama tahapan Nganyarin banten karya akan dilaksanakan Nyenuk pada Wraspati Wage Pujut, Kamis (22/8). Ida Batara katuran Masineb pada Sukra Kliwon Pujut, Jumat (23/8). Saniscara Umanis Puijut, Sabtu (24/8), dilaksanakan Nyegara Gunung.

Manggala Prawartaka Karya I Wayan Sudamia mengatakan, karya agung ini dilaksanakan oleh dua desa adat yakni Desa Adat Beng dan Desa Adat Gianyar. Karena Pura Dalem dan Prajapati ini diempon oleh dua desa adat setempat. Estimasi biaya karya diperkirakan sekitar Rp 3 miliar. Biaya ini bersumber dari urunan (dana wajib) Rp 1 juta/KK (Desa Adat Gianyar sekitar 2.000 KK dan Desa Adat Beng sekitar 1.000 KK). Estimasi biaya tersebut belum termasuk bantuan lain pihak lain dan dana punia krama atau pemedek.

Untuk diketahui, Pura Dalem dan Prajapati dimaksud terletak di sisi selatan wilayah Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar. Wawidangan (wilayah) Desa Adat Beng dan Desa Adat Gianyar hanya dibatasi bentang Jalan Patih Jelantik, Gianyar, dari barat – timur menuju Bukit Jati, Kelurahan Samplangan.  

Dalam buku panduan panitia karya, karya dimaksud sebagai upaya untuk mengelola kehidupan sebagaimana tersurat dalam Tri Kona (Utpati, Sthiti, dan Pralina) yang terhubung dengan konsep keselarasan Tri Murthi (Brahma, Wisnu, dan Siwa). Konsep ini diwujudkan dalam upacara Ngusaba, sebagaimana disebutkan dalam Lontar Widhi Sastra. Ngusaba berasal dari ‘Sabha’ (Sanskerta) berarti bertemu atau berkumpul. Ngusaba merupakan prosesi ritual untuk mengingatkan umat agar terus menerus mensinergikan berbagai unsur dan potensi dalam pembenahan kehidupan untuk menuju kehadapanNya. Dalam menjalankan kehidupan, umat senantiasa memohon agar Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan berkat kemakmuran yang disimbolkan dengan upacara Ngingkup. Berkat tersebut dikelola untuk kesejahteraan melalui upacara Nangun Ayu, lanjut memohon limpahan rakhmatNya melalui upacara Kebat Daun.

Karya ini dilaksanakan setelah penataan bangunan dan palinggih di Pura Dalem Desa Adat Beng dan Desa Adat Gianyar. Upacara sejenis telah dilaksanakan 57 tahun silam. Tujuannya, meningkatkan kesadaran umat agar selalu dianugerahi kesucian, kedamaian, kebahagiaan, kemakmuran dan cinta kasih oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Serangkaian karya agung ini, seluruh krama bersama panitia karya secara terus-menerus mayasa kerthi agar setiap prosesi karya berjalan lancer dan  suci nirmala. Yasa kerthi dimaksud antara lain dipertegaas dengan upacara Negtegang. Prosesi ini bermakna memohon kehadapan Ida Bhatara Dewi Uma (Ibu Dewi Parwati) sebagai Ida Sang Hyang Tapini. Harapannya para Wiku Tapini serta para Sharati (tukang banten) senantiasa mendapat tuntunan dan bimbingan dariNya dalam pembuatan sarana upacara yang diperlukan. Selain itu,  memohon kehadapan Ida Sang Hyang Siwa sebagai Bhatara Rare Angon agar Para Undagi diberkati bimbingan tuntunan dan petunjukNya dalam pembuatan sarana upacara. Pada kesempatan itu tentu diselenggarakan Macaru Ayam Amanca, untuk pamarisudha agar areal upacara bebas dari gangguan sekala dan niskala. Selain itu, penyucian areal dan palinggih serta wawangunan lain dilakukan dengan Macaru Panca Kelud, Tawur Agung, Rsi Ghana, Mendem Pedagingan dan Mlaspas. Caru bermakna menciptakan keharmonisan unsur alam sehingga tanah, api, air, udara dan ether (Panca Maha Bhuta Bhuwana Agung), tetap terpelihara dengan baik. Demikian juga unsur Panca Maha Bhuta Bhuwana Alit pada diri manusia.

Puncak karya dirangkai dengan Ngenteg Linggih, Ngingkup Kebat Daun, Mangun Ayu, Piodalan dan Mapeselang. Ngenteg Linggih merupakan rangkaian upacara paling akhir dari pelaksanaan upacara Pamungkah. Secara etimologis, Ngenteg Linggih adalah upacara penobatan atau menstanakan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya pada palinggih yang dibangun. Prosesi karya dipuput oleh sarwa pandita.*Isa

Komentar