nusabali

Terlalu Dipacu Kimia, Pohon Mangga Jadi Mati

  • www.nusabali.com-terlalu-dipacu-kimia-pohon-mangga-jadi-mati

Sejumlah pohon mangga di Buleleng mati mendadak.

SINGARAJA, NusaBali

Sedikit demi sedikit daun ranting hingga pohonnya meranggas dan akhirnya mati mengering. Kondisi itu disebut terjadi karena tanaman terlalu dieksploitasi dengan obat-obatan kimia untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Seperti yang dialami sejumlah petani mangga di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula Buleleng. Sejumlah tanaman mangga yang tumbuh di kebunnya mendadak meranggas dan mati mengering. Lahan yang berisi tanaman mangga biasanya tak dipelihara oleh petani itu sendiri, melainkan dikontrakkan kepada pebisnis buah mangga selama setahun.

Menurut Perbekel Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, potensi mangga di desanya sebenarnya sangat bagus. Bahkan saat musim mangga satu harinya, Desa Tembok bisa menyediakan mangga siap konsumsi sebanyak 2 ton per hari. Hanya saja potensi itu belum disadari dengan baik oleh petani di desanya yang memilih mengontrakkan pohon mangganya.

“Satu pohon itu bisa dikontrak Rp 50.000, petani masih enggan karena biaya pemeliharaan tinggi, belum lagi saat musim panen raya harga anjlok bisa laku hanya Rp 1.500 per kilogram jenis harum manis karena dimainkan pengepul. Bahayanya saat ini sudah ada pohon yang mati meranggas karena terlalu dipacu untuk berbuah banyak,” jelas dia.

Pohon mangga yang terlalu diekploitasi baik disuntik batang, penyemprotan dan hingga melukai pohon dengan menyayat melingkar dalam jangka pendek memang mendatangkan keuntungan bagi pengontrak. Hanya saja hal tersebut tak bagus untuk jangka panjang, yang membuat mangga lebih cepat mati.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta saat dikonfirmasi Jumat (2/8) kemarin, tak memungkiri hal tersebut. Bahkan kondisi yang sama terjadi di daerah sentra-sentra buah mangga di Buleleng, seperti di Kecamatan Kubutambahan. Kerusakan pohon mangga yang beberapa berujung kematian pohon disebabkan dari budidaya bertani yang tak sehat. Pengontrak atau pemajeg pohon mangga biasanya hanya memacu tanaman untuk berbuah maksimal, tanpa diimbangi pemberian pupuk organik setelahnya.

“Memang kita sebenarnya tidak menginginkan hal itu terjadi. Sejauh ini hampir 5 persen dari luasan lahan mangga sudah rusak akibat terlalu dipacu. Ini karena petani mangga kebanyakan memajegkan mangganya jadi tidak dirawat dan digarap sendiri,” ungkap Sumiarta.

Selain untuk menghindari ongkos produksi yang tinggi petani atau pemilik kebun mangga memilih menyerahkan kepada pemajeg untuk menghindari harga yang jebol saat musim panen raya.

“Salah satu upaya ke depan ini, akan kami buatkan sekolah lapang, agar petani tahu bagaimana budidaya tanaman yang bagus. Tidak menggunakan hormon pemacu seperti kultar yang berlebihan sehingga arahnya ke depan bertani itu adalah hobi,” jelasnya.

Sejauh ini Buleleng dengan potensi perkebunan mangganya sangat menjanjikan. Bahkan buah mangga merupakan produk andalan hortikultura, sesuai data tahun 2017 lalu dikembangkan di lahan seluas 6.709 hektare tersebar di hampir seluruh kecamatan di Buleleng. Ribuan hektare kebun mangga itu pun mmapu berproduksi hingga 30.693 ton per tahun. *k23

Komentar