nusabali

Penyandang Disabilitas Mahatmiya Kelola Artne Cafe

  • www.nusabali.com-penyandang-disabilitas-mahatmiya-kelola-artne-cafe

Satu Siswa Lulusan Mahatmiya Berhasil Dirikan Kedai Kopi di Kupang

TABANAN, NusaBali

Artne Cafe coffee yang dikelola oleh penyandang disabilitas Mahatmiya Bali di Tabanan sudah berkembang. Sejak didirikan tahun 2017, pelanggan dari berbagai kalangan dan komunitas terus berdatangan.

Tujuan sebenarnya Artne Café adalah untuk mengembangkan skill agar para penyandang disabilitas, ketika lulus bisa menciptakan peluang usaha. Hasilnya, sudah ada siswa lulusan Mahatmiya mendirikan kafe serupa di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan kemampuan pengelolaan yang didapat di Mahatmiya. Dan rencananya juga akan ada siswa yang membuka kafe di Bandung sembari kuliah.

Kepala Balai Rehabilitasi Sosial, Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Mahatmiya Bali I Ketut Supena, menjelaskan cafe coffee yang dikelola penyandang disabilitas telah berkembang. Bahkan kunjungan ke kedai yang didesain dengan arsitektur ala kafe semakin ramai.

Tak hanya dari kalangan umum yang datang, juga banyak dari komunitas di Bali datang untuk melihat proses pelayanan dan pengelolaan Artne Cafe ini. “Anak-anak sangat antusias mereka belajar melayani meski dalam keterbatasan,” ujarnya, Rabu (31/7).

Dikatakannya, pada dasarnya Artne Cafe dibuat bukan untuk meraup keuntungan. Namun lebih ke mengasah keterampilan siswa atau mengembangkan skill siswa, supaya saat lulus dari Mahatmiya bisa langsung mendirikan usaha dan menjadi pencipta lapangan kerja. “Karena mereka di sini (Mahatmiya) semua dilatih, mulai dari membuat kopi, melayani, dan memberikan penjelasan kepada para penikmat kopi,” tegas Supena.

Meskipun dengan keterbatan pengelola karena seluruh petugas adalah penyandang disabilitas, Artne Cafe yang telah berdiri hampir 2 tahun semakin baik. Siswa yang bertugas melayani pembeli juga mahir saat bertugas.

“Di sini selain yang bertugas di barista, ada juga yang hobi memasak membut camilan sebagai teman minum kopi. Yang buat adalah mereka siswa penyandang disabilitas,” beber Supena.

Diakuinya menu kopi yang disedikan di Artne Cafe ada beberapa varian yang jadi favorit pengunjung. Seperti kopi americano, kopi latte, dan kopi espresso. Sementara untuk camilan yang dibuat, mulai dari pisang goreng, ote-ote, roti perancis serta sandwich. Bahkan kopi yang digunakan kopi dari petani asli Pupuan, Tabanan dan Kintamani, Bangli. “Kami juga mempunyai konsep disabilitas membantu meningkatkan ekonomi petani,” tandas Supena.

Menariknya kopi yang dihidangkan ini tidak dipatok harga. Sebab Artne Cafe Mahatmiya memiliki slogan minum kopi sepuasnya, bayar kopi seikhlasnya. “Karena kami di sini tidak memfokuskan mereka jualan, tetapi lebih ke pengembangan skill. Dengan harapan ketika lulus belajar selama 6 bulan di Mahatmiya bisa menciptakan peluang usaha,” imbuhnya.

Dan kabar baiknya, guna memotivasi siswa lain, satu siswa lulusan Mahatmia asal Kupang, sudah mendirikan kedai kopi menyerupai Artne. Bahkan akan menyusul mendirikan Artne Café di Bandung. Sebab ada siswa Mahatmiya lulus tes dan akan kuliah di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Sembari kuliah mereka akan menjual kopi Bali. “Jadi kami ingin seperti ini, di Mahatmiya kami latih, ketika lepas sudah bisa eksekusi,” tandas Supena. *des

Komentar