nusabali

Setelah 40 Tahun Vakum, Krama Desa Adat Kerobokan Gelar Perang Tipat

  • www.nusabali.com-setelah-40-tahun-vakum-krama-desa-adat-kerobokan-gelar-perang-tipat

Krama Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, menggelar tradisi perang tipat bantal pada Wraspati Pon Kuningan, Kamis (1/8) sore, di jaba sisi Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kerobokan.

MANGUPURA, NusaBali

Tradisi yang digelar kembali setelah 40 tahun vakum ini diikuti oleh seluruh banjar, sebanyak 50 banjar, se-Desa Adat Kerobokan.  Tradisi perang tipat bantal ini dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) serta Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Nyonya Putri Suastini Koster.

Tradisi perang tipat bantal yang digelar kemarin serangkaian karya agung di Desa Adat Kerobokan. Walau diikuti oleh seluruh banjar, namun tiap banjar dibatasi hanya maksimal 10 orang saja. Berdasarkan pantauan, wakil dari masing-masing banjar yang terlibat dalam perang tipat semuanya adalah laki-laki.

Sebelum kegiatan perang tipat bantal ini digelar, krama melakukan persembahyangan bersama di Pura Desa lan Pura Puseh. Setelah itu keluar menuju jaba sisi yang notabene Jalan Raya Kerobokan. Seperti perang tipat bantal pada umumnya, dua kelompok saling melempar tipat bantal ke arah berlawanan.

Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, mengatakan digelarnya tradisi perang tipat bantal ini merupakan serangkaian upacara karya agung di Desa Adat Kerobokan. Mulai dari kegiatan tawur balik sumpah, mapadudusan agung, ngenteg linggih, ngusaba nini, dan ngusaba desa serta segara kertih. “Dari 50 banjar adat yang ada di Desa Adat Kerobokan, kami minta 10 krama setiap banjarnya untuk mengikuti prosesi perang tipat bantal ini. Pertimbangannya tempatnya tidak memungkinkan untuk diikuti oleh seluruh krama. Yang ikut tradisi ini hanya untuk yang laki-laki saja,” ujarnya.

Sutarja melanjutkan, makna dari tradisi ini adalah pertemuan antara purusa dan pradana. Tipat atau ketupat ini dilambangkan sebagai pradana dan jajan bantal dilambangkan sebagai purusa. “Kita harapkan timbulnya benih-benih kebaikan tersebar usai menggelar kegiatan karya agung ini,” harapnya.

“Kami memiliki wilayah yang cukup luas dan krama yang cukup banyak. Dengan kegiatan ini kami harapkan krama Desa Adat Kerobokan berbaur untuk bersatu dalam membangun kegiatan yadnya agung ini,” tandasnya. Dia menyampaikan permakluman kepada masyarakat yang sedang melintas di Jalan Raya Kerobokan. *asa

Komentar