nusabali

Dewa Palguna Fokus sebagai Hakim MK, Prof Gede Pitana Siap Jika Ditugaskan

  • www.nusabali.com-dewa-palguna-fokus-sebagai-hakim-mk-prof-gede-pitana-siap-jika-ditugaskan

Diusulkan Jangkar Jokowi Menjadi Calon Menteri

JAKARTA, NusaBali
Empat tokoh Bali yang diusulkan Relawan Jaringan Karya Bersama Joko Widodo (Jangkar Jokowi) menjadi calon menteri dalam Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin 2019-2024, menyatakan berterima kasih atas kepercayaannya. Namun, khusus Dr I Dewa Gede Palguna SH MHum, 58, menyatakan saat ini dirinya pilih fokus sebagai hakim Mahkamah Konstitusi. Sedangkan Prof Dr Ir I Gede Pitana MSc, 59, tegaskan siap ditugaskan di mana saja.

Dewa Gede Palguna diusulkan oleh Jangkar Jokowi menjadi calon Menteri Hukum dan HAM (Menkum HAM), bersama Komjen Pol (Purn) Drs Syafrud-din (yang kini masih menjabat Menteri PAN-RB) dan Prof Dr Eddy OS Hiariej (Saksi Ahli Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin). Dewa Gede Palguna merupakan akademisi dari Fakulas Hukum Unud kelahiran Bangli, 24 Desember 1961, yang kembali terpilih menjadi hakim MK sejak 2015. Jauh sebelumnya, Dewa Palguna sempat duduk di MK edisi perdana.

Sedangkan Prof Gede Pitana diusulkan Jangkar Jokowi menjadi calon Menteri Pariwisata (Menpar). Akademisi dari Fakultas Pertanian Unud asal Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini diusulkan menjadi calon Menpar bersama Budi Karya Sumadi (kini menjabat Menteri Perhubungan) dan Arief Yahya (masih menjabat Menpar).

Prof Pitana sempat lama pegang jataban Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kemenpar, sebelum kemudian digantikan oleh Dra Ni Wayan Giri Adnyani Msc (tokoh asal Desa Cau Blayu, Kecamatan Marga, Ta-banan), Agustus 2018 lalu. Kini, Prof Pitana menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri Pariwisata di Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata.

Sementara dua tokoh Bali lainnya yang diajukan Jangkar Jokowi menjadi calon menteri adalah Prof Dr Ir I Gede Wenten dan Dr drh I Ketut Diarmita MP. Prof Gede Wenten, pria asal Buleleng kelahiran 15 Februari 1962 yang dikenal sebagai pakar membran dari ITB Bandung, diusulkan menjadi calon Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti). Sementara Ketut Diarmita, birokrat asal Dusun Munduk Mengenu, Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng yang kini menjabat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, diusulkan menjadi calon Menteri Pertanian.

Kepada NusaBali, Dewa Palguna menyatakan berterima kasih atas usulan Jangkar Jokowi yang mencalonkan dirinya sebagai Menkum HAM. "Dengan segala hormat, saya ucapkan terima kasih atas usulan tersebut. Tapi, saya merasa masih banyak yang lebih pantas dan mumpuni menduduki jabatan itu," ujar Dewa Palguna ketika dikonfirmasi NusaBali, Kamis (25/7) malam.

Menurut Palguna, dirinya akan fokus menjalani tugas sebagai hakim MK. Apalagi, jabatan di MK akan segera berakhir per 7 Januari 2020 mendatang, sehingga dia ingin menjalankan tugasnya sebaik mungkin. "Saya lebih nyaman dan merdeka dengan jabatan yang sekarang. Biarkan saya menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada saya sebagai hakim MK dengan baik," kata tegas mantan Mahasiswa Teladan Unud ini.

Sebaliknya, Ketut Diarmita mengatakan tidak ambisius menjadi menteri. Ketut Diarmita justru mendukung Dr Ir Andi Amran Sulaiman MP untuk tetap dipertahankan menjadi Menteri Pertanian. "Saya tidak pernah berambisi menjadi menteri. Menjadi Dirjen saja saya merasa pontang panting untuk menjaga peternak agar lebih sejahtera," tutur alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Unud kelahiran Dusun Munduk Mengenu, Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, 31 Desember 1962 ini kepada NusaBali di Jakarta, Jumat (26/7).

Sementara itu, Prof Gede Pitana menyatakan sangat berterima kasih atas usulan Jangkar Jokowi untuk menjadi Menteri Pariwisata. Namun, menurut Prof Pitana, posisi menteri merupakan hak proregratif Presiden.

"Terima kasih atas kepercayaan itu. Tapi, jangan sampai kita menekan orang lain. Apalagi, terkait menteri merupakan hak proregratif Presiden. Sebagai PNS, saya terikat dengan sumpah yang siap ditugaskan di mana saja," tegas Prof Pitana saat dihubungi NusaBali per telepon di Singaraja, Jumat kemarin.

Prof Pitana jujur mengakui sudah memutuskan untuk memasuki tahap ketiga dalam Catur Asrama. “Menteri adalah jabatan politik, maka biarkanlah kursi itu diduduki sameton kita dari parpol. Tapi, sebagai PNS, kalau itu memang tugas dan amanah, tentu akan saya jalani dengan sebaik-baiknya,” tandas Prof Pitana.

Prof Pitana sendiri merupakan sosok yang telah lama malang melintang di dunia pariwisata. Dia telah menempati berbagai jabatan di bidang Pariwisata. "Secara profesional, saya pernah menjadi Dirjen Budaya, Dirjen Pariwisata, Dirjen Sejarah, Dirjen Ekonomi Kreatif. Artinya sudah malang melintang di Dirjen maupun Deputi. Biarlah orang lain menilai," jelas mantan Mahasiswa Teladan Unud ini.

Jabatan terakhir sebelumnya adalah sebagai Deputi Pengembangan Pariwisata Mancanegara Kemenpar hingga Agustus 2018 lalu. Dia mundur dari jabatan itu, karena balik ke kampus menjadi sebagai guru besar di bidang pariwisata di Unud. Sebagai guru besar, Prof Pitana akan pensiun di usia 70 tahun pada 2030 mendatang.

"Ketika surat izin saya balik ke kampus dari Presiden keluar, hari itu juga justru keluar surat pengangkatan saya sebagai Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata," kenang Prof Pitana. Tugas sebagai Tenaga Ahli adalah koordinasi semua pemasaran pariwisata di luar negeri, koordinasi tourism hub yang berada di Singapura, serta melakukan kerjasama dan kontak-kontak dengan lembaga internasional. *k22

Komentar