nusabali

Tidak Tamat SD, Berhasil Ciptakan Pompa Air Tanpa Listrik

  • www.nusabali.com-tidak-tamat-sd-berhasil-ciptakan-pompa-air-tanpa-listrik

Sebelum berhasil ciptakan pompa air tanpa listrik, Made Warta sempat selama sebulan mengasingkan diri dan merenung seperti orang gila di pondok tebing, sambil mencari cara agar bisa menaikkan air

I Made Warta, Petani Inovatif Asal Banjar Ked, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar


GIANYAR, NusaBali
Seorang petani serabutan di Banjar Ked, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, I Made Warta, 55, berhasil menciptakan pompa air tanpa listrik. Karya cipta petani yang tidak tamat SD ini mampu menaikkan air dari dasar tebing setinggi 275 meter.

Pompa air tanpa listrik ini sudah dioperasikan Made Warta sejak beberapa bulan lalu. Dengan pompa ini, Made Warta bisa menikmati air yang diambil dari dasar tebing tanpa harus membeli mesin. Air tersebut kemudian dialirkan ke rumahnya untuk semua keperluan.

Made Warta mengoperasikan tiga pompa air tanpa listrik yang dirancang sejak tahun 2017. Pertama, pompa air ukuran 1 dim dengan biaya produksi mencapai Rp 2,5 juta. Kedua, pompa air ukuran 3 dim dengan biaya produksi Rp 3,5 juta. Ketiga, pompa air ukuran 4 dime dengan biaya produksi Rp 5 juta.

Menurut Made Warta, meskipun tidak tamat SD, dirinya sangat bersemangat untuk mencari cara agar bisa menaikkan air dari sungai di bawah tebing menuju rumahnya. Semua keahlian yang diperoleh secara otodidak itu tidak terlepas dari rasa ingin tahunya dan semangatnya berinovasi.

“Di Banjar Ked, Desa Taro kan tidak ada aliran air PDAM. Sebab, banjar ini lokasinya lumayan jauh dari pusat desa dan masuk ke tengah di batasi dengan jurang,” kenang Made Warta saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Ked, Desa Taro, Kamis (25/7).

Disebutkan, Banjar Taro berpenduduk 250 kepala keluarga (KK). Rata-rata mereka mencari air di aliran sungai yang ada di sisi timur banjar dengan menggunakan mesin listrik. Selain itu, juga ada yang membeli air seharga Rp 2.000 sampai Rp 5.000 per meter kubik ketika mesinnya rusak.

Made Warta sendiri tidak punya banyak uang, sehingga terus berupaya mencari cara agar air yang ada di dasar tebing belakang rumahnya bisa dinaikkan sampai halaman rumah. “Saya sudah kehabisan akal untuk mengakut air hingga badan pegal-pegal semua. Kalau beli mesin, saya tidak mampu. Terpaksa saya harus cari solusi agar saya bisa tetap punya air dan bertahan untuk hidup,” kenang ayah tiga anak dari pernihakannya dengan Ni Wayan Niti ini.

Begitulah, Made Warta kemudian melihat-lihat dan mempelajari pola kerja pompa yang menggunakan mesin. Selanjutnya, dia bikin modifikasi hanya menggunakan pipa saja, tanpa mesin. “Saya lihat mesin itu, kemudian saya balikkan saja klepnya dan dimodifikasi menggunakan pipa. Waktu itu, lama airnya tidak bisa naik, tapi saya coba lagi dan coba lagi,” katanya.

Sampai akhirnya hasil karya Made Warta bisa menaikkan air puluhan meter kubik tanpa menggunakan listrik. Namun, untuk kerja kerasnya itu, Wade Warta sempat lama mengasingkan diri dan merenung di tegalan belakang rumahnya. Lokasi tegalannya ini sekitar 45 meter turunan tebing. Tepat di atas tebing itulah dia membuat pondok sangat sedernaha, layaknya kandang sapi.

“Selama sebulan saya merenung di pondok itu sambil mencari cara agar bisa menaikkan air dari dasar tebing itu. Siang malam saya di sana kayak orang gila, tidak pernah naik pulang ke rumah,” cerita petani inovatif berusia 55 tahun ini.

Made Warta memaparkan, peralatan yang digunakan untuk pompa air tanpa mesin, tidaklah susah. Kepada NusaBali, dia berkenan menunjukkan cara bagaimana merakit pompa air sampai airnya bisa naik dari dasar tebing. “Pertama, saya gunakan klep air yang biasa dipakai, kemudian dimodifikasi menggunakan pipa dengan ukuran yang diperlukan. Saat itu juga dibuat tabung pipa dan selang dengan panjang seperlunya,” tandas Made Warta.

Setelah jadi, pompa ini saya taruh pada ember pada umumnya. Ember itu ditaruh pada tretesan air yang ada di tebing, otomatis klepnya ini akan menaikkan air dibantu dengan tabung dan melalui selang akan menaikkan air, begitu saja,” imbuhnya.

Made Warta berharap hasil karyanya ini mendapat perhatian dari pemerintah. Sejauh ini, hasil karyanya belum dilirtik pemerintah, padahal bagus untuk kepentingan orang banyak. Nah, supaya hasil karyanya tidak diklaim oleh orang lain, Made Warta sangat berharap ada perhatian dari pemerintah, sehingga bisa mengurus hak paten.

“Air yang dinaikkan dari pompa tanpa mesin ini sudah mulai digunakan untuk minum, mandi, dan keperluan lainnya. Sekarang aliran airnya sudah bisa saya atur. Aliran air sebesar selang juga bisa dinaikkan. Ketika air tidak terlalu diperlukan, saya kecilkan saja supaya di hilir juga kebagian air yang akan mengalir ke sungai,” terangnya. *nvi

Komentar