nusabali

Dua Anaknya Resah karena Diteror Nasabah

  • www.nusabali.com-dua-anaknya-resah-karena-diteror-nasabah

Ketua Koperasi Bermasalah Rp 21,8 Miliar Masih Bersembunyi

GIANYAR, NusaBali

Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Dana Asih di Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar, I Made Jaya Antara, masih juga sembunyi, meskipun sempat ada demo ratusan nasabah koperasi yang menuntut pengembalian dana mereka Rp 21,8 miliar, Jumat (19/7) lalu. Gara-gara masalah ini, dua anak sang ketua koperasi mendapat teror dari nasabah.

Made Jaya Antara kabur dari rumahnya di Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, sejak Mei 2019 lalu. Sedangkan istrinya, Ni Kadek Puriani, tinggal terpisah di kawasan Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur. Sejak itu, pasutri Made Jaya Antara dan Kadek Purnini tak pernah lagi kumpul dengan kedua anaknya, yakni Ni Putu AJ, 20, dan I Kadek SJ, 16.

Selama itu pula, Ni Putu AJ (mahasiswi Semester II di salah satu perguruan tinggi Bali) dan I Kadek SJ (masih duduk di Kelas I SMK) tinggal di rumahnya bertiga dengan sang nenek. Si sulung Putu AJ mengaku tidak tahu keberadaan ayahnya, Made Jaya Antara. Sedangkan ibundanya, Kadek Purniati, disebutkan tinggal sementara di rumah pamannya di kawasan Kesiman. Menurut Putu AJ, ibunya sakit sejak sejak lama. Secara medis, ibunya didiagnosa kena Sindrom Steven Jhonson.

Karena kedua orangtuanya tidak di rumah, Putu AJ dan I Kadek SJ sering merasa tertekan dan ketakutan. Sebab, rumah mereka pernah didatangi nasabah yang marah, lalu memecahkan kaca Kantor KSU Dana Asih di depan rumahnya. “Pernah ada satu nasabah yang pecahkan kaca koperasi. Lalu, tiga hari kemudian, datang lagi nasabah masuk ke rumah, memecahkan kaca kamar," tutur gadis berusia 20 tahun ini kepada NusaBali di kediamannya, Minggu (21/7).

Menurut Putu AJ, peristiwa teror itu terjadi setelah KSU Dana Asih tutup dan ayahnya kabur dari rumah. "Kami sekeluatga pun sempat mengungsi. Setelah emosi nasabah mereda, saya bersama adik mulai berani tinggal di rumah,” kenang Putu AJ.

Nah, selama kembali ke rumahnya bersama adik dan sang nenek inilah, menurut Putu AJ, mereka cukup sering didatangi nasabah. "Ada yang datang malam-malam, saya dengar suara mereka, tapi tidak berani keluar. Ada juga yang datang siang hari, nanya keberadaan bapak,” katanya. “Tapi, sekarang sudah jarang ada nasabah datang, karena mereka sudah tahu kondisinya. Justru ada nasabah yang kasihan melihat kami berdua di rumah," imbuhnya.

Mengenai masalah pengembalian uang Rp 21,8 miliar yang dituntut para nasabah koperasi, Putu AJ meyakini ayahnya akan bertanggung jawab. Menurut Putu AJ, ayahnya selama ini juga masih membiayai kebutuhan sehari-hari keluarga, meskipun sedang sembunyi entah di mana. "Biasa bapak ngirim untuk bekal untuk kuliah dan makan. Bapak juga bilang masih mengupayakan untuk bisa menyelesaikan masalahnya," ujar Putu AJ.

Selain itu, kata Putu AJ, ayahnya juga pernah beberapa kali pulang sejak kabur dari rumah, dua bulan lalu. Made Jaya Antara disebutkan pulang sebentar hanya untuk sembahyang di sanggah. "Pas rainan seperti Purnama dan Kajeng Kliwon, bapak biasanya pulang sembahyang. Tapi, sehabis sembahyang, bapak langsung pergi lagi," katanya.

Sementara itu, Bendesa Adat Negari, Desa Singapadu Kaler, I Wayan Latra, mengatakan sejak kabur dari rumahnya pasca merebaknya kasus KSU Dana Asih, Made Jaya Antara nyaris berhenti ngayahang adat secara fisik. Tapi, urunan adat tetap dibayar sesuai ketentuan yang berlaku. "Walaupun tidak di rumah, urunan adat tetap dibayar. Cuma, untuk ayah-ayahan, secara fisik dia tidak pernah hadir,” ungkap Wayan Latra saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Senin (22/7).

Wayan Latra sendiri mengaku tidak menyangka Made Jaya Antara bermasalah dalam mengelola KSU Dana Asih. Pasalnya, Jaya Antara selama ini dikenal baik. "Dulu dia (Jaya Antara) pernah sebagai pegawai LPD Desa Adat Negari. Lalu, dia dipercaya untuk mengelola koperasi dan jadi pengawas LPD,” katanya.

Ditemui terpisah, Senin kemarin, Kadis Koperasi Kabupaten Gianyar, Dewa Mahayasa, mengungkapkan KSU Dana Asih yang dipimpin Made Jaya Antara sudah tak pernah melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) sejak 2017. Namun, Dinas Koperasi tidak bisa berbuat banyak. Sebab, hidup tidaknya sebuah koperasi semua ada di tangan pengurus dan anggota, tidak ada campur tangan dari pemerintah.

“Kita di sini hanya sebagai fasilitator, memberikan pendampingan, dan membantu dalam pengurusan izin. Kita dari segi kelembagaan saja, karena semua tergantung pengurus dan anggota ketika ingin koperasinya berjalan dengan lancar,” terang Dewa Mahayasa.

Menurut Dewa Mahayasa, pihaknya mengetahui koperasi tersebut dalam masalah dari informasi Perbekel Singapadu Tengah. Sebagai tindak lanjut, Dinas Koperasi Gianyar pun sempat menggelar pertemuan dengan pengurus dan anggota KSU Dana Asih, 14 Mei 2019.  "Hasil pertemuan saat itu disepakati untuk dibentuk tim penyelesaian," beber Dewa Mahayasa.

Guna memantau progres Tim Penyelesaian, Dinas Koperasi kembali mengundang pengurus KSU Dana Asih dan Tim Penyelesaian, 18 Juni 2019 lalu. "Kami undang pengurus dan Tim Penyelasaian ke Kantor Dinas Koperasi. Tapi, mereka tidak datang. Kemudian, 5 Juli 2019 kami mengundang mereka lagi ke kantor. Saat itu, hanya ketua koperasinya (Made Jaya Antara) yang hadir dan menyatakan bertanggung jawab. Dia mengaku masih menunggu penjualan aset pribadinya,” tandas Dewa Mahayasa.

Ratusan nasabah KSU Dana Asih sendiri, sebagaimana diberitakan, semopat unjukrasa, Jumat pagi, untuk menuntut pengembalian dana mereka Rp 21,8 miliar pasca tutupnya koperasi disertai kaburnya sang ketua Made Jaya Antara. Aksi unjukrasa di Kantor KSU Dana Asih, yang notabene merupakan rumah sang ketua koperasi hari itu dikawal sejumlah petugas kepolisian dari Polsek Sukawati.

Massa nasabah berjumlah ratusan orang bergerak dari depan SDN 1 Negari menuju Kantor KSU Dana Asih yang berjarak sekitar 100 meter ke arah timur. Sayangnya, suasana di rumah Made Jaya Antara yang sekaligus jadi kantor koperasi kemarin dalam kondisi sepi. Unjukrasa dipimpin oleh I Nyoman Diarta, salah satu nasabah KSU Dana Asih.

Terungkap, jumlah nasabah KSU Dana Asih mencapai 400 orang. Dari jumlah tersebut, 132 nasabah di antaranya memberikan kuasa kepada advokat Wayan Koplog Antara. Menurut Wayan Koplog Antara, KSU Dana Asih sudah beroperasi sekitar 15 tahun sejak 2004. Namun, sejak Maret 2019 lalu, nasabah tidak bisa menarik uangnya.

Sedangkan Koordinator Aksi Unjukrasa, I Nyoman Diarta, dalam orasinya menyatakan bahwa sebelum kabur, Ketua KSU Dana Asih, Made Jaya Antara, sempat menggelar rapat bersama nasabah. Dalam rapat itu diungkapkan bahwa uang koperasi sudah dipakai untuk biaya berobat istrinya. Selain itu, ketua koperasi juga mengaku kena tipu lipatgandakan uang.

Mendengar pernyataan ketua koperasi seperti itu, para nasabah pun mulai panik. Mereka ramai-ramai bermaksud menarik tabungan dan deposito di KSU Dana Asih. Namun, uang belum sempat ditarik, Kantor KSU Dana Asih keburu tutup dan sang ketua koperasi melarikan diri. *nvi

Komentar