nusabali

Menjawab Tantangan Hindu Modern

  • www.nusabali.com-menjawab-tantangan-hindu-modern

IB Adi Supartha bercita-cita membangun hotel. Hanya saja, karena terkendala Perda RTRW Kabupaten Gianyar.

Taman Prakerti Bhuana Beng Bangun ‘Istana Yadnya’


GIANYAR, NusaBali
Taman Prakerti Bhuana (TPB) Beng, Kelurahan Beng, Gianyar semakin menggeliat. Berawal dari hanya sebuah toko perlengkapan upakara yadnya secara grosir tujuh tahun silam, kini TPB telah berkembang menjadi ‘istana yadnya’, atau tempat khusus untuk pelaksanaan pelbagai upacara Hindu. Maka TPB ini pula menjadi jawaban atas tantangan Hindu Bali modern dengan hasrat beragama secara praktis, efektif, dan efisien.

Di tempat ini, hampir setiap hari, tiada hari tanpa yadnya. Sebab, Taman Prakerti Bhuana menyambut baik permintaan umat Hindu seluruh Indonesia, bahkan dunia. Terutama dalam hal pelaksanaan prosesi upakara bagi umat yang terbatas tempat, waktu, dan keterbatasan lain. Paling sering, umat Hindu dari berbagai kalangan menggelar upacara manusa yadnya seperti pawiwahan, metatah, hingga mebayuh oton. TPB juga dilengkapi Ballroom untuk event besar serta meeting room untuk event skala kecil. “Sekarang ini, sudah terdapat pasraman sebagai tempat pelaksanaan yadnya. Namun hal ini masih belum mencukupi permintaan masyarakat, sehingga kami telah memfasilitasi dengan ballroom, taman beserta catering untuk resepsi pernikahan,” jelas Pemilik TPB, Ida Bagus Adi Supartha, Sabtu (20/7).

Ke depan, di tempat ini akan dilengkapi dengan fasilitas penginapan yang disebut 'Pondok Pengalu'. Dalam sejarahnya, Pondok Pengalu merupakan rumah pendatang pertama bagi masyarakat Beng dan Gianyar di zaman dahulu kala. Mereka tinggal di Alas (hutan) Bengkel yang selanjutnya menjadi Desa Beng dan berkembang menjadi kota/Kelurahan Beng, yang hanya berjarak sekitar 1,5 km, utara Puri Agung Gianyar.

Lokasi kawasan TPB yang sekarang, konon ceritanya merupakan pusat Pemerintahan Raja Gianyar yang disebut Jero Kuta. Sampai sekarang, bukti sejarah itu masih melekat di antaranya sebutan Subak Jero Kuta di kawasan TPB. "Jero yang berarti Puri tempat raja tinggal. Kuta yang berarti kota atau pusat pemerintahan. Dan Pura Dalemnya pun di sebelah barat TPB. Yang terkenal dengan Pura Dalem Baka dan di utara TPB Tempat permandian Raja Gianyar yang bernama Taman Sari," bebernya.

Sejarah Histori tersebut semakin meyakinkan IB Adi Supartha untuk membangkitkan kembali suasana istana di Alas Bengkel. Peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pengalu atau fasilitas penunjang Wedding digelar pada Purnama Kasa    setelah Surya Candra Metemu, Anggara Paing Sungsang, Selasa (16/7). Peletakan batu pertama ini dipuput sembilan  Pedanda Siwa- Budha, diringi oleh Prajuru Desa Adat dan Dinas Kelurahan Beng serta Tim TPB. Pembangunan diperkirakan rampung hingga bisa digunakan sekitar dua tahun ke depan. Sejatinya, IB Adi Supartha bercita-cita membangun hotel. Hanya saja, karena terkendala Perda RTRW Kabupaten Gianyar yang tidak memungkinkan dibangun hotel di kawasan Gianyar timur, akhirnya hanya bisa dibangun pondok wisata. "Rencananya kami buat banyak kamar. Tapi kendala perizinan. Karena di Gianyar timur tidak bisa bangun hotel, cuma pondok wisata," ujarnya.

Melihat wisata Gianyar timur berpotensi untuk dikembangkan, pihaknya berharap Pemkab Gianyar menangkap peluang ini. Meskipun, Gianyar timur diproyeksikan untuk perkantoran sebagai pusat pemerintahan, fasilitas penunjang seperti hotel dan restoran juga penting ada di sekitarnya. Terlebih Gianyar barat saat ini, yakni Ubud telah padat hunian dengan lalu lintasnya yang kerap krodit. "Kami harap Pemkab ke depan terbuka untuk perkembangan Gianyar timur. Kalau tidak ada hotel restoran sebagai pendukung, saya kira pemerintahan tidak bisa berkembang pesat. Justru sebaiknya diseimbangkan antara timur-barat. Kalau izin tidak boleh kan susah," ungkapnya. Meski tidak harus seimbang, setidaknya Gianyar timur bisa ikut menggeliat dalam bidang wisata. "Di sekitar sini kan banyak objek wisata seperti Taman Nusa, Waterboom, Air Terjun Katulampo, Goa Rangreng. Mestinya dibukakan keran, meski tidak bisa seimbang setidaknya bisa menggeliat, sejahterakan masyarakat," harapnya.

Dia juga memproyeksikan TPB menjadi pariwisata spiritual. "Sementara Pondok Pengalu ini baru isi lima kamar. Terlalu kecil dan susah kami pengembangannya. Yang rencananya kami bangun pasraman sulinggih dan fasilitas wedding. Termasuk ngekeb untuk prosesi matatah," jelasnya. Satu hal lagi, di TPB direncanakan akan dibangun Candi Kunda Homa Tirta atau tempat Homa Yadnya. "Masih dalam proses pembuatan gambar oleh arsitek ternama Yoka Sara," imbuhnya. *nvi

Komentar