nusabali

Arswendo Atmowiloto Meninggal Dunia

  • www.nusabali.com-arswendo-atmowiloto-meninggal-dunia

Arswendo Atmowiloto meninggal dunia pada Jumat (19/7) pukul 17.50 WIB di usia 70 setelah berjuang melawan kanker prostat.

JAKARTA, NusaBali

Sebelumnya Arswendo sempat dilarikan ke Rumah Sakit karena kondisi kesehatannya yang menurun. Putri ketiganya, Tiara menceritakan kronologi meninggalnya sang ayah. Arswendo meninggal dunia saat berada di rumah.

"Meninggalnya tadi saat sama kakak saya. Kebetulan saya masih di jalan menuju ke rumah," ujar Tiara saat ditemui di rumah duka, Komplek Kompas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Jumat (19/7) dikutip dari tribunenws.

Arswendo memang sering bolak-balik masuk rumah sakit. "Memang sudah sakit lama, sakit kanker kandung kemih dan sudah cukup lama. Sudah setahunan lebih," kata Tiara.

Arswendo Atmowiloto merupakan seniman dan budayawan legendaris di Indonesia. Bermula berprofesi sebagai wartawan, kepiawaian Arswendo menciptakan banyak karya tulis menjadikan dirinya sebagai sosok penting dalam sejarah literasi Indonesia.

Arswendo telah menghasilkan banyak cerpen, novel, naskah sinetron, hingga memenangkan sejumlah penghargaan, salah satunya Hadiah Sastra Asean pada 1987.

Salah satu karya terkenal Arswendo adalah sinetron Keluarga Cemara yang kemudian diangkat menjadi film pada 2018.

Dunia seni Indonesia bersedih karena kehilangan satu budayawan berbakat Arswendo Atmowiloto yang menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (19/7). Para seniman Indonesia menyampaikan dukanya melalui media sosial.

Melalui akun Twitter, sineas Joko Anwar mendoakan agar Arswendo saat ini bisa beristirahat dengan tenang.

Pemilik nama lahir Sarwendo ini cukup dikenal berkat karya berjudul Keluarga Cemara yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah sinetron pada era '90-an dan film layar lebar pada awal 2019 ini.

Ia juga menjadi sosok di balik sinetron populer lainnya seperti Ali Topan Anak Jalanan (1997-1998), kemudian Deru Debu (1994-1996), 1 Kakak 7 Ponakan (1996), Jalan Makin Membara II dan III (1995-1997), serta Imung (1997).

Namun di sisi lain, karena karyanya pula Arswendo pernah dipenjara. Pada 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. *

Komentar