nusabali

Korban Ulahpati Sering Nasehati Kakek, Tolak Diaben

  • www.nusabali.com-korban-ulahpati-sering-nasehati-kakek-tolak-diaben

Kematian siswa Kelas XI SMAN 2 Semarapura, Klungkung, Made Susila, 15, yang nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri menyisakan cerita pilu bagi keluarga.

AMLAPURA, NusaBali

Di balik sikap pendiamnya, setiap pulang kampung almarhum justru sering memotivasi kakeknya, Jro Mangku Made Sudiksa, 70, dan ayahnya, Wayan Putra, 42. Hasil ngewacakang (teropong niskala) korban menolak diaben.

Ayah korban, Wayan Putra, mengatakan saat pulang kampung alrmarhum menasihati dan memotivasi kakeknya yang lagi sakit. Terakhir, korban yang tinggal di Kelurahan Semarapura Kauh, Kecamatan Klungkung pulang kampung ke Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Rabu (17/7) malam. Saat itu almarhum menyemangati dan mendoakan kakeknya agar berumur panjang. Harapannya mampu menyaksikan upacara mapandes (potong gigi) dan menyaksikan pawiwahan (perkawinannya) kelak.

Sementara nasihat almarhum kepada ayahnya agar bekerja dengan baik sebagai Ketua LPD Desa Adat Sogra. Bisa berbagi waktu, jika sedang kerja agar ibunya, Ni Kadek Ariati yang jaga kakek di rumah. Sehingga kakeknya, Jro Mangku Made Sudiksa tetap terjaga. “Kami tak menyangka kejadian ini menimpa kami,” ungkap Wayan Putra di rumah duka, Kamis (18/7). Wayan Putra mengaku sempat menawari almarhum agar setamat SMA nanti kuliah di fakultas kedokteran. Namun tawaran itu ditolak, sebab almarhum tidak ingin jadi dokter. Begitu juga tidak ingin jadi TNI/Polri. Almarhum hanya ingin kuliah administrasi. Rencananya kuliah S1 di Unud dan S2 di UGM Yogyakarta.

Wayan Putra tidak berani memaksakan agar kuliah di fakultas kedokteran apalagi menyarankan jadi angkatan. Sebab almarhum pernah kecelakaan lalulintas yang menyebabkan tulang paha kanan patah. Menurut Wayan Putra, selama ini tidak ada masalah dengan anaknya. Tidak pernah memarahi sang anak. “Almarhum pendiam. Almarhum sering menasihati kakek, ayah, adik, dan ibunya,” kenang Wayan Putra berkaca-kaca. Wayan Putra mengaku tak punya firasat apapun jelang kematian putra keduanya secara tragis. Sementara ibunya, Ni Kadek Ariati sempat mimpi cincinnya lepas. Hanya saja sebelum musibah terjadi, mimpi itu tidak diceritakan. Sehari sebelum musibah, Wayan Putra masih berkomunikasi lewat WA.

Berdasar hasil ngewacakang (teropong niskala) ke orang pintar, almarhum menolak diaben. “Anak saya menolak diaben, minta dikubur saja,” jelas Wayan Putra di hadapan para pelayat yang hadir. Penguburan di Setra Desa Adat Sogra, pada Wraspati Wage Sungsang, Kamis (18/7). Bendesa Adat Sogra I Wayan Mangku Sukra dan Kelian Banjar Adat Sogra I Nyoman Muliarta membenarkan upacara menguburkan almarhum sesuai hari baik desa setempat, Wraspati Wage Sungsang. Hadir di rumah duka, Perbekel Desa Amerta Bhuana Kecamatan Selat I Wayan Suara bersama Sekretaris Desa Adat Duda I Komang Sudiana dan tokoh masyarakat lainnya. Mereka memotivasi Wayan Putra agar tegar menghadapi cobaan.

Sebelumnya diberitakan, seorang siswa Kelas XI SMAN 2 Semarapura, Klungkung, Made Susila, 15, nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Korban yang notabene anak Ketua LPD Desa Adat Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, I Wayan Putra, 42, ini ditemukan tewas menggantung di rumahnya kawasan Banjar Sangkanbuana, Kelurahan Semarapura Kauh, Kecamatan Klungkung, Rabu (17/7) pagi pukul 08.00 Wita.

Korban Made Susila ditemukan menggantung dengan menjerat leher menggunakan selendang yang dikaitkan ke besi dalam gerase di halaman rumahnya setinggi 3 meter. Diduga, remaja berusia 15 tahun ini naik mengikatkan selendang ke besi dengan bertumpu di atas sepeda motornya. Petugas kepolisian yang menggelar olah TKP menyimpulkan korban murni ulahpati dengan cara gantung diri. Menurut Kapolsek Klungkung, Kompol Wayan Sarjana, tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. *k16

Komentar