nusabali

Mahasiswi STKIP Hindu Amlapura Juara Lomba Esai Nasional

  • www.nusabali.com-mahasiswi-stkip-hindu-amlapura-juara-lomba-esai-nasional

Bahan-bahan untuk esai ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’ dihimpun Ni Luh Putu Ariani saat Dinas Pariwisata Karangasem menggelar Festival Desa Tenganan Pagringsingan 2019

Tampilkan Naskah Berjudul ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’


AMLAPURA, NusaBali
Mahasiswi semester VII Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Agama Hindu Amlapura, Ni Luh Putu Ariani, 22, tampil sebagai juara Lomba Esai Ilmiah Populer Antar Perguruan Tinggi Tingkat Nasional 2019. Mahasiswi yang dikenal sebagai instruktur yoga ini berjaya dengan esai berjudul ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’.

Lomba Esai Ilmiah Populer Antar Perguruan Tinggi Tingkat Nasional 2019 ini di-laksanakan Unit Penalaran dan Riset Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja di Mataram, NTB. Namun, Luh Putu Ariani tidak bisa hadir saat penganugerahan juara dalam lomba esai bertema ‘Upaya Pemberdayaan Potensi Desa untuk Meningkatkan Produktivitas Menuju Indonesia Emas 2045’ di Mataram, Kamis (11/7) malam. Hadiahnya pun dikirim panitia leswat paket.

Verifikasi naskah Lomba Esai Ilmiah Populer Tingkat Nasional ini telah dilaksanakan 1 Juli 2019. Sedangkan penjurian naskah essai dilakukan 2-9 Juli 2019. Bertindak sebagai dewan juri adalah Prof Dr Made Sudantha dan Dr I Wayan Ardhi Wirawan.

Pada tahap terakhir, ada 18 naskah dari 18 perguruan tinggi se-Indonesia yang masuk ke meja dewan juri. Termasuk naskah berjudul ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’ milik Putu Ariani dari STKIP Agama Hindu Amlapura.

Saat diumumkan per 10 Juli 2019, ternyata naskah esai milik Putu Ariani dinyatakan keluar sebagai juara. Naskah esai milik mahasiswi kelahiran 2 Agustus 1997 ini mendapat skor tertinggi 675,5. Putu Ariani mengungguli naskah milik Tiara Nur Azizah, dari Politeknik Negeri Malang berjudul ‘Biobriket Limbah Pedesaan Solusi Cerdas Pengganti LPG’, yang berada di peringkat II dengan skor 657,9.

Sedangkan peringkat III diraih naskah milik Dikau Tondo Prasetyo, dari Universitas Brawijaya Malang, berjudul ‘Wonderful Sendang Biru Strategi Pengembangan Ekowisata Bahari di Kampung Nelayan Sendang Biru’, dengan skor 650,5. Sementara peringkat IV diraih M Emir Al-Azkiya skor 640,3.

Putu Ariani yang lebih dikenal sebagai instruktur yoga pun merasa surprise dirinya dinobatkan sebagai pemenang lomba esai tingkat nasional ini. "Saya sendiri tidak menyangka dinobatkan sebagai juara. Astungkara kerja keras selama ini membuahkan hasil," ungkap Putu Ariani saat dikonfirmasi NusaBali di Amlapura, Minggu (14/7) lalu.

Menurut Putu Ariani, sebenarnya selama ini dirinya lebih dikenal sebagai instruktur yoga. Dia kerap menjadi dewan juri lomba-lomba yoga. Bahkan, dia pernah juara Lomba Yoga Asanas Kategori Umum Tingkat Provinsi Bali 2018 di IHDN (Institut Hindu Dharma Negeri) Denpasar.

Menurut Putu Ariani, dirinya ambil bagian dalam Lomba Esai Ilmiah Populer Tingkat Nasional 2019 di Mataram, bermodalkan bakatnya menulis sejak sekolah di SMKN 1 Amlapura. Apalagi, dia sempat tembus peringkat III dalam Lomba Menulis Esai Hindu Tingkat Nasional 2018.

Naskah ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’ yang dibawa Putu Ariani ke Lomba Esai Ilmiah Populer Tingkat Nasional 2019 ini bahan-bahannya dikumpukan saat Dinas Pariwisata Karangasem menggelar ‘Festival Desa Tenganan Pagringsingan’ di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, 7-8 Juni 2019.

Putu Ariani menyebutkan, Desa Tenganan Pagringsingan dikenal mengedepankan kearifan lokal untuk memikat wisatawan yang datang berkunjung. Selain memper-tahankan tradisi budaya ‘Makare-kare (Perang Pandan), Desa Adat Tenganan Pag-ringsingan juga mempertahankan bangunan tradisional tempat tinggal khas mereka. Juga ada pelestarian hutan yang diatur melalui awig, sehingga tidak sembarang orang bisa menebang kayu tanpa izin desa.

“Jadi, membangun objek wisata tidak mesti menyediakan sarana vila, hotel, dan restoran. Bisa juga dengan cara mempertahankan budaya tradisional, yang justru sangat diminati wisatawan. Itulah dasar pemikiran saya mengangkat kearifan lokal di Desa Adat Tenganan Pagringsingan dalam naskah bertajuk ‘Optimalisasi Kearifan Lokal dalam Menunjang Pemajuan Pariwisata Budaya’,” papar mahasiswi Semester VII Program Studi Agama Hindu STKIP Hindu Amlapura asal Banjar Bantas, Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Karangasem ini. *k16

Komentar