nusabali

Sempat Minta Pulang Paksa, Dirawat Lagi di RSUP Sanglah

  • www.nusabali.com-sempat-minta-pulang-paksa-dirawat-lagi-di-rsup-sanglah

Korban Penganiayaan asal Karangasem

DENPASAR, NusaBali

Terkait pemberitaan korban penganiayaan asal Dusun Bau Kawan, Desa Nawakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Nyoman Sengod, 43, yang dipulangkan secara paksa, RSUP Sanglah memberikan klarifikasi. Menurut Kasubbag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna, keluarga pasien sendiri yang meminta untuk pulang. Namun berselang sehari, pasien Nyoman Sengod kembali dibawa ke RSUP Sanglah lantaran kondisinya yang belum membaik.

“Pasien kami terima tanggal 14 (Juli) sore, dibawa dari RS Bali Mandara. Setelah diterima di IGD, kami sudah berikan perawatan dan tentu tetap memberikan informasi tentang rencana tindakan yang akan diambil. Karena itu tidak bisa ditanggung BPJS Kesehatan, keluarga pasiennya minta pulang paksa. Akhirnya kemarin sore (Selasa) diantar ke sini lagi (RSUP Sanglah, red),” ungkapnya, Rabu (17/7).

Alasan minta dipulangkan ini pun tertulis dalam rekam medisnya di RSUP Sanglah. Pasien tersebut terpaksa minta pulang paksa dari RSUP Sanglah karena sakitnya tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Pasien tidak ditanggung BPJS Kesehatan lantaran sakit akibat penganiayaan.

Sekedar informasi, dalam Perpres 82 tahun 2018 pasal 52 tentang manfaat yang tidak dijamin, khususnya pada poin r, disebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu akibat tindak pidana penganiayaan, kekerasan seksual, korban terorisme dan tindak pidana perdagangan orang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pihak RSUP Sanglah juga membantah kalau pasien hanya diberikan penanganan seadanya seperti dalam pemberitaan. RSUP Sanglah telah memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang terstandar pelayanan rumah sakit secara nasional bahkan internasional. Ia juga mempertanyakan apa indikator mengatakan perawatan seadanya. “Kami sudah rawat sesuai kebutuhan pasien dan tidak buru-buru melakukan operasi. Karena operasi ada prosedurnya, termasuk konsultasi dengan keluarga,” katanya.

Terkait berapa total biaya yang harus ditanggung untuk operasi, pihaknya belum bisa memastikan. Mengingat kondisi pasien belum stabil untuk dilakukan operasi. Saat ini, pasien Sengod masih diobservasi sambil melakukan perbaikan kondisi umum (KU), untuk selanjutnya diambil tindakan.

Sementara itu, korban saat ini tengah dirawat di Ruang MS 206 RSUP Sanglah. Pasien ditemani sang istri, Ni Nengah Redi, anak pertama I Gede Badung, dan satu orang kerabatnya. Ketika dimintai keterangan, pihak keluarga mengakui memutuskan untuk pulang paksa karena total biaya operasi cukup besar. “Karena biaya operasinya mahal, belum termasuk obat dan kamar, sedangkan kami tidak punya apa-apa. Kami yang minta pulang karena tidak punya biaya,” jelas anak pertama korban, I Gede Badung, 23.

Gede Badung menceritakan, sewaktu dirawat pertama kali di IGD, pihak keluarga diberikan informasi biaya untuk tindakan operasi pada dua bagian. Pertama di wajah bagian atas mulai dari bagian kening hingga area sekitar mata yang mengalami retak dan kedua matanya belum bisa melihat. Sedangkan operasi kedua pada kaki sebelah kiri. Gede Badung kemudian meminta rincian biaya. Dalam rincian tersebut, tertera total biaya sekitar Rp 150 juta. Itu pun belum termasuk obat dan kamar.

Setelah keluarga meminta pulang paksa, keesokan paginya Selasa (16/7) ada bantuan dari salah satu anggota DPRD Bali asal Karangasem. Karena bantuan dana ini, pihak keluarga akhirnya mau kembali lagi membawa Nyoman Sengod untuk menjalani perawatan di RSUP Sanglah. Setelah masuk RS Sanglah lagi, kata Badung, informasi rincian biaya terbaru yang didapatkannya justru bertambah. Untuk operasi bagian kening dan sekitar mata sekitar Rp 168 juta, sedangkan operasi kaki kiri sebesar Rp 76 juta.

“Saya dan keluarga berusaha mengumpulkan uang, entah itu dapat Rp 5 juta atau Rp 10 juta. Sisanya bapak (anggota) DPRD ini yang membantu. Bapaknya memang belum sempat ketemu dengan kami, tapi kemarin anak buahnya yang sudah ke sini,” tutur Badung.

Sejauh ini kondisi ayahnya cukup membaik, meski belum pulih benar. Ayahnya sudah mulai bisa bicara meskipun juga tidak begitu jelas. Badung yang bekerja menjadi tukang pasang batu candi di Tabanan terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena harus mengurus keperluan perawatan sang ayah. Tidak hanya itu, Badung yang sudah berkeluarga, anaknya kini sedang sakit. Dia terlihat berusaha tegar, meskipun terlihat jelas dia sedang menahan air matanya. Untuk kebutuhan sehari-hari, Badung harus menyiapkan uang setidaknya Rp 100 ribu untuk keperluan makan dan lain-lain.

Sebelumnya diberitakan I Nyoman Sengod, 43, warga asal Banjar Bau Kawan, Desa Nawakerti, Kecamatan Abang, Karangasem dianiaya oleh teman satu banjarnya, I Nyoman Giri, 47. Peristiwa menggemparkan ini terjadi berawal dari aksi tantangan berkelahi oleh korban Sengod kepada pelaku Nyoman Giri di acara resepsi perkawinan. Akibat pukulan membabi buta menggunakan gagang cangkul, membuat korban Sengod sekarat.  

Aksi penganiayaan ini terjadi di pinggir jalan Banjar Bau Kawan, Desa Nawakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Sabtu (13/7) pukul 17.00 Wita. *ind

Komentar