nusabali

Tim Jurnalistik SMAN 8 Denpasar Sabet Medali Perak di Malaysia

  • www.nusabali.com-tim-jurnalistik-sman-8-denpasar-sabet-medali-perak-di-malaysia

Empat siswa SMAN 8 Denpasar yang sukses sabet medali perak dalam ajang International Young Scientists Innovation Exhibition (IYSIE) 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia adalah I Gusti Ngurah Agung Gede Bramasta Ktana, Anak Agung Istri Saraswati, I Nyoman Adhitya Parwangsa, dan Ni Nyoman Tirtha Santyani

Berkat Penelitian Khasiat Daun Binahong dan Daun Kelor untuk Menurunkan Kadar Gula Darah


DENPASAR, NusaBali
Tim jurnalistik SMAN 8 Denpasar berhasil membawa pulang medali perak dari ajang International Young Scientists Innovation Exhibition (IYSIE) 2019 yang digelar di Mandarin Court Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia, 8-12 Juli 2019 lalu. Tim jurnalistik yang beranggotakan 4 siswa: I Gusti Ngurah Agung Gede Bramasta Ktana, 16, Anak Agung Istri Saraswati, 17, I Nyoman Adhitya Parwangsa, 17, dan Ni Nyoman Tirtha Santyani, 16, ini berjaya berkat penelitian bertajuk ‘Kombinasi ekstrak daun binahong dan daun kelor sebagai penurun kadar gula darah dalam darah’.

Dalam kompetisi internasional IYSIE 2019 di Kuala Lumpur tersebut, Tim SMAN 8 Denpasar bersaing dengan 100 tim dari 10 negara, yakni Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Sri Lanka, Iran, Indonesia, India, Guam, dan tuan rumah Malaysia. I Gusti Ngurah Agung Gede Bramasta Ktana cs cukup beruntung tampil sebagai runner-up, hingga berhak atas medali perak. Bertarung dengan didampingi guru pembina Gusti Ngurah Putra Suwantara, mereka hanya kalah dari salah satu tim asal Indonesia, yang sukses merebut medali emas.

Ketua Tim SMAN 8 Denpasar, IGN Agung Gede Bramasta Ktana alias Gung Bram, mengatakan timnya membawa hasil penelitian ‘Kombinasi ekstrak daun binahong dan daun kelor sebagai penurun kadar gula darah dalam darah’ ke kompetisi IYSIE 2019. Penelitian tersebut dilakukan setelah melihat fenomena kesehatan masyarakat saat ini yang cenderung didominasi oleh penyakit tidak menular, seperti diabetes mellitus. Penyebab penyakit diabetes mellitus salah satunya karena adanya peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan insulin.

Sementara saat ini, dunia farmasi dan kedokteran telah berkembang pesat. Berbagai jenis obat-obatan juga sudah diproduksi untuk penyakit diabetes. Namun, sebagian besar bahan baku untuk pembuatan obat-obatan tersebut masih diimpor dari luar negeri, sehingga mengakibatkan harganya menjadi mahal dan seringkali tidak mampu dijangkau oleh sebagian masyarakat.

Nah, Tim Jurnalistik SMAN 8 Denpasar berhasil menemukan tumbuhan binahong (Anredera Cordifolia) yang mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid, serta tumbuhan kelor (Moringa Oleivera) yang mengandung senyawa alkaloid dan steroid/triterpenoid. Keduanya mengandung alkaloid yang bersifat detoksifikasi, yakni dapat menetralisasi racun dalam tubuh. Kedua tumbuhan ini kemudian dikombinasikan dalam bentuk serbuk sebagai penurun kadar gula darah dalam darah pada penderita diabetes mellitus.

“Kami mencari referensi dari internet terkait zat yang dapat mengurangi gula darah, yakni alkanoid, flavanoid, dan terpenoid. Senyawa ini terkandung di daun kelor dan binahong. Kami memilih daun ini karena mudah ditemukan dan banyak tumbuh di Bali. Selanjutnya, kombinasi kedua daun tumbuhan ini kami bentuk seperti serbuk, supaya lebih mudah digunakan dan lebih awet,” ungkap Gung Bram kepada NusaBali di Denpasar, Minggu (14/7).

Menurut siswa kelahiran Denpasar, 31 Januari 2003 ini, penelitian ‘Kombinasi ekstrak daun binahong dan daun kelor sebagai penurun ka-dar gula darah dalam darah’ ini menggunakan metode eksperimen terhadap tikus. Indikator penelitian ini adalah tingkat tinggi-rendahnya kadar gula darah dalam darah, yang diukur dengan alat pengukur gula darah yang satuannya mg/dl. Dari hasil penelitian, kombinasi ekstrak daun tumbuhan binahong dan ekstrak daun tumbuhan kelor ternyata berpotensi dalam menurunkan kadar gula darah dalam darah.

Berdasarkan penelitian Tim Jurnalistik SMAN 8 Denpasar, hasilnya akan lebih baik bila diberikan secara tunggal, misalnya, ekstrak tumbuhan binahong saja atau ekstrak daun tumbuhan kelor saja. “Perlakuan yang paling efektif secara keseluruhan adalah ekstrak daun tumbuhan kelor dengan tingkat efektivitas sebesar 21,6 mg/dl,” katanya.

Gung Bram mengungkapkan, penelitian ‘Kombinasi ekstrak daun binahong dan daun kelor sebagai penurun kadar gula darah dalam darah’ yang dilakukan timnya, tidaklah mulus. Banyak kendala dan kesalahan saat ujicoba. Namun, mereka pantang menyerah sebelum mendapatkan hasil yang optimal.

“Penelitian ini berlangsung selama seminggu. Kami sempat mengulang penelitian ini, karena ada kesalahan, lupa mengukur kadar gula darah tikus sebelum diberi perlakuan yang berbeda,” jelas siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Denpasar ini.

“Kendala kami paling besar adalah saat melakukan percobaan terhadap tikus. Banyak tikus yang lari, bahkan mati karena masuk ke lorong sempit. Selain itu, alat pengukur gula darah dan kartas ujinya juga cukup mahal, sehingga kami terkendala soal biaya penelitian ini,” lanjut Gung Bram.

Menurut Gung Bram, kompetisi IYESIE 2019 di Kuala Lumpur merupakan ajang internasional pertama kali yang diikutinya. “Ini pertama kalinya kami ikut serta dalam ajang internasional. Tentu saja kami senang bisa ikut lomba ini. Akan tetapi, bukan berarti kami tidak pernah down dalam usaha penelitian. Kami sempat berpikir untuk tidak jadi berangkat. Kami bersyukur pada akhirnya bisa berangkat.”

Pengalaman pertama ini, kata Gung Bram, membuat mereka cukup deg-degan. Pasalnya, kompetisi internasional ini melibatkan lebih dari 100 tim asal 10 negara.“Pada saat kompetisi sebenarnya tidak terlalu banyak kendala. Tapi, kami agak grogi saat presentasi. Meski begitu, kami berusaha sekuat mungkin untuk melawan rasa grogi. Kami berdoa dan yakin bahwa kami mampu memberikan yang terbaik,” beber Gung Bram.

Pada akhirnya, Gung Bram cs lega karena berhasil memboyong medali perak dalam kompetisi internasional pertamanya. “Kami berhasil mendapatkan medali perak. Bagi kami, ini merupakan hasil dari semua keringat sejak kami memulai komitmen untuk membuat penelitian. Walaupun belum berhasil mendapat medali emas, tapi kami yakin inilah hasil terbaik yang sebanding dengan usaha yang telah kami lakukan,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 8 Denpasar, Drs I Ketut Suyastra MPd, menyatakan bangga dengan sukses anak didiknya yang mampu berkompetisi hingga tingkat internasional. “Hasilnya tidak mengecewakan, mereka (Gung Bram cs) bisa mendapatkan medali perak. Kami coba bangunkan dan dorong anak-anak, ternyata mereka punya potensi,” jelas Ketut Suyastra saat dikonfirmasi NusaBali di SMAN 8 Denpasar.

Menurut Suyastra, di tahun 2019 ini pihaknya memang mulai mendorong para siswa yang memiliki potensi untuk melakukan penelitian dan ikut berbagai kompetisi tingkat internasional. “Pertama, kami coba mencarikan pembimbing agar potensi mereka bisa dibimbing. Kemudian, kami bekerjasama dengan orangtua terutama soal biaya. Sebab dari sekolah, keberangkatan mereka tidak bisa kami biayai se-penuhnya. Dukungan dari orangtua sangat luar biasa, mau mengambil peran ini. Saya sangat berterima kasih,” kenang Suyastra yang sempat lama menjabat Kasek SMAN 3 Denpasar.

Sampai Juli 2019 ini, kata Suyastra, sudah ada tiga tim dari SMAN 8 Denpasar yang lolos ke kompetisi internasional. Tim pertama ikut kempetisi di Malaysia. Sedangkan tim kedua berkompetisi di Thailand. Sementara tim ketiga, ikut kompetisi IYESIE 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia yang pulang dengan kalungan medali perak ini.

Suyastra menyebutkan, satu tim peneliti dari SMAN 8 lagi rencananya akan berangkat ikut kompetisi ke Korea Selatan, dua pekan depan. “Sebenarnya, kami tidak memberikan target, namun mendorong dan memberikan ruang, sementara anak-anak mau membangun inovasinya. Itu yang paling penting,” tandas Suyastra. *ind

Komentar