nusabali

TI Badung Bergolak

  • www.nusabali.com-ti-badung-bergolak

Delapan dari 17 dojang menginginkan adanya Muskablub. Keinginan itu tertuang dalam surat, lengkap dengan tandangan dan dojang stempel. Ketua TI Badung dinilai menyuruh para atlet berpindah ke cabang olahraga lain, salah satunya yongmoodo.

8 Dari 17 Dojang Tuntut Muskablub

MANGUPURA, NusaBali
Pengkab internal Taekwondo Indonesia (TI) Badung bergolak menjelang Porprov Bali XIV/2019. Suasana panas di internal TI Badung, akibat kepemimpinan Tjhin Johannes.  Dari 17 dojang anggota TI Badung, 8 dojang diantaranya menginginkan adanya Musyawarah Kabupaten Luar Biasa (Muskablub). Tuntutan mereka lengkap dengan tandatangan dan stempel dojang. Ke-8 dojang itu, adalah Dojang Family, Wirajaya, Harapan, Namu, Kapal, Saribuana, dan Dojang Sangeh.

Sedangkan 17 dojang belum menyatakan sikap, yakni Dojang Waringin, Spartan, Wariior, Sportif, Pasupati, Sentra Taekwondo Prestasi Anak Bangsa (STPAB), Satria Jaya Mumbul, Udayana, dan Dojang Shadow. Sementara dikonfirmasi terpisah Ketua Pengkab TI Badung, Tjhin Johannes hpnya tidak aktif.

"Delapan dojang itu memang benar menginginkan adanya Muskablub. Keinginan itu tertuang dalam surat, lengkap dengan tandangan dan dojang stempel," ungkap pemilik Dojang Family Badung, Ade Iwan Setiawan didampingi Perwasitan TI Badung, I Gede Arisoka dan Pelatih Kepala Dojang Wirajaya, Hendrawan di Denpasar, Sabtu (13/7).

Menurut Ade Setiawan, tuntutan Muskablub itu karena berbagai alasan. Pasalnya, Tjhin Johannes menyuruh para atlet berpindah ke cabang olahraga lain. Sampai ada atlet taekwondo menjadi atlet yongmoodo.

Ade Setiawan menegaskan, hal itu jelas bertentangan dengan sikap organisasi yang mengembangkan dan meningkatkan jumlah anggota taekwondo yang sedang berkembang. TI Badung, kata Ade, juga dinilai membiarkan terjadinya pengambilan atlet-atlet dojang untuk pindah ke dojang tertentu.

Saat dikonfirmasi untuk mengatasi persoalan tersebut, kata Ade, TI Badung merasa tidak tahu menahu dan tidak memgambil sikap. Hal ini merupakan ciri ketidakmampuan Ketua Pengkab dalam memberikan kenyamanan kepada dojang-dojang yang bernaung di bawah TI Badung.

Kesalahan lain, tambah Ade Setiawan, karena saat seleksi pemilihan atlet Porprov Badung dilakukan secara tertutup. Termasuk saat melakukan pelatihan di Jakarta, atlet yang terdaftar sebagai atlet Pelatcab, tidak diberangkatkan. Sedangkan atlet yang sudah pasti tidak dapat bertanding dalam Porprov Bali XIV/2019 di Tabanan karena terkendala umur justru diberangkatkan.

"Porprov kan batas minimal 15 tahun, sedangkan yang diberangkatkan pelatihan di Jakarta, ada masih dibawah umur itu," tegas Ade Setiawan.

Artinya Ketua Pengkab memberangkatkan atlet atas dasar unsur like dan dislike. Bukan atas dasar prestasi dan hak dari atlet Pelatcab. Apalagi TI Badung juga menyebarkan isu, Pelatda Bali tidak bisa melatih. Padahal faktanya, pelatih pelatda Bali adalah mantan atlet pelatnas yang memberikan sumbangan medali perak kepada Bali pada PON 2012 di Riau.  “Dia menjadi salah satu pelatih Bali yang memiliki sertifikat kepelatihan nasional," beber Ade Setiawan.

Ade Setiawan juga menuding Tjhin Johannes bukan orang yang paham keolahragaan, apalagi taekwondo. Akibatnya banyak atlet Pelatda Bali dari Badung mundur dari Pelatda Bali. Itu akibat Tjhin Johannes menyebarkan informasi ketidakmampuan dari pelatih Pelatda Bali.

Dampaknya, kata Ade,  atlet Badung sendiri tidak dapat bermain kelevel nasional. Karena kewenangan memberangkatkan atlet ke nasional adalah Pelatda Bali. Terbukti sebagian besar atlet Badung tidak berlatih di Pelatda Bali.  "Ini juga bagian meminta pertanggungjawaban TI Bali, tentang rekomendasi Tjhin Johanes untuk periode 2 di Badung," tegas Ade Setiawan. *dek

Komentar