nusabali

Prabowo ke Jokowi: Selamat Bekerja

  • www.nusabali.com-prabowo-ke-jokowi-selamat-bekerja

Budi Gunawan hingga Edhy Prabowo adalah sosok-sosok yang menginisiasi pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

JAKARTA, NusaBali

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akhirnya bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7). Jokowi dan Prabowo sama-sama sepakat agar seluruh warga bersatu serta tidak ada lagi istilah ‘01-02’ atau ‘cebong-kampret’, yang ada adalah Garuda Pancasila.

Pertemuan Prabowo dan Jokowi pada Sabtu kemarin berlangsung dalam suasana penuh keakraban. Keduanya saling memberi hormat, cipika-cipiki, hingga kemudian bersama-sama menjajal MRT menuju Senayan.

Selama perjalanan itu, Prabowo-Jokowi tampak akrab berbincang. Ikut mendampingi dalam perjalanan, Kepala BIN Budi Gunawan, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Waketum Gerindra Edhy Prabowo, Seskab Pramono Anung, hingga Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Erick Thohir.

Dari Stasiun MRT Senayan, Prabowo dan Jokowi berjalan kaki menuju fX Sudirman untuk makan siang bersama di Sate Khas Senayan sebelum kemudian berpisah satu sama lain. Sepanjang dari stasiun MRT hingga di lokasi terakhir, banyak warga yang menyapa hingga mengajak berfoto kedua tokoh ini.

Saat memberi pernyataan pers di Stasiun MRT Senayan, Jokowi dan Prabowo sepakat agar para pendukungnya bersatu sebagai rakyat Indonesia. Tidak ada lagi istilah 01 atau 02 atau cebong dan kampret.

Menariknya, dalam kesempatan itu Prabowo juga mengucapkan selamat kepada Jokowi yang akan kembali memimpin untuk periode kedua. Dia mengatakan siap membantu pemerintah jika dibutuhkan.

Prabowo juga menegaskan, meski mendukung kepemimpinan Jokowi, dirinya juga siap melontarkan kritik jika ada hal-hal yang dia nilai tidak pas.

“Saya mengerti banyak yang mungkin masih emosional. Kita mengerti banyak hal yang kita harus perbaiki. Intinya saya berpendapat bahwa antara pemimpin kalau hubungannya baik, kita bisa saling ingatkan. Kalau beliau mau ketemu saya, ya, saya akan manfaatkan untuk menyampaikan hal-hal demi kebaikan bersama. Jadi saya ucapkan selamat bekerja,” kata Prabowo.

“Menjadi presiden itu mengabdi. Masalah yang dipikul besar. Kami siap membantu kalau diperlukan. Mohon maaf kalau kita mengkritisi bapak sekali-sekali,” sambungnya.

Pada pertemuan tersebut, ada sosok-sosok di balik layar yang turut andil menginisiasi. Yang pertama, adalah Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung dari kubu Jokowi. Empat jam sebelum pertemuan, politikus senior PDIP ini sempat memberikan sedikit bocoran meski tidak menyebut nama. Dia berbicara perihal pertemuan yang akan membuat bangsa semakin kuat.

“Semoga hari ini (kemarin) menjadi hari yang dikenang buat proses demokrasi yang semakin dewasa. Mudah-mudahan pertemuan yang terjadi membuat bangsa ini semakin kuat, maju, adil, dan makmur,” ujar Pramono lewat akun Twitter, Sabtu (13/7).

Figur berikutnya dari kubu Jokowi adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan alias BG. Sosok BG baru kali ini terungkap dan rupanya memiliki andil dalam pertemuan Jokowi dan Prabowo. Sebab sebelumnya, adalah Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang lebih awal terungkap sebagai ‘utusan’ Jokowi ke Prabowo.

BG juga turut berada di dekat Prabowo hingga mengantarnya pulang dari fX Sudirman. BG dinilai sukses menjalankan tugas ‘senyap’ ini.

“Pak Budi Gunawan ini kan Kepala BIN. Tentunya bekerja tanpa ada suara. Dan alhamdulillah apa yang dikerjakan hari ini tercapai,” ucap Pramono saat ditanya peran BG di balik pertemuan Jokowi dan Prabowo.

Bagaimana dari kubu Prabowo? Mantan Danjen Kopassus ini memiliki sosok Waketum Gerindra Edhy Prabowo.

Ini bukan kali pertama Edhy berperan vital yang mempertemukan Prabowo dengan Jokowi. Dalam catatan detikcom, Edhy disebut berperan atas pertemuan Jokowi–Prabowo di Jl Kertanegara (kediaman Prabowo) pada 17 Oktober 2014.

Kini, Edhy kembali berhasil berperan dalam pertemuan Jokowi dan Prabowo. Adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mengungkapkan sosoknya.

“Ada Pak Pramono, ada Pak BG, Pak Edhy Prabowo. Itu orang baik semua. Mereka memang bersahabat ya,” kata Budi Karya.

Sementara itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melihat pertemuan Jokowi dengan Prabowo dari siaran langsung televisi. Mega bersyukur pertemuan itu bisa terlaksana.

“Saya mendampingi Ibu Megawati Soekarnoputri dengan melihat siaran langsung atas pertemuan tersebut. Beliau (Mega) menyampaikan rasa syukurnya dan sejak awal percaya kenegarawanan Pak Prabowo, sama halnya dengan keyakinan Ibu Megawati, mengapa konsisten memberikan dukungan ke Pak Jokowi karena kepemimpinannya yang merangkul, berdialog, dan berdedikasi bagi bangsa dan negara Indonesia,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (13/7).

Hasto juga mengatakan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo itu bisa dijadikan tolok ukur demokrasi di Indonesia. Pertemuan keduanya juga dinilai bisa membuat bangsa kembali bersatu seusai perhelatan Pemilu 2019.

Selain itu, PDIP memuji ucapan selamat yang dilontarkan Prabowo kepada Jokowi karena terpilih kembali sebagai presiden periode 2019-2024. Ucapan selamat itu dinilai akan memberikan nilai positif.

“Ketika Pak Jokowi dan Pak Prabowo bertemu, dalam suasana penuh kegembiraan disertai pemberian ucapan selamat secara langsung dari Pak Prabowo ke Pak Jokowi, maka sesuai kultur politik di Indonesia, hal tersebut akan membawa suasana positif di tingkat grassroots,” katanya.

Banyak pihak yang memuji pertemuan Prabowo dan Jokowi ini, salah satunya politikus Partai Golkar Rizal Mallarangeng. Dia menyebut pertemuan kedua tokoh itu menunjukkan demokrasi Indonesia yang matang.

“(Pertemuan Jokowi-Prabowo) Bagus, itu kan sebuah cara untuk menunjukkan demokrasi Indonesia itu demokrasi yang matang dengan segala kelemahan kita yang harus kita perbaiki,” kata Rizal.

PDIP juga mengapresiasi pertemuan ini. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira, mengatakan, ini adalah momen penting yang ditunggu-tunggu rakyat.

“Apa artinya pertemuan ini? Pertama, pertemuan ini menunjukkan sikap negarawan demokratis dua belah pihak, sekaligus pendidikan politik yang baik untuk bangsa Indonesia, bahwa setelah kompetisi yang ‘panas’ sekalipun, baik Jokowi maupun Prabowo rela bertemu, berjabat tangan, ngobrol, dan makan bersama merupakan sarana untuk kembali mengeratkan tali silaturahim anak bangsa,” kata Andreas dalam keterangannya, Sabtu (13/7).

Kedua, lanjut Andreas, tempat pertemuan keduanya terbilang unik dan netral. Stasiun MRT adalah sarana publik yang menunjukkan jiwa egaliter yang merakyat dari Jokowi ataupun Prabowo. “Ketiga, pertemuan di tempat umum seperti ini sekaligus menepis semua isu yang berkembang selama ini, seolah-olah pilpres ini harus diakhiri dengan rekonsiliasi bagi-bagi kursi di pemerintahan,” ucapnya.

Keempat, menurut Andreas, pertemuan ini akan berdampak besar di masyarakat bahwa urusan pilpres sudah selesai. Semua harus kembali hidup rukun sebagai anak bangsa karena Jokowi dan Prabowo sama-sama sepakat agar seluruh warga bersatu serta tidak ada lagi istilah ‘01-02’ atau ‘cebong-kampret’.

“Tidak ada lagi ‘cebong’ dan ‘kampret’, yang ada adalah Garuda Pancasila. Sehingga akan jelas kelihatan, siapa yang bermain di air keruh, yang masih mau memanfaatkan agenda pilpres ini untuk memecah belah bangsa Indonesia,” tegasnya.

Namun di sisi lain, PKS mengkritisi momen tersebut. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyayangkan Prabowo tidak menyerukan sikap sebagai oposisi saat bertemu Jokowi.

“Pertemuan antar-pemimpin membawa kesejukan. Dan akan baik jika Pak Prabowo menyatakan #KamiOposisi,” kata Mardani kepada wartawan, Sabtu (13/7).

Mardani menilai pernyataan ‘kami oposisi’ itu baik untuk demokrasi sekaligus menghindari timbulnya kekecewaan di kalangan pendukung. Dia juga yakin Prabowo akan tetap bersama PKS di garis oposisi.

“Jika pertemuan tidak diikuti dengan deklarasi #KamiOposisi, akan membuat kekecewaan pendukung. Dan PKS yakin Pak Prabowo dan pendukungnya akan bersama #KamiOposis, karena oposisi itu baik dan oposisi itu mulia,” katanya. *

Komentar