nusabali

Bernostalgia, Istri Gubernur Ikut Pentas Jegog Suar Agung

  • www.nusabali.com-bernostalgia-istri-gubernur-ikut-pentas-jegog-suar-agung

Ingin PKB Makin Berkualitas, Koster Harapkan Kritik-Saran Masyarakat

DENPASAR, NusaBali

Sanggar Jegog Suar Agung, Jembrana dapat kesempatan tampil dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI 2019 di depan Gedung Kriya Taman Budaya Provinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar, Minggu (7/7) malam, dengan melibatkan para seniman angkatan 1980-an. Salah satu seniman yang tampil dalam pentas nostalgia Jegog Suar Agung malam itu adalah Ni Putu Putri Suastini, istri dari Gubernur Bali Wayan Koster. Ny Suastini Koster memang pernah lama bergabung di Sanggar Jegog Suar Agung sejak tahun 1984.

Sanggar Jegog Suar Agung yang sudah melanglang buana ke berbagai negara dengan alat musik tradisional Jegog, didirikan oleh almarhum I Ketut Suwentra dan kemudian dibesarkan oleh sang istri, Nyoman Hatsuko. Kini, tampuk keberlanjutan Sanggar Jegog Suar Agung dipegang oleh I Gede Oka Arta Negara, putra dari pasangan Ketut Suwentra dan Nyoman Hatsuko.

Gede Oka Arta Negara membawa Sanggar Jegog Suar Agung pentas nostalgia di ajang PKB XLI 2019, Minggu malam, dengan melibatkan para seniman angkatan 1980-an. “Ini awalnya diangkat dari kenangan-kenangan bersama seniman Jegog Suar Agung di masa lalu, kemudian muncul ide untuk menyatukan mereka,” tandas Gede Oka Arta Negara, yang kini tinggal di California, Amerika Serikat.

Tidaklah sulit menyatukan para seniman lawas tersebut. Berkat bantuan media sosial, Gede Oka berhasil mengumpulkan mereka dan berlatih bersama. Para seniman yang sudah berumur namun masih aktif untuk menari dan menabuh tersebut, ternyata bisa hadir. Bahkan, kehadiran Ny Suastini Koster yang malam itu menarikan Tari Makepung, mampu menyedot perhatian pengunjung PKB. Tak sedikit yang tertawa sekaligus kagum atas aksi istri Gubernur Bali yang memang dikenal sebagai seniman multitelanta ini.

Pementasan nostalgia Jegog Suar Agung malam itu terdiri atas garapan apik seperti Tabuh Teruntungan Dharma Hyang, Tari Putri Bambu, Tabuh Dharma Kusuma, Tari Suar Agung, Tari Makepung, Tabuh Mebarung, Tabuh Kreasi Pengungkab Sabda, dan Tari Pringgraha. Istri almarhum Ketut Suwentra, Nyoman Hatsuko, pun tak dapat menyembunyikan rasa haru dan kerinduannya akan Jegog Suar Agung di masa lampau yang dibangun oleh sang suami.

Sementara, Ny Suastini Koster mengatakan dirinya pernah lama bergabung di Sanggar Jegog Suar Agung sejak 1984. Suastini Koster mengaku sebagai generasi kedua yang menarikan Tari Makepung. Karena lama tidak menarikannya, Suastini Koster mengaku lupa-lupa ingat gerakan Tari Makepung ini. “Sudah 30 tahun saya tidak menari lagi. Yang saya ajak menari itu kan sudah tua-tua semua, seangkatan dengan saya. Jadi, ya berusaha mengingat geraknya lagi. Kaku-kaku juga akhirnya,” tutur Suastini Koster sembari tertawa kecil kepada NusBali.

Suastini Koster menyebutkan, putra dari pendiri Sanggar Jegog Suar Agung, Gede Oka Arta Negara, yang baru pulang dari Amerika kebetulan menawari para seniman angkatan lawas kembali menari sambil bernostalgia. Berkat media sosial, tidak terlalu susah mengumpulkan seniman angkatan 1980-an ini. “Ternyata dapat klop, malah lebih. Biasanya, penari wanita untuk Tari Makepung itu 4 orang. Karena dapatnya lebih, maka kami akhirnya tampil 8 orang. Jadi, bikin kostum baru lagi,” jelas Ketua Dekranasda Provinsi Bali ini.

Untuk tampil bersama Sanggar Jegog Suar Agung, Suastini Koster menyempatkan diri berlatih selama 15 kali pertemuan. Namun, dia lebih sering izin karena segudang aktivitas yang diembannya selaku istri Gubernur Bali. “Ketika mereka latihan, saya rekam. Sambil di perjalanan, saya ingat-ingat lagi. Karena dulu sudah sering, tapi sekarang sudah lupa. Kadang-kadang urutan (gerak tari, Red) itu kami lupa,” imbuh Suastini Koster yang malam itu didampingi suaminya, Gubernur Koster.

Suastini Koster mengaku sangat senang, apalagi bisa reunian dengan teman seangkatannya sewaktu menjadi bagian dari Sanggar Jegog Suar Agung. Mungkin kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. “Dulu kita sama-sama di kesenian, kemudian semua punya kesibukan masing-masing. Akhirnya, kita dipertemukan lagi setelah puluhan tahun, dalam lingkaran seni. Sambil bertemu, sambil bersenda gurau, tetap menjaga kesenian,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Koster malam itu turut menyaksikan pentas nostalgia Jegog Suar Agung, bersama Kadis Kebudayaan Bali Wayan ‘Kun’ Adnyana dan jajaran Konsulat Jepang. Gubernur Koster sempat bergurau andai saja tahu sang istri dulunya penari, dia ingin menjadi penabuhnya.

“Saya bangga dengan Sanggar Suar Agung yang telah mampu melestarikan seni Jegog di Jembrana dan bahkan sudah mampu tampil di luar negeri. Saya juga bangga karena ternyata istri saya dulu tahun 1984 merupakan bagian dari Sanggar Jegog Suar Agung. Kalau saya tahu dulu dia jadi penari, saya ikut jadi penabuhnya. Cuma, ketemunya belakangan. Makasi ya,” rayu Koster kepada sang istri sambil tertawa.

Dalam kesempatan itu, Koster juga meminta masyarakat untuk mengkritisi pelaksanaan PKB XLI 2019, dengan harapan pelaksanaannya semakin membaik di tahun-tahun mendatang. “Penyelenggaraan PKB kali ini merupakan yang pertama di era kepemimpinan saya bersama Wagub Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace). Tolong dikritisi, yang baik katakan baik, yang kurang katakan kurang. Supaya tahun depan PKB dapat kita tingkatkan kualitasnya lagi,” pesan Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini. *ind

Komentar