nusabali

Patung Dewi Sri dari Ulatan Bambu Sudah Ditempatkan di Jatiluwih

  • www.nusabali.com-patung-dewi-sri-dari-ulatan-bambu-sudah-ditempatkan-di-jatiluwih

Patung Dewi Sri yang terbuat dari ulatan bambu berukuran jumbo —tinggi 5 meter, lebar sampai tangan mencapai sekitar 6 meter— sudah ditempatkan di kawasan Subak Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan.

TABANAN, NusaBali

Patung yang dibuat oleh seniman I Gusti Arya Udianata asal Gianyar, ini disiapkan untuk Festival Jatiluwih 2019 pada September mendatang.

Manajer Operasional Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa menjelaskan sengaja memesan Patung Dewi Sri karena tema Festival Jatiluwih 2019 adalah Dewi Sri. Di samping itu, Desa Jatiluwih adalah kawasan pertanian, dan Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran. “Kami pesan patung Dewi Sri berbahan ulatan bambu dari seniman asal Tampaksiring, Gianyar,” ujarnya, Minggu (7/7).

Menurut Sutirtayasa, Desa Jatiluwih juga terkenal sebagai produsen bambu. Dia menginginkan lewat pemesanan patung ramah lingkungan ini, masyarakat lokal Desa Jatiluwih diharapkan mampu menjadikan bambu sebagai suatu karya seni yang bernilai.

“Selama ini warga kami di Desa Jatiluwih hanya bisa menjual bambunya saja ke berbagai kabupaten. Diharapkan dengan patung ini bisa mengedukasi masyarakat lokal. Di samping juga Patung Dewi Sri dijadikan untuk objek wisata bagi wisatawan yang berkunjung sesuai dengan visi misi DTW Jatiluwih,” jelasnya.

Menurut Sutirtayasa, Patung Dewi Sri sudah selesai dipasang di center point kawasan Subak Jatiluwih, Kecamatan Penebel. Proses penempatan Patung Dewi Sri yang elegan selesai pada Minggu pagi. Patung dibawa pada Sabtu (6/7) dari Gianyar ke Tabanan menggunakan dua truk. “Patung yang dibuat ini sistemnya bisa bongkar pasang, jadi tidak dibawa seperti ogoh-ogoh,” tutur Sutirtayasa.

Dia menjelaskan, pemasangan patung lengkap dengan atribut padi di tangan kanan dan tirta di tangan kirinya itu dilakukan oleh I Gusti Arya Udiananta, seniman asal Banjar Kelodan, Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. Pemasangan dilakukan dari kepala hingga tangan. Agar bernuansa alami sebagai alas digunakan jerami.

Nantinya pada saat festival yang puncaknya berlangsung pada 20, 21, dan 22 September, di areal patung akan diselenggarakan berbagai kegiatan seperti performance tebuk lesung (menumbuk padi). Dan juga akan dilengkapi penjelasan atau sejarah tentang Dewi Sri yang nantinya dapat dipelajari oleh wisatawan yang berkunjung. “Seperti yang kami katakan, festival yang digelar memang lebih mengedukasi masyarakat untuk mengenal pertanian, budaya, dan potensi lokal yang ada di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan,” bebernya.

Ditambahkan Sutirtayasa, meskipun puncak festival digelar September mendatang, rangkaian festival sudah digelar mulai Juni 2019 yang diawali dengan panen raya melibatkan STT Desa Jatiluwih dengan duta hijau. Kemudian dipentaskan permainan tradisional melibatkan SD se-Desa Jatiluwih dan desa penyangga yakni Desa Mangesta, Desa Senganan, dan Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel. Lalu ada pula lomba kerajinan jerami.

Sedangkan rangkaian festival pada Juli ini digelar kemah budaya pertanian yang melibatkan perwakilan SMK/SMA se-Kabupaten Tabanan dan STT se-Desa Jatiluwih. Kemah budaya dilaksanakan pada 20 dan 21 Juni yang kegiatannya lebih banyak tentang edukasi pertanian. *des

Komentar