nusabali

Tempuh Jarak 1 Km, Lembu Seberat 3 Ton Perlu Waktu 3 Jam

  • www.nusabali.com-tempuh-jarak-1-km-lembu-seberat-3-ton-perlu-waktu-3-jam

Ngaben Massal di Banjar Dauh Uma, Desa Adat Bitera

GIANYAR, NusaBali

Puncak prosesi ngaben massal di Banjar Dauh Uma, Desa Pakraman Bitera, Kelurahan Bitera, Kecamatan/Kabupaten Gianyar pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (6/7), berlangsung heboh. Lembu hitam seberat 3 ton hasil karya undagi Gusti Made Armada, yang diusung dari Balai Banjar Dauh Uma menuju Setra Pura Dalem Desa Pakraman Bitera yang jaraknya sekitar 1 kilometer, perlu waktu sekitar 3 jam. Mulai sekitar pukul 13.00 Wita hingga 16.00 Wita.  Untuk mengaraknya, bahkan krama se-desa pakraman secara khusus ditedunkan (diturunkan atau dilibatkan, Red). Sepanjang rute yakni dari Balai Banjar Dauh Uma di sisi utara menuju selatan ke arah Pasar Bitera tumpah ruah disesaki krama. Termasuk dari Pasar Bitera ke arah barat menuju setra, juga tampak penuh krama. Tambah sesak ketika pengarakan Lembu setinggi 7,5 meter ini disaksikan oleh masyarakat yang khusus datang hanya untuk menonton. Salah seorang krama Desa Pakraman Bitera, Made Setyawan, mengatakan pengarakan ini dibantu oleh krama desa. “Banyak yang bisa berpartisipasi karena memang krama desa yang tedun,” ujarnya.

Mengenai pengarakan yang memerlukan waktu sekitar 3 jam dikarenakan bobot Lembu yang cukup berat. Selain itu, jalur lintasan pengabenan juga cukup banyak terdapat kabel melintang. Sehingga disiapkan khusus krama yang membawa tongkat kayu panjang untuk mengangkat kabel. “Diarak hampir 3 jam dari lokasi (Balai Banjar Dauh Uma) sampai ke setra. Pengarakannya dari utara ke selatan sampai di Pasar Bitera menuju barat,” tuturnya.

Selebihnya, prosesi upacara ngaben masaal tersebut di setra berjalan lancar dan khidmat.

Sebelumnya diberitakan, ngaben massal yang dilaksanakan krama Pratisentana Dalem Tarukan di Banjar Dauh Uma, Desa Adat Bitera, Kecamatan Gianyar pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (6/7) siang, untuk pertama kalinya menggunakan satu Lembu hitam setinggi 7,5 meter, dengan berat sekitar 3 ton.

Lembu yang merupakan sarana pembakaran jenazah ini digarap oleh I Gusti Made Armada, 50, undagi asal Banjar Pekandelan, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Lembu ukuran jumbo ini digarap IGM Armada selama sebulan penuh, dengan melibatkan 5 orang pekerja. Mereka masing-masing sudah memiliki tugas tersendiri. Ada yang membuat hiasan, tatakan lembu, ada pula yang kebagian tugas membuat kerangka.

Armada menyebutkan, untuk satu etape, setidaknya ada sekitar 80 orang yang akan nyunggi Lembu ini. “Dalam sanan saja ada 70 orang untuk mengangkat Lembu, belum lagi yang di samping-sampingnya, sehingga total bisa mencapai 80 penyunggi,” katanya.

Selain krama penyunggi, kata Armada, prosesi pengarakan Lembu saat ngaben massal biasanya juga ngundang penyandang (penyunggi) niskala. “Penyandang niskala itu berupa wong gamang (makhluk samar) yang diundang. Wong gamang itu adalah penghuni areal sungai maupun jurang di sekitar,” katanya.

Menurut Armada, ini merupakan Lembu terbesar kedua yang pernah digarapkan selaku undagi (arsitek Lembu). Lembu terbesar yang sebelumnya pernah dibuat Armada tingginya mencapai 85 meter, yakni saat upacara palebon di Puri Agung Ubud, Gianyar tahun 2016 silam.

Disebutkan, Lembu yang disiapkan dalam ngaben massal di Banjar Dauh Uma, Desa Adat Bitera ini digunakan sebagai tempat dan sarana 8 sawa. Karena prosesi ngaben diawali dengan ritual ngagah, sehingga sengaja dibuatkan Lembu berukuran besar. “Kami diminta membuat yang besar dan berat, sehingga saya sengaja mendesain Lembu dengan tinggi 7,5 meter dan berat 3 ton ini,” tandas Armada yang enggan menyebut honor untuk menggarap Lembu tersebut. *nvi

Komentar