nusabali

Bupati Aktifkan Lagi SMP Satu Atap dan Siap Jadi Guru Pengajar

  • www.nusabali.com-bupati-aktifkan-lagi-smp-satu-atap-dan-siap-jadi-guru-pengajar

Sejumlah siswa lulusan sekolah dasar (SD) di Desa Subaya, Kecamatan Kintamani, Bangli terancam tak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP, karena faktor ekonomi serta jarak tempuh ke sekolah yang jauh.

Saat Siswa Lulusan SD di Desa Subaya, Kintamani Terancam Putus Sekolah


BANGLI, NusaBali
Terkait hal tersebut Bupati Bangli, I Made Gianyar, langsung menemui anak-anak yang terancam tidak melanjutkan pendidikan tersebut, Kamis (4/7). Bupati Made Gianyar berjanji akan mengaktifkan kembali sekolah satu atap (Satap) di Desa Subaya, bahkan dirinya menawarkan diri untuk menjadi pengajar.

Ada sekitar 10 orang anak yang terancam tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP. Seperti diketahui, selain karena faktor ekonomi, alasan utama 10 siswa ini enggan melanjutkan pendidikan, karena alasan transportasi, di mana jarak rumah dengan sekolah terdekat (SMPN 7 Kintamani) jaraknya cukup jauh. Tidak hanya itu, selama ini tidak ada kendaraan umum yang melintasi jalur ini.  

Bupati Made Gianyar yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bangli, I Nyoman Suteja, dan Kabag Protokol Pemkab Bangli, Cok Bagus Gede Gaya Dirga, bertemu dengan anak-anak tersebut serta para orangtuanya.

Dalam pertemuan tersebut, Bupati Made Gianyar berjanji akan mengaktifkan kembali SMP Satap di Subaya (Satap 6). Bahkan Bupati asal Desa Bunutin, Kintamani ini menawarkan diri sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut.

"Sesuai dengan amanat UUD 1945 alinea keempat, pemerintah memiliki kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan warganya. Karena dengan warga yang cerdaslah negara ini bisa maju," sebutnya. Menurutnya, sekarang tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak menempuh pendidikan, paling tidak untuk wajib belajar 12 tahun, karena dari APBN pusat sampai APBD daerah, sudah menganggarkan 20 persen untuk pendidikan. Untuk masyarakat yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi juga sekarang sekolah-sekolah sudah banyak memberikan beasiswa berprestasi bagi yang tidak mampu dan berprestasi.

Lanjutnya, untuk mendorong masyarakat Bangli yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Pemkab Bangli juga sudah menyiapkan beasiswa sebesar Rp 1 juta per bulan untuk mereka yang berprestasi (memiliki IP 3,5 keatas). “Pemerintah sudah semangat, orangtua dan anak juga harus semangat, karena sekarang biaya bukan lagi alasan untuk tidak sekolah," sebutnya.

Terkait dengan permasalahan 10 siswa berpotensi putus sekolah di Desa Subaya, Bupati Made Gianyar meminta anak-anak tidak patah arang dan tetap semangat. Dia tidak menampik, selama ini SMP Satap sempat vakum, karena minat anak-anak untuk bersekolah di SMP Satap sangat kecil.  "Jika sekarang anak-anak di sini berkomitmen dan mau melanjutkan di SMP Satap, tentu sekolah ini akan kami aktifkan kembali. Kalau SMP Satap kekurangan guru, maka kami akan carikan. Kalau kurang bangku, kita akan adakan bangku. Intinya saya ingin semua anak di Bangli semangat bersekolah," tandasnya.

Bahkan, untuk mendukung beroperasinya SMP Satap di Desa Subaya, Bupati Made Gianyar juga menawarkan diri menjadi pengajar di sekolah ini. “Kalau di sini kendalanya kekurangan guru, saya siap untuk ngajar mata pelajaran PPKN. Begitu juga Kadisdik juga sudah siap ngajar IPS. Tapi kita tidak hanya mengajar di sini saja, kalau di tempat lain kekurangan guru, saya juga akan mengajar di sana. Intinya akan lebih banyak di sini (Satap Desa Subaya),” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Disdikpora Bangli, Nyoman Suteja, mengatakan sejatinya dari awal berdirinya Satap di Desa Subaya ada 9 guru (Guru SMPN 7 Kintamani) sudah diberi surat perintah mengajar. Namun dalam perjalanannya, anak-anak Desa Subaya semakin sedikit yang mau bersekolah. Mereka mengaku bosan dan ingin merasakan sekolah di atas (SMPN 7 Kintamani).

Hingga akhirnya, hanya 4 orang siswa yang bersekolah di SMP Satap. Akhirnya, diambil kebijakan 4 siswa ini dipindahkan ke SMPN 7 Kintamani,  setelah itu SMP Satap tidak beroperasi sampai sekarang.

Sementara itu, salah satu siswa yang terancam putus sekolah, I Nengah Wirawan Agus Sugiarta, mengaku senang karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Dia mengaku sebelumnya berencana tidak melanjutkan pendidikan karena jarak dari rumah dengan sekolah (SMPN 7 Kintamani) cukup jauh. "Saya dan teman-teman merasa sangat senang karena bapak bupati berjanji akan mengaktifkan SMP Satap," akunya.  Sementara itu Perbekel Subaya, I Nyoman Diantara, mengatakan tahun ajaran baru ini siswa mulai bisa sekolah. Tidak hanya 10 orang siswa, namun ada 15 orang lagi yang tahun sebelumnya tidak melanjutkan pendidikan. "Anak yang tidak melanjutkan tahun lalu bisa sekolah sekarang," imbuhnya. *esa

Komentar