nusabali

Jadi Tulang Punggung Keluarga, Anak Pertama Derita Jantung Bocor

  • www.nusabali.com-jadi-tulang-punggung-keluarga-anak-pertama-derita-jantung-bocor

Derita Gangguan Fungsi Hati, Ardiana Hidup Memprihatinkan 

NEGARA, NusaBali

Penderitaan yang ditanggung I Nyoman Ardiana, 44, warga Banjar Munduk Anggrek, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, seperti tak berkesudahan. Ardiana yang termasuk keluarga kurang mampu, ini semakin mengalami kesulitan ekonomi, pasca didiagnosa mengalami gangguan fungsi hati. Padahal, ayah dua anak yang bersatus duda ini adalah tulang punggung keluarganya.

Sebelumnya, Ardiana bekerja sebagai buruh serabutan dengan panghasilan pas-pasan. Namun sejak dua bulan lalu, dia sama sekali tidak bisa mencari nafkah, karena menderita gangguan fungsi hati. Istri kedua yang dinikahinya delapan bulan lalu, dan memang sakit-sakitan sejak baru dinikahinya, telah meninggal dunia sekitar dua bulan lalu.

“Kalau istri pertama sudah cerai. Sekarang saya sakit begini, sudah tidak bisa bekerja,” ujar Ardiana, Kamis (4/7).

Di tengah-tengah penyakit yang dideritanya, Ardiana juga harus menanggung kedua anaknya, Putu Riska Sumerta, 17, yang masih duduk di kelas III SMA, dan I Kadek Agus Wiyasa, 14, yang masih duduk di kelas III SMP. Bahkan anak pertamanya, Riska Sumerta, juga mengalami jantung bocor, dan harus rutin berobat ke RSUP Sanglah, Denpasar setiap 10 hari sekali. “Karena saya sakit, anak saya yang pertama (Riska Sumerta), saya titipkan di rumah kakak perempuan saya. Kebetulan, kakak saya juga nikah masih di satu banjar (Banjar Munduk Anggrek), dan dia juga yang sekarang mengurus kami,” ucapnya.

Selain tinggal dengan anaknya yang kedua, Ardiana juga tinggal bersama ayahnya yang sudah renta, I Ketut Metra, 90, dan seorang kakak lelakinya yang mengalami gangguan mental. Selama ini, Ardiana yang tergolong keluarga kurang mampu ini sudah masuk sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Tetapi mengingat cukup banyak musibah yang dialami, dia pun terpaksa hidup mengandalkan belas kasihan, dan sangat bersyukur memiliki kakak perempuan yang perhatian dengan keluarganya. “Ada bantuan, tetapi keadaan saya begini, juga susah. Sepatu anak kedua saya (Agus Wiyasa) juga sudah lama robek, tetapi tidak ada uang. Syukurnya, ada relawan yang membelikan sepatu anak saya,” ungkapnya.

Sementara Penjabat Perbekel Yehembang Kauh I Made Sumerta, saat dikonfirmasi Kamis kemarin, mengakui keluarga Ardiana telah masuk sebagi penerima bantuan PKH. Di samping menerima bantuan uang bantuan PKH setiap tiga bulan sekali, dia juga menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) setiap bulan. Meski sudah menerima bantuan, kondisinya semakin mengkhwatirkan setelah Ardiana didiagnosa mengalami penyakit ganguan hati. “Kami dari desa terus memantau yang bersangkutan. Tiga hari lalu, saya bersama Pak Sekdes dan Ketua PKH juga turun ke sana. Untuk bantuan, sudah ada dari pemerintah,” ujarnya. *ode

Komentar