nusabali

Kemendikbud Cek Tari Sanghyang Dedari di Karangasem

  • www.nusabali.com-kemendikbud-cek-tari-sanghyang-dedari-di-karangasem

Pemerintah pusat melalui Fungsional Puslitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Darmajati, mengecek keberadaan Tari Sanghyang Dedari yang masuk warisan budaya, sebagaimana diakui UNESCO (The United Nations Educational Scientific and Cultural).

AMLAPURA, NusaBali

Pengecekan itu untuk mencari tahu melalui acara FGD (Forum Group Discussion) yang  melibatkan sejumlah seniman, dan jajaran Dinas Kebudayaan Karangasem. FGD untuk mencari tahu sejauh mana tarian ini masih eksis di Karangasem. FGD digelar di Aula Kantor Bupati Karangasem, Jalan Ngurah Rai, Amlapura, Kamis (4/7). Darmajati mengatakan, satu dari sembilan warisan budaya yang diakui UNESCO ada di Karangasem yakni Tari Sanghyang Dedari. Kedatangannya untuk mencari tahu cara melestarikan dan menjaga agar tarian sakral itu tetap terjaga keberlangsungannya.

Kadis Kebudayaan Karangasem I Putu Arnawa mengatakan, Tari Sanghyang Dedari, tetap lestari secara turun temurun. Sebab, Pemkab Karangasem selama ini berkoordinasi dengan desa adat, dalam hal ini Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, sebagai pemilik Tari Sanghyang Dedari tersebut.

Disebutkan, tari ini bisa tetap berkembang karena adanya keyakinan masyarakat di Desa Adat Geriana Kauh yang wajib mementaskan tarian ini. Pentasnya setahun sekali guna memohon kasuburan agar padi tetap tumbuh subur. Tari tersebut dipentaskan mana kala padi jelang berbuah. Saat proses tumbuh buah itulah, petani khususnya mohon kepada Ida Bhatari Sri, agar padi tumbuh subur. Ritualnya dengan menggelar Tari Sanghyang Dedari.

Jelas Arnawa, permohonan kesuburan padi bisa disimak dari nyanyian sakral yang mengiringi tarian ini. Tarian ini berkaitan erat dengan aktivitas pertanian di masyarakat. Tarian ini sangat disakralkan sehingga tidak sembarangan warga boleh menarikan. Penarinya adalah anak-anak perempuan yang belum mengalami akil balik, masih sekolah SD, antara kelas III hingga kelas V. Biasanya tarian ini digelar setiap Sasih Kadasa, penarinya ditampilkan tujuh orang, diawali menghias tujuh penari di jaba Pura Puseh. Setelah seluruh penari berpakaian lengkap, disertai mengenakan gelung terbuat dari rangkaian bunga-bunga gumitir, sandat dan cempaka. Maka penari diantar satu persatu menuju Pura Pajenengan. Di Pura Pajenengan matur piuning atau mohon izin. Selanjutnya menuju Pura Paibon Dalem Tarukan.

Di Pura Dalem Tarukan itu lah seluruh penari duduk rapi bersimpuh mengikuti ritual ngukup atau nusdus di depan pasepan yang telah menyala. Nusdus sebagai sarana prosesi nedunang roh suci, dikoordinasikan Jro Mangku Mudita. Selama prosesi ngukup, 30 ibu-ibu menyanyikan lagu rohani yang bertujuan  menarik kekuatan roh suci agar turun masuk ke jiwa para penari.

Setelah roh suci masuk ke tubuh penari, ditandai para penari itu hilang kesadaran. Tetapi dari tujuh penari, biasanya yang gagal kerauhan hanya satu penari. Penari yang kerauhan, selanjutnya dikawal menuju perempatan jalan desa untuk siap masolah (menari). Di tengah perempatan jalan desa, telah disiapkan dua tiang bambu yang ditancapkan cukup tinggi. Penari tanpa sadar menari dengan mata terpejam, mampu memanjat batang bambu, dari puncak bambu itu kembali menari. *k16

Komentar