nusabali

Catur Brata Penyepian 12 Jam, Pelanggar Didenda Asepel Pis Bolong

  • www.nusabali.com-catur-brata-penyepian-12-jam-pelanggar-didenda-asepel-pis-bolong

Nyepi Kasa digelar setahun sekali yakni sehari pasca Tilem Kasa, sebagai upaya untuk mohon keselamatan krama Desa Adat Buahan berikut lingkungannya

Hari Ini, Krama Desa Adat Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar Laksanakan Nyepi Kasa


GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar melaksanakan dua kali Nyepi dalam setahun. Selain Nyepi Tahun Baru Saka yang dilaksanakan sehari pasca Tilem Kasanga (bulan mati kesembilan sistem penanggalan Bali), juga ada Nyepi Kasa yang digelar sehari pasca Tilem Kasa (bulan pertama). Bedanya, Nyepi Kasa hanya berlangsung 12 jam, di mana mereka yang melanggar dikenakan sanksi berupa denda asepel pis bolong.

Nyepi Kasa tahun 2019 akan dilaksanakan krama Desa Adat Buahan pada Buda Wage Warigadean, Rabu (3/70 ini. Catur Brata Penyepian berlangsung sejak matahari terbit (pagi sekitar pukul 06.00 Wita) hingga matahari terbenam (petang sekitar pukul 18.00 Wita). “Yang jadi pertanda Nyepi Kasa berakhir adalah kemunculan bintang-bintang di langit (saat matahari terbenam),” jelas Bendesa Adat Buahan, I Nyoman Parwata, di sela persiapan Nyepi Kasa, Selasa (2/7).

Menurut Nyoman Parwata, Nyepi Kasa ini merupakan tradisi ritual yang diwarisi krama Desa Adat Buahan secara turun-temurun. Tidak ada sumber tertulis terkait Nyepi Kasa, namun krama setempat meyakini tradisi ritual ini wajib dilaksanakan demi keselamatan. “Tujuan dilaksanakannya Nyepi Kasa adalah untuk keselamatan krama beserta lingkungan,” papar Parwata.

Namanya juga Nyepi, selama 12 jam sejak pagi hingga petang, krama Desa Adat Buahan harus melaksanakan Catur Brata Penyepian, yakni amati gni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu/bersenang-senang). Bedanya, Catur Brata Penyepian tidak harus dilakukan 24 jam seperti Nyepi Tahun Baru Saka.

Parwata menyebutkan, selama berlangsungnya Nyepi Kasa hari ini, arus lalulintas akan dialihkan ke jalur alternatif sejak pagi pukul 06.00 Wita sampai petang pukul 18.00 Wita. Selama 12 jam itu, segala aktivitas di wewidangan Desa Adat Buahan ditiadakan. Termasuk aktivitas perkantoran, pasar, sekolah, dan sejenisnya.

Sedangkan bagi krama yang ada kepentingan bekerja ke luar desa, mereka diimbau agar berangkat dari rumah sebelum pukul 06.00 Wita. Selanjutnya, mereka baru boleh pulang ke rumah di atas pukul 18.00 Wita. Bagi krama yang ketahuan melanggar Nyepi Kasa, dikenakan sanksi berupa denda asepel pis bolong (uang kepeng, Red). “Kalau diuangkan, dendanya sekitar Rp 6 juta,” terang Parwata.

Menurut Parwata, rangkaian Nyepi Kasa tahun ini sudah berlangsung sejak 3 hari sebelumnya. Ada beragam tradisi unik yang dilaksanakan sebagai rangkaian Nyepi Kasa ini. Diawali dengan tradisi Nangkep Sari, semacam persembahan berupa ajengan nasi berukuran besar di mana krama magibung (santap bersama dalam satu wadah) di Pura Dalem Buahan.

Selanjutnya, pada H-1 Nyepi Kasa, juga digelar malam pangrupukan. Seperti halnya Nyepi Tahun Baru Saka, saat Pangrupukan Nyepi Kasa, Selasa malam, anak-anak setempat juga secara khusus mengarak ogoh-ogoh keliling desa. Beberapa jam sebelum pengarakan ogoh-ogoh, digelar prosesi nampah godel (menyemblih anak sapi) di areal Pura Dalem.

Sebelum disembelih, godel diarak dulu dari jaba Pura Puseh sampai ke Pura Dalem. “Sesampainya di Pura Dalem, godel diupacarai, kemudian langsung disembelih. Dagingnya kemudian dibagikan kepada 360 kepala keluarga (KK) krama Desa Adat Buahan,” papar Parwata.

Sementara itu, untuk pengalihan arus lalulintas selama 12 jam pelaksanaan Nyepi Kasa di Desa Adat Buahan, hari ini, prajuru sudah bersurat kepada masing-masing kepala desa (Perbekel) tetangga. Surat permakluman juga dilayangkan ke Kapolsek Payangan, Koramil Payangan, dan Camat Payangan.

Parwata menyatakan, setiap tahun pelaksanaan Nyepi Kasa di Desa Adat Buahan berlangsung lancar, karena selalu dikoordinasikan dengan desa-desa tetangga dan instansi terkait. “Sesuai pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada yang melanggar,” beber Parwata yang sudah 2 tahun menjabat sebagai Bendesa Adat Buahan. *nvi

Komentar