nusabali

Dua Pekan Sebelum Musibah, Terima Pawisik Jangan Pindahkan Barong

  • www.nusabali.com-dua-pekan-sebelum-musibah-terima-pawisik-jangan-pindahkan-barong

Kebakaran di Rumah Balian Jero Kartik yang Ludeskan Sungsungan Barong dan Punggelan Barong Ket

Pasca rumahnya terbakar, balian Jero Kartik bersama istri dan anaknya terpaksa ngungsi ke rumah saudaranya yang masih berada di Banjar Penaga, Desa Metro, Kecamatan Tembuku, Bangli


BANGLI, NusaBali
Musibah kebakaran terjadi di rumah milik balian I Nengah Darmayasa alias Jero Kartik, 46, di Banjar Penaga, Desa Metro, Kecamatan Tembuku, Bangli, Senin (1/7) dinihari pukul 04.00 Wita. Selain menghanguskan rumah beserta isinya, barong yang disungsung balian Jero Kartik juga ludes dilalap api. Terunglap, dua minggu sebelum musibah kebakaran, Jero Kartik sempat mendapat pawisik (petunjuk niskala) untuk tidak memindahkan posisi barong.

Ada dua unit bangunan di  rumah Jero Kartik yang ludes terbakar, Senin dinihari. Pertama, bangunan di bagian timur yang terdiri dari 3 ruangan (1 kamar suci dan 2 kamar tidur. Kedua, bangunan di sebelah barat yang terdiri dari 5 ruangan termasuk ruang tamu.

Jero Kartik menyebutkan, unit bagunan sebelah timur dia tempati bersama sang istri Ni Nengah Mertayani, 36, dan anak semata wayangnya, Ni Wayan Selpiani, 20. Sedangkan bangunan sebelah barat dimanfaatkan untuk kos. Setidaknya, ada 5 orang yang kos di bangunan sisi barat tersebut. Beruntung, tidak ada korban nyawa maupun terluka dalam musibah kebakaran tersebut.

Menurut Jero Kartik, saat peristiwa kebakaran terjadi dinihari kemarin pukul 04.00 Wita, seluruh penghuni rumah termasuk anak-anak kos masih dalam keadaan tidur. Tiba-tiba, sang istri, Nengah Mertayani, mendengar suara ledakan. Begitu mendengar suara ledakan, perempuan 36 tahun ini langsung membangunkan suaminya, Jero Kartik. Selanjutnya, Jero Kartik hendak mengecek sumber suara. Ternyata, saat keluar kamar, Jero Katik melihat api sudah berkobar di bagian atap.

"Saat itu, apinya sudah besar. Perkiraan saya, sumber api tepat di bangunan yang saya tempati, kemudian merembet ke bangunan di sebelah baratnya," ungakap Jero Kartik saat ditemui NusaBali di lokasi TKP kebakaran, Senin kemarin.

Jero Kartik mengaku bersyukur, musibah kebakaran ini bisa diketahui lebih awal, sehingga para penghuni rumah selamat dari maut. Begitu api berkobar di bagian atap, Jero Kartik bersama istri dan anaknya langsung berupaya membangunankan penghuni kos, yang semuanya merupakan para siswa kursus untuk magang ke Jepang. Para siswa yang kos ini rencananya beberapa hari lagi akan berangkat ke Jepang, sehingga ada orangtua mereka yang juga menginap di rumah kontrakan Jero Kartik.

Karena api sudah membesar, tidak ada barang berharga yang bisa diselamatkan. Sedangkan Jero Kartik dan keluarganya bersama para siswa kos, selamat dari maut. Warga sekitar ramai-ramai datang bantu memadamkan api secara manual. Namun, karena api sudah terlalu besar, sangat sulit dipadamkan. Hanya dalam kurun 20 menit, rumah keluarga Jero Kartik dan isinya ludes terbakar. Satu unit mobil pema-dam yang dikerahkan Tim Pemadam Kebakaran Bangli juga tidak bisa berbuat apa. Saat mobil pemadam datang, rumah Jero Kartik sudah keburu hangus.

"Ada satu unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Tapi, sampai di sini sudah habis terbakar. Semua barang juga ludes terbakar, tinggal pakaian yang ada di badan yang masih utuh. Perabotan elektronik, alat-alat upacara, perhiasan, uang tunai, semua terbakar. Sungsungan barong juga hangus," keluh Jero Katik dengan mata berkaca-kaca.

Jero Kartik mengisahkan, sungsungan barong yang hangus saat kebakaran di rumahnya itu berwujud barong ket. Selain itu, ada lagi satu punggulan barong ket yang hangus terbakar. Punggalan barong ket itu sejatinya baru tiga pekan lalu dipulangkan, setelah sempat diberikan kepada Jero Partini, tokoh spiritual yang masih sekampung. "Punggelan barong ket dibawa ke sini (rumah) oleh Jero Partini, karena alasan ada yang kurang enak. Sampai di rumah, pungelan barong ket itu dibuatkan upacara pembersihan," kenang Jero Kartik.

Menurut Jero Kartik, pihaknya sempat berencana memindahkan sungsungan barong dan punggalan barong ket tersebut ke bangunan sebelah barat. Sebelumnya, barong dan punggelan barong ket berada di tengah-tengah antara bangunan sebelah timur dan barat. "Tapi, sekitar dua minggu lalu, saya dapat pawisik agar barong dan punggelan barong ket jangan dipindahkan," katanya.

"Ampunang nira baktana drika driki, nira malih jebos menudunungan. Yen wenten panjak nire nangkil dini, di ajeng nira (Jangan saya dipindahkan ke sana kemarin. Saya sebentar lagi menginap. Kalau ada panjak saya hadir ke singi, mereka bias di depan saya, Red)," ujar Jero Kartik menirukan petunjuk niskala yang diterimanya saat itu.

Karena mendapat pawisik seperti itu, Jero Kartik pun tidak jadi memindahkan posisi barong dan punggelan barong ket ke bangunan sebelah barat. Namun, berselang dua pekan pasca munculnya pawisik tersebut, rumah keluarga Jero Kartik justru terbakar berikut sungsungan barong dan punggelan barong ket itu.

Jero Kartik menyebutkan, sebelum kebarakan di rumahnya, lebih dulu terjadi kebarakan rumah keluarga I Nyoman Loling yang juga ada punggalan barong ket. Lokasi rumah Nyoman Loling tidak jauh dari rumah Jero Kartik. Sejauh ini, Jero Kartik tidak tahu apa sejatinya makna di balik kebakaran rumah yang berisi punggelan baring ket ini. "Sejatinya kayu yang digunakan untuk punggalan barong ket berasal dari satu pohon. Sekarang semuanya telah terbakar," papar Jero Kartik.

Menurut Jero Kartik, dirinya bersama salah satu sanggar membuat barong tahun 2008. Kayu untuk punggelan barong memanfaatkan pohon pule. "Satu pohon pule cukup besar, sehingga bisa membuat tiga punggalan barong. Saat itu, proses pembuatan dilakukan di rumah saya. Satu punggalan barong untuk Jero Partini, satu untuk Nyoman Loling, dan satunya lagi untuk saya. Yang ada di rumah Nyoman Loling lebih dulu terbakar.”

Sementara itu, pasca rumahnya ludes terbakar, Jero Kartik bersama istri dan anak semata wayangnya, Ni Wayan Selpiani, terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya yang masih di areal pekarangan tersebut. Jero Kartik belum tahu, sampai kapan harus mengungsi.

Di sisi lain, Camat Tembuku I Dewa Agung Putu Purnama mengungkapkan bahwa dinihari kemarin, dirinya dihubungi oleh kelian dusun bahwa telah terjadi kebakaran di rumah Jero Kartik. Selanjutnya, Camat Dewa Agung Purnama menghubungi petugas pemadam. "Kami langsung koordinasikan musibah ini dengan Saptol PP Bangli, agar menerjunkan petugas damkar. Sayang, saat petugas damkar tiba di loka-si, bangunan rumah sudah ludes," terang Dewa Agung Purnama di lokasi TKP kebakaran, Senin kemarin.

Menurut Dewa Agung Purnama, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Bangli, serta BPBD Bangli dan PMI Bangli, agar bisa memberikan bantuan kepada keluarga Jero Kartik. "Dari Dinas Sosial sudah datang membawakan bantuan berupa selimut dan kebutuhan lainnya. Nanti dari PMI akan membantu memulihkan trauma akibat kebakaran ini," ujarnya.

Sementara, Kasubbag Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi, mengatakan untuk sementara bangunan rumah keluarga Jero Kartik yang terbakar sudah dipasang police line. Pihaknya sudah melakukan penyelidikan awal. Dugaan sementara, kebakaran dipicu korsleting listrik. "Ya, kebakaran diduga akibat korsleting listrik. Dari keterangan korban, sejak pagi tidak ada melaksanakan persembahyangan di tempat suci yang menggunakan api dupa,” jelas AKP Sulhadi. *esa

Komentar