nusabali

Ingin Mengabdi, Hanya Minta Gaji Rp 1 Juta untuk Orangtua

  • www.nusabali.com-ingin-mengabdi-hanya-minta-gaji-rp-1-juta-untuk-orangtua

Jadi Perbekel Banjarasem, Sukalantika Mundur dari Kesatuan Marinir

SINGARAJA, NusaBali
Tiga Perbekel (kepala desa) terpilih dalam pemilihan perbekel (Pilkel) Pengganti Antar Waktu (PAW), dijadwalkan dilantik, Kamis (27/6) hari ini. Salah satunya adalah anggota marinir, Kopka Ketut Sukalantika yang dilantik sebagai Perbekel Banjarasem, Kecamatan Seririt, dengan sisa masa jabatan hingga tahun 2021.

Sukalantika pilih mundur sebagai anggota marinir demi mengabdi di desa kelahiran Banjarasem. Padahal, kariernya di TNI Angkatan Laut masih panjang sampai tahun 2031. Karena Sukalantika pilih pensiun muda di usia 40 tahun, yang semestinya usia pensiun anggota marinir adalah 53 tahun. “Saya sudah pertimbangkan 1.000 kali untuk pensiun muda. Sehingga saya berani mengajukan surat pensiun dini agar bisa mencalonkan diri di Pilkel PAW Banjarasem,” ungkap Sukalantika, Kamis (26/7).

Pria kelahiran, 27 Juli 1979 ini mengaku, pilih pensiun muda agar dapat mengabdi di desa melalui Pilkel PAW. Padahal waktu itu, dia sendiri tidak begitu nyakin akan terpilih, karena sangat jarang bersosialisasi di kampung karena tugas. Namun, dia tetap nekad mengajukan pensiun dini dengan pertimbangan uang pensiun sudah cukup menghidupi keluarganya- istri dan satu anak. “Kalaupun tidak terpilih dalam Pilkel, saya sudah mempertimbangkan kalau dari uang pensiun saja, rasanya ekonomi keluarga sudah mencukupi. Kebetulan juga istri punya usaha kecil-kecilan,” aku suami dari Ketut Yeni.

Ketut Sukalantika sendiri saat itu tengah bertugas di Lanud Denpasar, sejak tahun 2006, di Bagian Keuangan. Sukalantika masuk korps Marinir sejak duduk di bangku kelas 3 SMA, tahun 1997, melalui Dikcatam PK XVII/I. Dan resmi dilantik sebagai anggota korps Marinir di tahun 1998. Sebelum di Lanud Denpasar, Sukalantika sempat bertugas di Divisi Pantai pada Kesatuan Afibia (Satfib) Armatim, yang ditugaskan di KR MLT 561, yang bermarkas di Surabaya, selama enam bulan.

Sukalantaka mengaku, saat ini surat pengunduran dirinya masih sedang dalam proses di Markas Besar TNI AL. Dia mengajukan surat pengunduran diri itu sebagai syarat pencalonan dalam Pilkel PAW Banjarasem. “Waktu itu saya justru 99 persen tidak yakin terpilih. Karena saya jarang bersosialisasi dengan masyarakat karena bertugas. Tetapi saya selalu pulang ketika ada kegiatan upacara atau ada yang meninggal di kampung,” akunya.

Pilkel PAW digelar, karena jabatan Perbekel Banjarasem kosong sejak September 2018, akibat Gede Arya Jana, selaku perbekel meninggal dalam kecelakaan lalulintas. Pelaksanaan Pilkel PAW, dipusatkan di Arena Desa Banjarasem. Pilkel PAW dilakukan melalui pemungutan suara secara musyawarah desa (Musdes) pada 5 Mei 2019 lalu. Dalam Pilkel ini jumlah pemilik suara tercatat 191 orang yang terdiri dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, perwakilan perempuan, perwakilan banjar dinas, kelian dadia, pamangku kahyangan tiga, kelompok tani dan nelayan, serta unsur kelembagaan desa lainnya.

Dalam Pilkel PAW tersebut terdapat tiga calon yakni Ketut Sukalantika, I Putu Sastra Pujawan dan Nyoman Badrayasa. Hasil perhitungan perolehan suara, Sukalantika meraih suara tertinggi sebanyak 80 suara, disusul Sastra Pujawan, 58 suara, dan terakhir Badrayasa dengan 50 suara. Sedangkan suara tidak sah sebanyak 2 suara.

Ketut Sukalantika mengungkapkan rasa syukur atas keberhasikan dirinya terpilih menjadi Perbekel. Dia mengaku memiliki dua keinginan saat memimpin Banjarasem. Pertama ingin memajukan desa dengan memberikan bea siswa kepada anak-anak yang berprestasi hingga lulus perguruan tinggi. Kemudian memberikan donasi kepada para lanjut usia yang sudah tidak mampu lagi bekerja yang disebutnya sebagai kerawanan sosial. “Saya berkeninginan mencetak sarjana disetiap KK. Karena dengan sekolah yang tinggi bisa mengubah mindset dan pola pikir masyarakat, sehingga dapat membangun desa,” kata ayah satu anak ini.

Dijelaskan, bea siswa itu akan diambilkan dari gajinya sebagai perbekel. Sukalantika hanya meminta gaji bulannya sebesar Rp 1 juta, sedangkan sisanya dipakai bea siswa termasuk memberikan donasi kepada para lanjut usia yang sudah tidak mampu lagi bekerja. “Lanjut usia itu kan sudah tidak mampu bekerja ini rawan sosial namanya. Makanya nanti saya ingin berbagai mendonasikan gaji saya. Saya hanya meminta gaji itu Rp 1 juta, itu pun gaji itu saya akan berikan sebagai biaya hidup orang tua di kampung. Kalau keluarga saya, ya saya kira dari pensiunan sudah cukup,” terangnya. *K19

Komentar