nusabali

Si Sulung Didiagnosa Kista Hati, Adiknya Alami Pembengkakan Limfa

  • www.nusabali.com-si-sulung-didiagnosa-kista-hati-adiknya-alami-pembengkakan-limfa

Bupati Klungkung Nyoman Suwirta siap membantu biaya hidup orangtua bocah kakak adik penderita perut membesar selama proses penyembuhan anaknya, yang diambil dari dana operasional pribadi

Derita Bocah Perempuan Kakak Adik Penderita Perut Membengkak yang Bolak-balik Masuk RS


DENPASAR, NusaBali
Pasangan suami istri (pasutri) muda asal Banjar Tulang Nyuh, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung, Komang Rupawan, 27, dan Putu Yuliartini, 25, cukup tegar merawat dua anaknya, Putu Cantika Dewi, 7, dan Kadek Yuli Puspita Yani, 5, yang bergantian keluar masuk rumah sakit. Kedua putrinya yang masing-masing berusia 7 tahun dan 5 tahun ini menderita penyakit cukup berat di usia belia, yakni gangguan pada organ hingga perutnya membesar. Si sulung Putu Cantika Dewi didignose mengalami kista di hati, sementara Kadek Yuli Puspita Yani alami pembengkakan limfa.

Si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani kini tengah menjalani rawat inap di RSUP Sanglah, Denpasar, sejak 12 Juni 2019 lalu. Sedangkan kakaknya, Putu Cantika Dewi, baru 2 bulan lalu pulang dari rawat inap di RSUP Sanglah.

Saat NusaBali menjenguknya di Ruang Cempaka Nomor 310 RSUP Sanglah, Selasa (25/6) sore, bocah Kadek Yuli Puspita Yani baru saja terbangun dari lelapnya. Dia rewel dan menangis, meminta dipangku ibundanya, Putu Yuliartini. Beberapa saat kemudian, seorang suster mengganti infusnya. Saat itu, tangisnya semakin keras, karena mengira akan disuntik.

Sementara kakaknya, Putu Cantika Dewi, sore itu masih tertidur pulas beralaskan karpet dan berselimut seadanya di Ruang Cempaka 310 RSUP Sanglah. Setelah tidurnya cukup, bocah Putu Cantika terbangun dan kemudian dengan lahap memakan seporsi nasi bungkus. Meski tidak dirawat, namun Putu Cantika dijadwalkan menjalani kontrol rutin, Rabu (26/6).

Itu sebabnya, Putu Cantika yang semula berada di rumahnya di banjar Tulang Nyuh, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung langsung dijemput ayahnya, Komang Rupawan, untuk diajak ke RSUP Sanglah sehari sebelum kontrol rutin. Selain itu, bocah malah yang sempat sekolah sampai Kelas I SD ini memang terus merengek ingin dekat dengan kedua orangtua dan adiknya.

Sebagai orangtua, pasutri Komang Rupawan dan Putu Yuliartini merasa sedih melihat kedua putri ciliknya menderita sakit yang sama seperti ini. Apalagi, dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat gangguan fungsi hati. Putu Yuliartini mengaku normal-normal saja saat mengandung kedua putrinya itu.

“Hamilnya normal, tidak ada gejala apa-apa. Mimpi yang aneh-aneh juga tidak pernah,” tutur Yuliartini sambil memangku anak bungsunya, Kadek Yuli Puspita, di atas bed rawat inap RSUP Sanglah.

Yuliartini menceritakan, kedua putrinya sudah lebih dari 2 tahun sakit, hingga mereka harus bolak balik rawat inap di rumah sakit. Si sulung Putu Cantika ketahuan memiliki gangguan hati ketika memasuki usia sekolah TK. “Kakaknya mulai masuk TK sekitar umur 5 tahun, saat itulah baru kelihatan sakitnya. Saat itu saya ajak dia imunisasi JE (Japanese Encephalitis) di TK. Karena tidak tahu anak punya sakit seperti ini, dua hari setelah suntik JE, dia langsung panas dan muntah darah. Dari situ baru tahu kalau anak sakit,” kenang Yuliartini.

Setelah dilakukan CT Scan di RSUP Sanglah, dokter mengatakan ada kista di organ hati anak sulungnya ini. Putu Cantika pun sempat mengalami perut membesar seperti adiknya, beruntung kini sudah mulai mengecil. Karena masih dalam perawatan dan kontrol rutin, Putu Cantika terpaksa belum bisa ikut bersekolah seperti teman-teman seumurannya.

“Dulu Putu Cantika sempat masuk Kelas 1 SD. Baru 3 bulan sekolah, karena sakitnya kambuh-kambuh, sering sekali tidak masuk. Pertengahan semester, akhirnya saya putuskan untuk berhentikan anak sekolah dulu. Nanti baru ulang sekolah lagi jika sudah sembuh,” tutur ibu rumah tangga yang terpaksa berhenti kerja jualan di pasar, karena kedua anaknya sakit ini.

Sementara itu, si bungsu Kadek Yuli Puspita awalnya mengalami gejala sesak napas saat umur 3 bulan. Memasuki usia 1,5 tahun, mulai terjadi pembengkakan pada perutnya. Gejala muntah darah baru terjadi di usia 3 tahun. Bocah malang ini didiagnose mengalami sumbatan di dalam organ hati dan limfanya membengkak. Itu sebabnya, terlihat perutnya membengkak.

Menurut Yuliartini, si bungsu mulai sering bolak balik masuk RS untuk menjalani perawatan inap sejak usia 3 tahun sampai saat ini. “Sekarang akan menjalani transfusi darah, karena dia kemarin kan muntah darah dan BAB mengeluarkan darah. Selain itu, dapat obat untuk menurunkan tensinya, obat untuk lambung juga,” kata Yuliartini.

Gara-gara penyakitnya itu, kakak adik Putu Cantika dan Kadek Yuli Puspita harus harus bolak-balik opname di RSUP Sanglah. Bahkan, menurut Yuliartini, kedua putrinya ini pernah harus dirawat inap berbarengan di rumah sakit. “Ketika itu, kakaknya dirawat di RSUD Klungkung, sedangkan adiknya di sini (RSUP Sanglah, Red). Syukur, kakaknya sekarang sudah mendingan,” katanya.

Menurut Yuliartini, si sulung Putu Cantika harus tetap kontrol rutin, karena masih ketergantungan obat. Jika tidak mengkonsumsi obat sehari saja, maka sakitnya kembali kambuh. “Kakaknya ini belum bisa lepas obat. Pernah distop obatnya selama sebulan oleh dokter biar nggak ketergantungan, eh langsung kumat lagi dan muntah darah. Mata dan kulitnya kuning.”

Yuliartini menyebutkan, selain pengobatan medis, mereka juga menempuh pengobatan non medis. Bahkan, pihaknya menempuh upaya niskala dengan nunas bawos (minta petunjuk) kepada jero balian. Berdasarkan penerawangan orang pintar, ada unsur magic di balik sakitnya bocah kakak adik ini. “Kami hanya memasrahkan diri kepada Tuhan,” kata Yuliartini.

Untuk pengobatan medis, bocah kakak adik penderita perut membesar ini menggunakan BPJS Kesehatan. Program BPJS Kesehatan ini cukup membantu untuk pembiayaan obat dan rawat inap, meskipun pasutri Komang Rupawan dan Putu Yuliartini tetap saja kesulitan untuk biaya sehari-hari.

Yuliartini mengatakan, untuk keperluan membeli susu, pampers, dan makan sehari-hari, uang Rp 500.000 hanya cukup dalam dua hari. Mereka pun terpaksa harus meminjam uang agar tetap bisa bertahan selama menemani sang anak di rumah sakit. “Ya, kami minjam uang di LPD. Mau bagaimana lagi, uang Rp 500.000 bisa habis hanya dalam 2 hari. Karena adiknya kuat minum susu. Sehari bisa 8 kali minum susu. Paling irit bisa Rp 100.000 sehari,” cerita sang ayah, Komang Rupawan.

Menurut Rupawan, dirinya hanya mengandalkan nafkah dari mekuli (jadu buruh) mengirim batu alam di salah satu perusahaan di Gianyar dan nyambi kerja potong babi pada malam hari di rumah sepupunya. Sedangkan sang istri, Yuliartini, kini sepenuhnyamen jadi ibu rumah tangga untuk mengurus kedua buah hati mereka. Sebelumnya, dia sempat berdagang.

Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengatakan kakak adik penderita perut membesar asal Desa Tegak ini sudah ditanggung BPJS yang dibiayai pemerintah. Secara ekonomi, keluarga yang bersangkutan juga tidak tergolong KK miskin. “Kita tetap berusaha dan jangan menyerah untuk proses kesembuhan mereka,” ujar Bupati Suwirta saat dikonfirmasi terpsiah di Semarapura, Selasa siang.

Bupati Suwirta juga sudah menugaskan dinas terkait di Pemkab Klungkung agar nantinya merawat kedua bocah malang tersebut di RSUD Klungkung. Rekam medik di RSUP Sanglah akan diambil, sehingga nanti ada satu kesatuan pandangan mengenai sakitnya. “Walaupun orang tuanya tidak bekerja karena sibuk mengurus proses kesembuhan anaknya, saya akan berikan mereka biaya hidup dengan operasional saya pribadi,” tandas bupati yang baru saja menjalani operasi tulang belakang ini. *ind,wan

Komentar