nusabali

Konsisten Tularkan Sastra Bali Modern

  • www.nusabali.com-konsisten-tularkan-sastra-bali-modern

Setidaknya sejumlah mantan muridnya terus mengetoktular. Anak-anaknya pun membangun Yayasan Wahana Dharma Sastra Made Sanggra.

Kiprah Keluarga Sastrawan Made Sanggra di Sukawati


GIANYAR, NusaBali
Sastrawan Bali modern asal Banjar Gelulung, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, Made Sanggra, boleh saja tiada. 12 tahun lalu, pangrawit sejumlah karya sastra Bali modern ini telah berpulang. Namun semangat dan perjuangan hidup, khususnya di bidang kesusastraan Bali modern, masih terus menyalak. Setidaknya sejumlah mantan muridnya terus mengetoktular. Anak-anaknya pun membangun Yayasan Wahana Dharma Sastra Made Sanggra.

Yayasan ini diniatkan sebagai rumah bersastra untu generasi milinial. Generasi penerus Made Sanggra memang berkomitmen menjaga eksistensi sastra Bali moderen hingga kini. Bahkan salah satu putra almarhum, I Made Suarsa konsisten menulis puisi maupun cerpen berbahasa Bali. Tercatat, dosen Fakultas Sastra Unud ini dua kali memperoleh penghargaan Rancage yakni Rancage tahun 2005 untuk karya I Made Suarsa berupa puisi berjudul Ang Ah lan Ah Ang. Dan, di tahun 2007 untuk kumpulan cerpen Gede Ombak Gede Angin. Bersama Made Suarsa, putra-putra, cucu dan cicit almarhum kini semakin getol membangkitkan sastra Bali modern.

"Dengan adanya yayasan ini kita punya wadah untuk bergerak, terbitkan buku dan berkegiatan, meneruskan kiprah beliau," ujar Made Suarsa disela peremian Yayasan Wahana Dharma Sastra Made Sanggra, Kamis (20/6), di Banjar Gelulung, Desa/Kecamatan Sukawati.

Dikatakan, mendidik generasi muda Bali untuk berkiprah pada sastra Bali moderen adalah goal almarhum. "Keinginan beliau sendiri sewaktu masih hidup agar selalu tekankan pada keluarga supaya ikut hidupi sastra Bali moderen, karena sastra Bali klasik sudah banyak, sastra Indonesia sudah banyak, ini yang sastra Bali anyar ingin digerakkan," jelasnya.

Saking cintanya dengan sastra Bali anyar, Made Sanggra sampai membuat pernyataan pada 28 Agustus 2002 tentang pembinaan aksara Bali. "Masih tersimpan rapi di almari buku almarhum, semoga sastra Bali Anyar dilaksanakan, jangan hanya jadi wacana, karena bisa bahaya," terangnya.

Demi sastra Bali anyar, semasa hidupnya bahkan gaji sebagai anggota dewan sebagian besar digunakan untuk menerbitkan buku. "Kepada ibu, beliau sering bilang "Jangan minta gaji pada tyg nggih, pis anggo nerbitin buku" sehingga Meme cari penghasilan sendiri," terangnya.

Sebagai pembina yayasan, ditunjuk saudara tertua yakni Prof I Wayan Windia bersama dirinya Made Suarsa. Sabagai ketua adalah I Made Suarjana, Sekretaris Putu Suarthama, Badan Pengawas Ketut Suaryadala. "Pengabdian total Made Sanggra pada sastra Bali modern ingin ditingkatkan melalui yayasan ini," jelasnya.

Saat peresmian yayasan itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali  Wayan ‘Kun’  Adnyana mengatakan Pemprov Bali sangat memberikan apresiasi terhadap lembaga di luar pemerintah yang memiliki tujuan melestarikan seni dan sastra Bali. Menurut dia, Pemprov Bali telah memberikan payung guna melindungi, mengembangkan seni dan sastra Bali melalui Perda Berbahasa Bali dan Berpakaian Adat Bali. “Selain melalui PKB, kegiatan-kegiatan yang bertajuk seni dan sastra Bali sudah ada seperti Festival Bali Jani, bulan berbahasa Bali dan kegiatan lainnya,” jelas Adnyana. Dengan lahirnya Yayasan Made Sanggra tersebut, Adnyana optimis bahwa seni dan sastra Bali akan terus berkembang. ‘’Dan, apa yang telah menjadi wacana sebelumnya sudah terjawab,’’ jelasnya.

Peresmian yayasan disertai pembacaan  beberapa puisi karya Made Sanggra, seperti puisi yang dibacakan Made Manda yang berjudul ‘Suara Saking Setra’ yang mampu membius penonton yang hadir. Karya puisi ini memenangkan lomba karya puisi Listibya Bali tahun 1972 silam dan beberapa puisi lain juga dibacakan putra-putri almarhum. *nvi

Komentar