nusabali

Bule Megamel Curi Perhatian Penonton PKB

  • www.nusabali.com-bule-megamel-curi-perhatian-penonton-pkb

Pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 dibuat terkejut dengan penampilan warga negara asing memainkan seperangkat gamelan angklung dan gong kebyar di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat (21/6) sore.

DENPASAR, NusaBali

Kepiawaian para bule yang tergabung dalam grup Gamelan Tunas Mekar dari Denver, Colorado, USA, itu menarik perhatian penonton yang tengah bersantai di areal lokasi PKB. Penampilan mereka nyaris seperti orang Bali menabuh pada umumnya. Ketukan dan gerakannya serupa. Di balik kepiawaian para bule AS dalam megamel, ada sosok I Made Lasmawan sebagai pelatihnya. “Grup ini berdiri tahun 1988. Saat ini grup ini dipimpin oleh Michael Fitts. Saya selaku pelatih sudah sejak tahun 1990 mengajar gamelan di sana. Ini merupakan pementasan untuk kedua kalinya di ajang PKB, setelah yang pertama tahun 1996,” terang sang pelatih gamelan, I Made Lasmawan.

Pria asal Banjar Bangah, Baturiti, Tabanan ini menjelaskan, Grup Tunas Mekar USA membawakan dua jenis gamelan, yakni gamelan angklung dan gong kebyar. Sebagian gendingnya merupakan komposisi baru.

Secara umum, menurut Lasmawan kemampuan menabuh para bule ini sudah mumpuni, mengingat sebagian besar merupakan generasi kedua dari grup gamelan tersebut. “Sebenarnya yang tampil malam ini adalah generasi kedua. Generasi pertama yang mulai tahun pada tahun 1988 tinggal dua orang, yang bermain cengceng dan reong tadi.  Yang lainnya semua generasi baru,” katanya.

Dia menceritakan, pada tahun 1996, pertama kalinya tampil sanggar ini, sebagian pemain merasa tidak puas. “Pertunjukannya seperti bermain di jalan, habis bermain tidak ada pejabat yang menyapa misalnya. Sebenarnya mereka tidak hanya dua kali tampil di Bali, tapi beberapa kali datang ke Bali memutuskan untuk pentas di odalan, di pura-pura karena merasa lebih dekat dengan masyarakat. Mereka justru lebih bangga pentas di pura-pura,” tutur Lasmawan.

Pantas tahun ini, kata dia, lantaran sang anak memohon agar mengizinkan grup gamelan Tunas Mekar untuk bermain di PKB lagi. “Respon pemerintah sementara kami dibantu konsulat Indonesia di LA, ada juga sedikit bantuan dari pemerintah Indonesia untuk ini. Tapi sebenarnya mereka ini membayar sendiri-sendiri biaya tiket, makan dan hotel dibayar sendiri. Tapi secara grup, kami dibantu oleh salah satu perusahaan di Amerika yang bergerak di bidang kesenian. Uang itu kita gunakan biaya transportasi karena terlalu mahal,” ceritanya, sembari mengatakan grup gamelan ini juga diundang oleh Pemkab Karangasem, 25 Juni mendatang. *ind

Komentar