nusabali

Pulang Kampung karena Didatangi Barong Landung Lewat Mimpi

  • www.nusabali.com-pulang-kampung-karena-didatangi-barong-landung-lewat-mimpi

Sebelum pulang ke tanah leluhur pada 2000 dan kemudian menjadi Ketua Kelompok Penyungsung Barong Landung di Pesamuan Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Anak Agung Ngurah Kirana sempat selama 20 tahun tinggal di Bandung, Jawa Barat

Barong Landung Warisan Kerajaan Klungkung di Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan


SEMARAPURA, NusaBali
Anak Agung Ngurah Kirana, 59, yang kini menjabat Kapala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (LHP) Klungkung, merupakan Ketua Kelompok Penyungsung Barong Landung di Pesamuan Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan. Dia pula pamangku dan sekaligus ikut nyolahang (memainkan) Barong Landung manakala sesuhunan warisan Kerajaan Klungkung tersebut harus masolah (pentas) di hari-hari tertenti. Anak Agung Ngurah Kirana dulunya putuskan pulang kampung dari rantau, karena kerap didatangi Barong Landung melalui mimpi.

Sebelum meneruskan tugas spiritual leluhur sebagai Ketua Kelompok Pe-nyungsung Barong Landung di Puri Satria Kawan, Desa Paksebali pada 2000, Anak Agung Ngurah Kirana sempat selama 20 tahun merantau ke Bandung, Jawa Barat sejak 1980. Dia awalnya kuliah di STKS Bandung, kemudian menjadi pejabat pemerintahan setempat. Menjelang tahun 2000, Agung Kirana seakan mendapat tuntunan niskala untuk pulang ke tanah leluhur. Apa bentuknya?

Kala itu, istri Agung Kirana yang berasal dari Jogjakarta, Jro Ratna, beberapa kali mimpi aneh. Dalam mimpinya, Jro Ratna didatangi sosok Barong Landung. "Waktu itu, seolah-olah ada yang menghendaki istri saya agar pindah dari Bandung dan pulang ke Bali, di mana dia sering mimpi didatangi Barong Landung," kenang Agung Kirana kepada NusaBali di Semarapura, Kamis (20/6).

Sang istri, Jro Ratna, kemudian minta pindah ke Bali, karena merasakan secara spiritual daya tarik Barong Landung. "Istri tiyang minta pindah ke Bali, katanya supaya dekat dengan Merajan Puri Satria Kawan dan Sesuhunan. Maka, pada tahun 2000 kami pindah ke Bali," ujar Agung Kirana, birokrat yang sempat menjabat sebagai Kepala Seksi Pelayanam Sosial Penyandang Cacat Dinas Sosial Kota Bandung, Jawa Barat.

Setelah pulang kampung sekeluarga, Agung Kirana langsung dapat jabatan sebagai Kepala Seksi Pelayanan Sosial Kanwil Departmen Sosial Klungkung pada 2000. Sedangkan di Pesamuan Pura Satria Kawan, Agung Kirana ngayah sebagai Ketua Kelompok Penyungsung Barong Landung dan sekaligus jadi pamangkunya.

Barong Landung dengan tinggi 2,5 meter yang disungsung sameton Puri Satria Kawan, biasa dipentaskan oleh 4 orang (2 pasang) yang sudah dipilih, termasuk Agung Kirana sendiri. Agung Kirana biasa nyolahang Barong Landung lanang (laki-laki). Sedangkan pasangannya yang menarikan Barong Landung istri (perempuan) adalah Anak Agung Raka Gunawan, 62. Satu pasangan pragina (penari) Barong Landung lainnya, masing-masing Anak Agung Ngurah Upadana, 48 (lanang) dan Anak Agung Oka Laba, 48 (istri).

Menurut mantan Sekwan DPRD Klungkung ini, saat masolah, 2 pasang pragina Barong Landung ini biasanya tampil bergantian. Untuk bisa menarikan Barong Landung warisan Kerajaan Klungkung tersebut, ada syaratnya: bisa Kidung Bali. Untuk penari Barong Landung istri, harus menguasai Pupuh Sinom, Pupuh Pangkur Dangdanggula, dan Pupuh Ginada. Sedangkan untuk penari Barong Lanang lanang, wajib bisa macecimpedan.

Karena kesehariannya bertugas sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung, maka Agung Kirana berusaha mengatur waktu dengan baik agar tetap bisa ngayah untuk sesuhunan Barong Landung. "Ngayah masolah Barong Landung biasanya saya lakukan sepulang kerja," tandas tokoh kelahiran 16 April 1960 yang menyelesaikan pendidikan S1 di STKS Bandung (Jawa Barat) dan S2 Pascasarjana IHDN Denpasar Jurusan Pendidikan Agama ini.

Barong Landung di Puri Satria Kawan, Desa Paksebali itu sendiri sudah ada sebelum Perang Puputan Klungkung tahun 1908. Saat itu, Barong Landung disungsung oleh Raja Puri Satria Kawan, yang merupakan bagian dari Manca Raja dengan pusat kerjaan di Gelgel. Manca Raja ada lima tempat, masing-masing di Desa Paksebali (Kecamatan Dawan), di Desa Kusamba (Kecamatan Dawan), Desa Gelgel (Kecamatan Klungkung), Desa Akah (Kecamatan Klungkung), dan Banjarangkan (Kecamatan Banjarangkan).

Kemudian, terjadi Perang Puputan Klungkung tahun 1908, sehingga Kerjaaan Satria Kawan diruntuhkan oleh Belanda. Rumah dirobohkan, sementara orang-orangnya dibuang ke Kecamatan Selong, Lombok Timur, NTT, sehingga dalam istilah Balinya disebut Bali Meselong. Sebab, mereka dianggap bersalah lantaran berani melawan Belanda ketika Perang Puputan Klungkung.

“Karena keturunan raja sudah keseleong, otomatis rumah atau posisi kerajaan di Puri Satria Kawan terbengkalai,” papar Agung Kirana. Itu sebabnya, rumah dan Merajan Puri Satria Kawan tidak ada yang ngurus, rakyat jadi sengsara. Sedangkan sesuhunan Barong Landung masih tetap berada di tempatnya, yakni Merajan Puri Satria Kawan, dalam kondisi tidak terurus.

Akhirnya, kata Agung Kirana, berselang 5 tahun setelah kemerdekaan RI, tepatnya pada 1950, Barong Landung tersebut ‘dibangkitkan’ kembali. “Dibangkitkan di sini artinya diayum, diperbaiki bodi, wastra, tepelnya, tapi tidak jauh dari format aslinya. Karena dulu tepel dibuat oleh raja di masing-masing lima titik Manca,” terang Agung Kirana.

Nah, sejak tahun 1950 sampai sekarang, barong Landung warisan Kerajaan Klungkung ini diurus sesuai kesakralannya. Ada Kelompok Penyungsung Barong Landung yang kini diketuai Agung Kirana. Menurut Agung Kirana, Barong Landung sakral ini sejak awal diyakini sebagai penyeimbang makro kosmos dan mikro kosmos, di mana energi yang melingga di sana adalah pengayengan Ida Batara Ped, Nusa Penida.

“Barong Landung berfunsi sebagai penyeimbang. Maka, ketika ada gerubug baya, sesuhunan Barog Landung turun dan diarak keliling desa,” tandas Agung Kirana. Selain berfungsi menjadi peyeimbang, Barong Landung yang disungsung sameon Puri Satria Kawan, Desa Paksebali ini juga  dipercaya sebagai penjaga rare dari pengaruh niskala. *wan

Komentar