Lima Bulan, Bali Baru Dapat 2,2 Juta Wisman
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali seret. Januari- Mei 2019, total kunjungan wisman ke Bali baru mencapai 2,2 juta orang, atau persisnya 2.292.771 orang mengacu data Dinas Pariwisata Bali.
DENPASAR, NusaBali
Capaian ini menurun 2,37 persen dari periode sama, Januari-Mei 2018. Saat itu total wisman ke Bali sebanyak 2.348.455. Pihak terkait mengakui angka ini sebagai warning, bahwa perlu usaha dan keras yang lebih, agar tutup tahun 2019 nanti, total wisman ke Bali sesuai target, yakni, 7 juta wisman. Jika upaya-upaya masih standar normal saja, tidak ada hal yang luar biasa, maka target 7 juta wisman terancam gagal dicapai.
Apalagi beberapa indikasi menunjukkan itu. Antara lain, negara-negara yang selama ini menjadi ‘kantong besar’ wisman ke Bali, jumlah wismannya menurun. Di antaranya China. Jumlah wisman Tiongkok yang terekap Januari-Mei 2019 sebanyak 508.164, minus 6,88 persen dari Januari-Mei 2018, sebanyak 545.687. Wisman Australia 425.527 orang, menurun 3,27 persen dari Januari-Mei 2018, sebanyak 439.917 orang. Yang ketiga India. Januari-Mei 2018, jumlah wisatawan India ke Bali 158.580 atau 6,75 persen dari total wisman ke Bali pada periode Januari–Mei 2018. Namun pada Januari-Mei 2019, total wisman India menyusut lumayan dalam, 6,46 persen. Seluruhnya 148.094 orang dari 23 negara.
Dari 23 negara tersebut di urutan 22 adalah Spanyol. Jumlah wisatawan Spanyol merupakan terbuncit ke Bali, yakni hanya 14.752 orang pada Januari-Mei 2018. Dan 14.406 atau turun 2,35 persen pada Januari-Mei 2019.
Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniarta Putra, menduga jomplangnya jumlah wisman pada Januari-Mei 2018 dengan Januari- Mei 2019, merupakan ekor atau dampak dari sejumlah peristiwa domestik. Baik kejadian bencana alam seperti rentetan gempa bumi yang terjadi di Lombok, NTB dan Palu tahun lalu. Juga diperkirakan imbas dari kondisi perpolitikan tanah air. Di antaranya pemilu (pileg dan pilpres) pada 17 April lalu. “Kan ada beberapa negara yang mengeluarkan travel advicer,” ujar pejabat asal Banjar Tainsiat, Denpasar ini, Rabu (19/6).
Imbauan tersebut, Gung Yuniarta –sapaannya, tentu berpengaruh pada kunjungan wisman. Tidak ada jalan lain, kata Gung Yuniarta, selain melakukan usaha dan kerja keras untuk pembenahan sektor pariwisata di segala lini. “Dari pemerintah kan sudah ada statement offi cial yang intinya memberi penjelasan semaksimal mungkin, bahwa Bali merupakan kawasan yang aman dan nyaman untuk dikunjungi,” ujarnya.
Secara kontinyu, lewat berbagai media dan forum, lanjut Gung Yuniarta ‘diplomasi pariwisata’ terus dilakukan. Termasuk dalam waktu dekat, akan melakukan sales mission ke Tiongkok dan India. “Kita berharap pada tutup tahun nanti, target 7 wisatawan untuk Bali bisa terealisasi,” ujarnya. Artinya masih ada waktu 6 bulan lagi, untuk mengenjot, untuk menutupi minus capaian Januari- Mei 2019, dibanding periode sama tahun 2018 lalu.
Apalagi beberapa indikasi menunjukkan itu. Antara lain, negara-negara yang selama ini menjadi ‘kantong besar’ wisman ke Bali, jumlah wismannya menurun. Di antaranya China. Jumlah wisman Tiongkok yang terekap Januari-Mei 2019 sebanyak 508.164, minus 6,88 persen dari Januari-Mei 2018, sebanyak 545.687. Wisman Australia 425.527 orang, menurun 3,27 persen dari Januari-Mei 2018, sebanyak 439.917 orang. Yang ketiga India. Januari-Mei 2018, jumlah wisatawan India ke Bali 158.580 atau 6,75 persen dari total wisman ke Bali pada periode Januari–Mei 2018. Namun pada Januari-Mei 2019, total wisman India menyusut lumayan dalam, 6,46 persen. Seluruhnya 148.094 orang dari 23 negara.
Dari 23 negara tersebut di urutan 22 adalah Spanyol. Jumlah wisatawan Spanyol merupakan terbuncit ke Bali, yakni hanya 14.752 orang pada Januari-Mei 2018. Dan 14.406 atau turun 2,35 persen pada Januari-Mei 2019.
Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniarta Putra, menduga jomplangnya jumlah wisman pada Januari-Mei 2018 dengan Januari- Mei 2019, merupakan ekor atau dampak dari sejumlah peristiwa domestik. Baik kejadian bencana alam seperti rentetan gempa bumi yang terjadi di Lombok, NTB dan Palu tahun lalu. Juga diperkirakan imbas dari kondisi perpolitikan tanah air. Di antaranya pemilu (pileg dan pilpres) pada 17 April lalu. “Kan ada beberapa negara yang mengeluarkan travel advicer,” ujar pejabat asal Banjar Tainsiat, Denpasar ini, Rabu (19/6).
Imbauan tersebut, Gung Yuniarta –sapaannya, tentu berpengaruh pada kunjungan wisman. Tidak ada jalan lain, kata Gung Yuniarta, selain melakukan usaha dan kerja keras untuk pembenahan sektor pariwisata di segala lini. “Dari pemerintah kan sudah ada statement offi cial yang intinya memberi penjelasan semaksimal mungkin, bahwa Bali merupakan kawasan yang aman dan nyaman untuk dikunjungi,” ujarnya.
Secara kontinyu, lewat berbagai media dan forum, lanjut Gung Yuniarta ‘diplomasi pariwisata’ terus dilakukan. Termasuk dalam waktu dekat, akan melakukan sales mission ke Tiongkok dan India. “Kita berharap pada tutup tahun nanti, target 7 wisatawan untuk Bali bisa terealisasi,” ujarnya. Artinya masih ada waktu 6 bulan lagi, untuk mengenjot, untuk menutupi minus capaian Januari- Mei 2019, dibanding periode sama tahun 2018 lalu.
Sementara soal harga tiket pesawat yang tinggi, Gung Yuniarta menyatakan tidak berimbas signifikan terhadap kunjungan wisman. Harga tiket pesawat yang tinggi, tegas Gung Yuniarta sangat berpengaruh pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan nusantara/domestik. “Harga tiket pesawat, relatif tidak berdampak pada penurunan kunjungan wisman,” tegasnya. *k17
Komentar