nusabali

Aditia dan Diah Terpilih Jadi Duta GenRe Provinsi Bali 2019

  • www.nusabali.com-aditia-dan-diah-terpilih-jadi-duta-genre-provinsi-bali-2019

Dua pelajar SMA masing-masing I Putu Arya Aditia Utama, 17, dari SMAN 1 Tabanan, dan Kadek Diah Pradnyaswari Dewi, 17, dari SMAN 2 Semarapura, Klungkung, dinobatkan menjadi Duta GenRe Bali 2019.

MANGUPURA, NusaBali

Keduanya terpilih setelah berhasil menyisihkan delapan rivalnya dalam grand final pemilihan Duta GenRe Provinsi Bali di Hotel Made Bali, Sempidi, Badung, Selasa (18/6) petang.

Duta GenRe merupakan ajang pemilihan remaja yakni putra dan putri untuk figur teladan serta motivator di kalangan remaja yang nantinya berperan memberikan edukasi dan wawasan kepada generasi muda tentang kesehatan reproduksi, serta menciptakan remaja yang bebas narkoba, seks bebas dan HIV/AIDS. Bersama-sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasioal (BKKBN) Provinsi Bali, Duta GenRe ini nantinya akan membantu mempromosikan program GenRe. Adapun program GenRe mencakup PUP (Pendewasaan Usia Pernikahan), TRIAD KRR dan PIK (Pusat Informasi dan Konseling).

“Memang pemilihan Duta GenRe Provinsi Bali ini merupakan ajang kreativitas kawula muda dalam program kependudukan dan keluarga berencana. Karena bagaimanapun juga, generasi muda yang akan menjadi generasi yang akan menggantikan kita semua (generasi tua, red). Sehingga harapan kami, generasi muda bisa lebih siap merencanakan dan menyiapkan keluarga dengan baik,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Catur Sentana, di sela-sela pemilihan.

Menurut Catur, ada tiga hal yang harus diperangi oleh generasi muda. Pertama, tidak melakukan pernikahan pada usia dini. Pernikahan yang disarankan adalah berumur minimal berusia 21 tahun bagi perempuan dan minimal berusia 25 tahun bagi laki-laki. Kedua, menghindari seks pranikah di kalangan remaja. Istilah ‘sing beling sing nganten’ (tidak hamil, tidak nikah) harus ditepis dari kehidupan remaja sebelum menikah. Ketiga, memerangi penyalahgunaan narkoba dan pencegahan HIV/AIDS.

“Dengan mengetahui berbagai persoalan ini, remaja jadi semakin sadar dengan program generasi berencana ini. Kami berharap, Duta GenRe bisa menjadi contoh dan panutan bagi remaja lainnya dalam memerangi tiga hal tadi. Yang lebih penting lagi, mereka bisa jadi motivator yang sosialisasi program GenRe di kalangan remaja,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pemilihan Duta Genre Provinsi Bali 2019, Gede Wahyu Adnyana, menjelaskan, seleksi dimulai dari dari pendaftaran 14 Mei dengan mengumpulkan video inovasi tentang genre serta esai tentang pernikahan dini. Kedua manteri ini dinilai oleh lima juri dari BKKBN. Kegiatan dilanjutkan dengan masa karatina berupa masa pengenalan diri, tes psikologi, dan tes kesehatan. “Setelah itu tanggal 17 kami adakan tes wawancara dan post tes sampai terkumpul 10 besar. Setelah terpilih, Duta GenRe provinsi Bali juga akan mewakili Bali ke tingkat nasional dua bulan lagi. Dalam mewakili ke tingkat nasional, tahun lalu dari Bali mengangkat isu pernikahan dini. Sedangkan tahun ini Bali akan mencoba mengangkat isu seks pranikah dengan harapan seks pranikah di Bali bisa ditekan,” jelas teruna yang juga Duta GenRre 2018 ini.

Pemenang Duta GenRe Provinsi Bali tahun 2019, I Putu Arya Aditia Utama dan Kadek Diah Pradnyaswari Dewi nampak tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. I Putu Arya Aditia Utama bahkan mengaku grogi karena rival-rival yang dihadapinya merupakan orang-orang pilihan. Dia bahkan merasa sedang masuk ke kandang macan. “Saya ibarat masuk kandang macan. Semua finalis Duta GenRe 2019 itu adalah orang orang pilihan baik dari mahasiswa maupun siswa SMA. Mereka semua memiliki kapabilitas, kemampuan dan pengalaman dalam hal ini. Sementara saya baru pertama kali ikut ajang sejenis ini,” tutur teruna asal Banjar Curah, Desa Gubug, Kecamatan/Kabupaten Tabanan ini.

Aditia yang masih berstatus pelajar di SMAN 1 Tabanan ini mengaku, setelah terpilih menjadi Duta GenRe, dia ingin mengedukasi generasi muda khususnya yang ada di Bali mengenai paradigma masyarakat tentang ‘Sing Beling Sing Nganten’. “Untuk mengurangi seks pranikah dan tentunya dimulai dari merencanakan masa depan remaja. Sebagai seorang duta, tentu saja ada sebuah beban. Akan tapi beban itu juga sebagai spirit dalam mengemban tugas kedepannya,” kata anak sulung dari dua bersaudara pasangan I Nyoman Wiratemaja Dan Ni Wayan Setia Erawati ini.

Sementara penuturan yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Kadek Diah Pradnyaswari Dewi. Siswa SMAN 2 Semarapura, Klungkung ini menuturkan, meski saingannya sangat berat, namun semuanya bersaing sehat. “Saya grogi awalnya, tetapi saya yakin semua orang megalaminya, termasuk yang paling jago public speaking sekalipun. Saya jalani saja, dan tidak menyangka akan terpilih,” cerita buah hati pasangan I Wayan Slamet Sugama dan Ni Ketut Sueni ini.

Sama seperti Aditia, Diah Pradnyaswari memiliki keinginan besar untuk mengedukasi remaja untuk lebih peka dan lebih cerdas memilih masa depan. Juga edukasi tentang esensi menikah adalah membentuk keluarga yang berkualitas bukan berkuantitas. “Saya ingin remaja bisa memahami bahwa menikah bukan hanya kesenangan duniawi, tetapi tentang orang yang akan bersama kita sampai akhir hayat. Selalu tanamkan no sex before marriage, dan tidak menggunakan narkoba, serta jauhkan diri dari HIV/AIDS,” pesan teruni kelahiran 21 Juli 2002 asal Banjar Dinas Umalangsat, Desa Kemoning, Klungkung tersebut. *ind

Komentar