Perajin Kain 'Bebali' Berharap Bangkit Kembali
Produk sandang tradisional diharapkan bisa ‘bangkit’ kembali. Setidaknya sebagai alat dan perlengkapan busana kegiatan adat dan upacara keagamaan.
DENPASAR, NusaBali
Alasannya, produk sandang tradisional yang juga disebut kain bebali menjadi salah satu kearifan lokal dan kekayaan budaya Bali. Ida Ayu Ngurah Puniari, salah satu perajin kain bebali asal Banjr Gede Batuan, Sukawati Gianyar mengatakan, kain bebali salah satu upaya pelestarian produk sandang tradisional, yang unik dan dibuat secara tradisional dengan warna alam. Moment pemakaian kain tradisional diantaranya, pada saat upacara tiga bulanan, ngenteg linggih dan lainnya.
“Sekarang ini sudah mulai banyak yang suka memakai, namun belum maksimal. Padahal kain bebali awet, karena sekali tetap unik dan bisa dipakai jangka waktu lama,” ujar wanita kelahiran Sidemen, Karangasem,di sela-sela pameran di Taman Budaya, Denpasar.
Untuk diketahui ada beberapa jenis kain bebali yang terbilang ‘langka’. Diantaranya grinsing, cepuk, sukewerdi, pulangsih, urab kecicang, sugih rendah, prembon dan kekancan. Untuk cepuk dibuat di Nusa Penida, Klungkung sedang gringsing dibuat di Tenganan Karangasem. Sedang kain bebali lainnya, seperti sugig rendah, kekancan, prembon, urab kecicang, pulangsih dibuat perajin di Sidemen, Karangasem.
“Kain bebali juga banyak dikoleksi penggemar dari luar,” ungkap Dayu Puniari. Diantaranya, Amerika dan Jepang. Lewat pameran, kain kembali dikenal lebih luas, fungsi dan keunikannya yang jelas beda dengan kain produk mesin. *K17.
“Sekarang ini sudah mulai banyak yang suka memakai, namun belum maksimal. Padahal kain bebali awet, karena sekali tetap unik dan bisa dipakai jangka waktu lama,” ujar wanita kelahiran Sidemen, Karangasem,di sela-sela pameran di Taman Budaya, Denpasar.
Untuk diketahui ada beberapa jenis kain bebali yang terbilang ‘langka’. Diantaranya grinsing, cepuk, sukewerdi, pulangsih, urab kecicang, sugih rendah, prembon dan kekancan. Untuk cepuk dibuat di Nusa Penida, Klungkung sedang gringsing dibuat di Tenganan Karangasem. Sedang kain bebali lainnya, seperti sugig rendah, kekancan, prembon, urab kecicang, pulangsih dibuat perajin di Sidemen, Karangasem.
“Kain bebali juga banyak dikoleksi penggemar dari luar,” ungkap Dayu Puniari. Diantaranya, Amerika dan Jepang. Lewat pameran, kain kembali dikenal lebih luas, fungsi dan keunikannya yang jelas beda dengan kain produk mesin. *K17.
Komentar